Minggu, 07 Juli 2013

Syakhshiyatul Muslim_3

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Wah, udah mau Ramadhan nih... sudah siapkah diri untuk menyambutnya? Semoga Allah senantiasa menjaga nikmat Iman, Islam serta kesehatan agar melalui Ramadhan tahun ini dengan kualitas serta efektifitas pemanfaatan waktunya lebih baik daripada tahun kemarin. Ramadhan bulan yang tepat 'menggenjot' pembinaan jiwa (ruh), sehingga sebelas bulan berikutnya menjadi tetap semangat untuk menjaga aktivitas ruhiyah yang meneduhkan langkah serta melembutkan hati dan lisan.

Seorang muslim sejati, di samping mengembangkan komponen fisik dan akal, ia juga tidak melupakan pembinaan jiwanya (ruh). Ia mengetahui bahwa ada hati yang berdebar, ruh yang bergetar, dan jiwa yang sensitif, yang selalu tenggelam dalam ibadah, merindukan nikmat Allah, dan takut adzab neraka.

Melembutkan hatinya dengan beribadah
Demikianlah, sosok muslim idaman senantiasa membina hatinya. Dia menjaga kelembutan hatinya dengan beribadah, senantiasa muraqabatullah (pengawasan Allah) setiap waktu; siang dan malam. Ia senantiasa mawas diri, waspada terhadap makar dan bisikan setan. Bila ia menemui sedikit saja ajakan setan, segera ia lempar jauh ajakan tersebut dengan segera berzikir, kembali kepada Allah, beristigfar, dan bertobat.

Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya, orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka di bayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah SWT. Seketika itu pula mereka melihat (kesalahan mereka)" (Al-A'raf : 201)

Karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya,
"Perbaharuilah keimanan kalian!" Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah SAW bagaimana kami memperbaharui iman?" Beliau menjawab, "Perbanyaklah membaca kalimat Laa ilaaha illallaah." (HR. Ahmad)

Sosok muslim dambaan umat selalu menjaga kekuatan jiwanya, memperbaiki dirinya dengan beragam aktivitas ibadah dan ketaatan. Ia pasrah dan tunduk hanya kepada Allah. Ia memperbanyak tilawah dengan penuh penghayatan; khusyu' dan menghadirkan hatinya. Ia berusaha maksimal untuk shalat dengan sempurna serta memperhatikan rukun dan syaratnya dengan benar. Ia menghadirkan pikiran, ruh dan jiwanya, serta berbagai macam ibadah lainnya, sehingga jiwanya terlatih dan terus hidup dan terang. Ia mengasah jiwanya sehingga terbiasa bahwa hanya hati yang dipenuhi sinar taqarrub dan merasakan kerinduan yang mendalam kepada-Nya.

Mendekati orang-orang shalih dan tempat-tempat keimanan
Sosok muslim sejati menjaga kestabilan jiwa dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah SWT dengan cara mendekati orang-orang shalih dan saling memberi nasihat dalam kebenaran. Ia mendatangi tempat-tempat yang penuh dengan nuansa imani, berzikir kepada Allah, mengkaji ilmu-ilmu Islam, pendidikan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Di tempat serupa juga mengagungkan Asma Allah, kekuasaan-Nya yang tak terkalahkan di langit dan bumi, merenungi penciptaan alam semesta yang luar biasa, termasuk penciptaan manusia.

Majelis-majelis seperti inilah yang akan membersihkan ruhnya, melembutkan jiwanya, menjernihkan hatinya dan meluapkan keimanan dalam diri seorang muslim.

Adalah Abdullah bin Rawahah ketika menemui sahabat yang lainnya, ia berkata, "Marilah kita berkumpul sesaat untuk saling menguatkan keimanan kepada Allah SWT."

Hal ini sampai pada diri Rasulullah SAW. Beliau bersabda, "Semoga Allah merahmati Ibnu Rawahah. Sesungguhnya, dia menyukai majelis yang di dalamnya berkumpul para malaikat." (HR. Ahmad dengan sanad hasan)

Sang khalifah, Umar bin Khattab merasa gelisah dengan kesibukan dan beban kenegaraannya, lantas beliau memanggil satu atau dua orang seraya berkata, "Mari kita sama-sama memperbarui keimanan kita," maka mereka pun berzikir kepada Allah SWT.

Kita menyimak bagaimana sosok Umar yang dikenal sebagai manusia paling bertaqwa dan terbaik kualitas ibadahnya merasakan sesuatu dalam dirinya, sehingga beliau memerlukan zikrullah untuk menentramkan hatinya dari tekanan dan tantangan kehidupan duniawi.

Seorang Muadz bin Jabal berkata pada para sahabat lainnya, dalam suatu perjalanan, "Duduklah sesaat bersama kami untuk menguatkan keimanan."

Sungguh, muslim dambaan umat bertanggung jawab untuk menguatkan ruhnya dan membersihkan jiwanya yang mendorongnya kepada yang lebih tinggi dan menahannya dari kelemahan.

Allah SWT berfirman,
"Demi jiwa serta penyempurnaan (penciptaan)-Nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan kataqwaan. Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (Asy-Syams : 7-10)

Demikianlah, seorang muslim dianjurkan untuk cermat dalam mencari teman dekat dan lingkungan yang menambah keimanan. ketaqwaan dan kebaikan. Ia menjauhi teman yang buruk dari golongan manusia, menghindari tempat-tempat keburukan dan maksiat yang menggelapkan jiwa dan menghitamkan hati.

Memperbanyak zikir dan do'a ma'tsur
Diantara yang menjaga seorang muslim terhadap kekuatan hati dan hubungannya dengan Allah SWT adalah dengan melantunkan do'a-do'a matsur, yaitu do'a yang diajarkan Rasulullah SAW dalam setiap amal dan aktivitasnya. Seperti, do'a keluar rumah, masuk rumah, safar (bepergian), menyambut orang yang dari perjalanan, memakai pakaian baru, ketika berbaring di atas kasur, bangun tidur dan do'a-do'a lainnya.

Rasulullah SAW setiap melakukan segala aktivitas ada do'anya. Hal ini demi menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, semuanya ditulis sebagai amalan kebaikan di sisi-Nya. Semua do'a tersebut banyak ditemukan dalam hadist shahihnya. Beliau mengajarkan kepada para sahabat zikir-zikir dan do'a-do'a tersebut. Dan Rasulullah SAW menganjurkan agar selalu membacanya dalam setiap keadaan.

Sosok muslim bertaqwa dengan penuh kesadaran akan berusaha maksimal mempelajari do'a-do'a tersebut. Ini salah satu bentuk meneladani Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia. Ia berusaha membiasakan untuk melantunkannya dalam setiap keadaan dengan segenap kemampuan. Sungguh, dengan melanggengkan do'a-do'a tersebut, hatinya akan tetap berhubungan dengan Allah SWT. Dirinya akan bersih dan ruhnya akan meningkat.

Dengan olahraga ruh ini, Rasulullah SAW menyukai jiwa generasi pertama sahabat yang penuh dengan gemilang cahaya, jiwa-jiwa yang bersih dan tidak ada di dalam diri mereka sesuatu yang buruk dan jahat. Karenanya, terciptalah sebuah kemahadahsyatan Islam dengan adanya generasi yang unggul dan istimewa dalam sejarah manusia.

Wallahu'alam. Semoga menjadi tulisan yang membawa semangat untuk mengawali persiapan Ramadhan, bulan yang penuh berkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar