Senin, 31 Desember 2012

5 Teknik Bercermin 'Diri' (Muhasabah Akhir Tahun 2012)

Oleh : Aa Gym

Ini adalah sebuah rangkuman atas apa yang tidak bisa diterima secara langsung, ini adalah suatu nasihat bagi diri yang senantiasa berupaya memaksimalkan segenap potensi menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. jazakallah akhi 'Bubenk' yang sudah memberikan rangkuman materi 'Muhasabah Akhir Tahun 2012' bertempat di PUSDAI Jawa Barat-Bandung. Semoga banyak memberikan manfaat bagi yang membaca, sekaligus refreshing materi untuk yang hadir pada tempat tersebut.

TENTANG 5 TEKNIK BERCERMIN

Kita adalah tentang apa yang ada dalam hati, tentang suatu hal dalam pikiran, ucapan dan juga tindakan. dari situlah kita berawal tentang bagaimana orang lain memandang kita, pun juga koreksi diri atas segala hal yang pernah terjadi di masa lampau. Hendaknya setiap orang memperhatikan dirinya serta apa yang akan dilakukan pada esok hari, kiranya penggalan hadist tersebut sering disampaikan oleh para mubaligh yang berupaya menyegarkan kembali pikiran dan hati kita agar senantiasa memikirkan tentang diri serta rencana-rencana kedepan yang sudah pasti Allah catat dan dimintai pertanggung-jawaban.

1. Tafakuri diri - Bagaimana menyediakan waktu untuk diri kita sendiri
Tentang ucapan, apakah sudah benar dan baik ia terangkai? Tentang sikap, sudahkah ia membawa pada kebaikan serta perbaikan? Tentang niat, apakah benar hanya karena Allah semata? Tentang amal, sudahkah kita mengikuti jejak dan sabda Nabi SAW? Tentang waktu, sudahkah ia membawa pada kebermanfaatan serta kemajuan bersama? Ya, saya kurang cukup baik dalam memaparkan hal lain, karena sahabat sekalian tentunya sudah memahami hakikat penciptaan diri, kita sebagai manusia... kita sebagai hamba Allah... kita sebagai khalifah di muka bumi... kita sebagai seorang muslim lagi mukmin... dan kita sebagai peran-peran yang lainnya... semata-mata karena Allah menciptakan segenap potensi yang ada dalam tubuh. Terutama akal... Ah... saya bukan tipe yang jauh lebih baik juga dari kalian, tapi marilah kita berada dalam barisan yang senantiasa melakukan perbaikan bagi diri untuk semuanya.

2. Miliki cermin pribadi - Apa pandangan orang lain terhadap kita
Lagi-lagi tentang nasihat, sahabat sekalian yang saya cintai karena Allah. Ini adalah tentang bagaimana indahnya ukhuwah, tentang bagaimana sikap dan ucap kita kepada sesama, tentang bagaimana indahnya berbagi, tentang kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia sebagai makhluk sosial. Kiranya sahabat sekalian punya keunikan dan ciri khas masing-masing dalam berkawan serta teknik-tekniknya. Ya... terkadang kita lupa melakukan hal ini... bertanya tentang apa yang orang lain katakan tentang kita... ini tentang cerminan sikap dan ucap kita terhadap lingkungan sekitar. menjadi diri sendiri memang perlu... tapi... apakah sikap dan ucap kita senantiasa ada dalam koridor kebaikan menurut Qur'an dan Sunnah Nabi SAW? Ini adalah tentang indahnya ukhuwah... jazakallah khairan katsiran untuk sahabat-sahabat yang pernah memberikan pandangannya tentang saya, ah... rasanya diri ini harus lebih giat berupaya menjadi lebih baik lagi. Dan jangan sampai kita menjadi landak berduri... yang bsia saja melukai orang-orang di sekitar kita.

3. Berguru pada yang ahli - yang yakin akan meyakinkan
Ini tentang bagaimana anugerah berupa akal itu kita upayakan. Akal yang senantiasa berpikir tentang apa yang Allah ciptakan, pergantian waktu dan lain sebagainya. Tentang bagaimana ilmu dunia dan akhirat itu kita genggam untuk meyakinkan diri, bahwa sehebat-sehebat orang yang pintar pun masih ada mereka yang jauh lebih pintar nan cerdas. Secerdas-cerdasnya manusia adalah mereka yang mengingat mati dan mempersiapkan kematiannya... ini adalah tentang cara kita bersyukur atas anugerah kemampuan menyerap banyak ilmu yang diterima. Dengan berguru pada yang ahli, baik dalam urusan dunia maupun akhirat, kita berupaya meraih kesempurnaan hidup yang pernah tersirat dalam Sirah Nabi SAW dan juga para sahabat. Kita belajar bagaimana mereka saling mengisi dalam hal kecerdasan dan keilmuan, ada yang jago perang seperti Khalid, hafal qur'an layaknya Salim, ketegasan yang membuat syaithan takut seperti Umar, gudang segala ilmu akhirat layaknya Ali, dan lain sebagainya. Kita belajar tentang kebersamaan membangun sebuah peradaban melalui ilmu, dimana mereka yang ahli menempati posisi sebagaimana mestinya, dan yang tak ahli semakin terlecut untuk mengembangkan diri dan meneruskan jejak-jejak kebaikan. Bukankah ilmu yang bermanfaat adalah satu diantara 3 amalan yang tak pernah putus pahalanya meskipun kita kembali pada-Nya.

4. Manfaatkan yang benci - Dia yang paling perhatian
Sahabat... pernahkah kita bertemu dengan seseorang yang membenci kita, tentang bagaimana ucapan dan sikap kita... dan bahkan kebaikan yang kita lakukan sekalipun. Ya, benar... mereka adalah orang yang paling perhatian dengan kita... sebaik-baik cermin yang membuat diri senantiasa bermuhasabah. Yang kita lakukan mungkin baik, tapi... terkadang kebaikan membuat orang lain iri, dengki, hasad, dll... Nikmatilah hal itu, karena saya pun sering merasakannya. Ah, begitu indahnya ada yang memperhatikan. Ketika diberi nikmat ataupun menyampaikan kebaikan ada yang memperhatikan, ketika duka melanda ataupun bencana menerpa ada juga yang berkata ini dan itu. Ya... terkadang kita terlalu menyombongkan diri, kita tidak pernah memahami bagaimana cara Allah menguji hamba-Nya yang beriman. Sudah cukupkah pelajaran yang kita petik dari Abdullah bin Ubay, yang namanya diabadikan Qur'an sebagai golongan 'munafik'. Ya... sekarang sangat banyak karakter yang mencerminkan sosoknya... barangkali hidayah Allah jauh lebih kita harapkan daripada ikut-ikutan mendengki seperti yang orang lain lakukan kepada kita. Berdo'alah untuk kebaikannya, semoga Allah memberikan pintu hidayah yang barangkali... melalui baiknya ucapan serta sikap kita padanya.

5. Tafakuri apa yang terjadi
Sahabat... banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita, sudahkah kita bermuhasabah setiap harinya? Ya, terkadang diri ini terlalu mengagung-agungkan rencana kedepan yang briliant tanpa mau berkaca atas segala kejadian masa lalu serta pelajaran yang bisa dipetik darinya. Tentang waktu... tentang segala hal yang pernah terjadi... sudahkah amalan yaumi kita lebih baik dan terus mengalami perbaikan dari hari ke hari meskipun hanya sedikit, ataukah kita istiqomah menjaga amalan yang membuat kita senantiasa dekat dengan-Nya. Ya... ini adalah bagaimana membangkitkan segenap energi positif yang sudah Allah berikan kedalam tubuh kita, terkadang kta lupa untuk mensyukurinya. Merenungi segala hal yang pernah terjadi... tentang keburukan, adalah bagaimana kita menghindar dan memperbaikinya... tentang kebaikan, bagaimana kita istiqomah didalamnya. Ah, diri ini masih belum cukup baik dan saya yakin... di luar sana banyak sahabat yang jauh lebih baik sehingga membuat saya lebih banyak belajar darinya. Tentang waktu... ya lagi-lagi tentang waktu. Semoga... Allah senantiasa memberikan barakah atas segenap aktivitas yang dikerjakan oleh kita selama hidup.

Kiranya ini yang biasa saya sampaikan, sepenggal kalimat yang terangkum dalam otak, sebait catatan dari sahabat yang saya cintai karena Allah. Meskipun tidak bisa hadir secara langsung, semoga banyak hal yang bisa kita petik dan pergantian waktu, bergantinya siang dan malam, serta semakin berkurangnya usia kita. Diri ini masih belum cukup baik, namun... senantiasa menjadi hamba-Nya yang terus berikhtiar. Ya Rabb, hamba hanya mengharapkan kebaikan dari tulisan ini.

Sabtu, 15 Desember 2012

Tentang...

Ini tentang bagaimana bersikap, dan ini semua adalah tentang kesabaran
Menelisik setiap urat syaraf anak manusia, namun memberikan nikmat berupa iman yang bertambah
Ini tentang bagaimana hati itu berbisik dan lidah itu berucap
Ketika lamat-lamat segera diubah menjadi suara lantang nan bergelora
Ini tentang suatu perasaan yang nyala dan nyata
Saat semua mata tertuju pada titik balik kehancuran atau kebangkitan suatu komunitas
Ini tentang kejujuran, dimana persahabatan selalu mempertanyakannya
Dan semua tertipu oleh bergulirnya banyak waktu

Ini tentang kekuatan hati, dan jiwa yang mulai rapuh
Kau tahu... iman itu akan memunculkan banyak kebaikan, bukan menusukdalam selimut
Ini tentang bagaimana menelaah, dan hasil akhir suatu perbincangan
Kau tahu... jiwa itu selalu dibisik oleh iblis sedangkan Allah selalu mengingatkan hamba-Nya
Ini tentang bagaimana menguasai pribadi yang mengaku beriman
Bukan tentang bagaimana bentuk hasil akhir yang muncul di permukaan

Ini tentang jiwa-jiwa yang banyak terlupa
Ash-Shobiyah itu merenggut banyak jiwa beriman
Ini tentang bagaimana bersikap
Sementara belum lama kesabaran itu hilang, hanya karena lidah yang salah berucap
Ini tentang berbagai do'a yang dipanjatkan, pun juga amal-amal yang terhubung dengan langit
Namun... semua terlupa akan niat-niat tulus demi merengkuh fulus yang memberangus
Ini tentang bagaimana bersikap,menelaah, beramal shaleh
Maka jadikanlah sabar itu penopang
Kuatkanlah kesabaran itu dengan iman
Tutup erat pintu kesabaranmu dari bisikan iblis yang mengecoh

Ini... tentang bagaimana kita besikap...

Jumat, 14 Desember 2012

TEKO dan GELAS

Bismillahirrahmanirrahim...

Weekend yang selalu ceria dan Insya Allah berkah bagi siapa saja yang mengharap pahala serta ridha-Nya. Baiklah, sesuai judul yang coba saya ajukan, saya berharap kebaikan atas segala sesuatu yang tertuang dalam lintasa alam pikiran yang telah Allah berikan.

Teko dan Gelas hanyalah suatu istilah. Teko yang identik dengan sesuatu yang berisi, dan Gelas yang terkait atas segala sesuatu yang akan terisi. Dan kita, manusia, Insya Allah berada pada dua keadaan tersebut. Ada kalanya kita menyampaikan sesuatu, nasihat, kebenaran kepada seseorang dan adakalnya kita menerima input data yang bisa merubah kita ataupun tetap pada keadaan seperti semula. Dan menjadi teko tak semudah yang dibayangkan, terlebih saat kita menjadi gelas.

Saat menjadi teko, niat menjadi pembuka pintu kebaikan, segala yang kita berikan kelak akan mencerminkan siapa kita dan orang-orang yang mendengarkan kata-kata kita. Kebaikan yang diberikan, maka kebaikan pula yang nampak. Maka ada istilah, 'ketika yang kita berikan adalah sampah, maka sampah pula yang keluar pada akhirnya'. Ibarat menanam padi, maka benih terbaiklah yang akan tumbuh lebih subur dan berisi. Pupuk dan Pestisida yang diberikan pun akan mencerminkan bagaimana padi yang dihasilkan kelak. Menjadi teko tak sekedar wibawa ataupun kata-kata menggugah, kita perlu berhati-hati pada 'kesombongan' yang senantiasa merongrong. Kebaikan yang kita sampaikan adakalanya ditermia, dan itu karena Allah, begitu pula dengan keadaan sebaliknya. Menjadi teko memerlukan konsistensi serta literasi yang luas, menjauhi debat, memperbaiki i'tikad, menjelejahi berbagai samudera ilmu, dan juga memahami segala macam perbedaan yang kelak timbul ataupun yang telah ada.

Pun juga saat menjadi gelas, maka kita menjadi pribadi yang luar biasa. Kenapa tidak...??? Kita meneguk ilmu sekaligus menjadi pendengar yang baik. Inilah hikmah mengapa Allah mencipatakan satu mulut dan dua telinga. Pada posisi ini kita diajak untuk menyempurnakan dua nikmat telinga serta kesabaran. Menjadi gelas pun tak semudah yang dibayangkan, karena kita memerlukan teko terbaik untuk mengisi kekosongan yang ada pada diri kita. Pada saat penuh pun, kita diharapkan menjadi pribadi yang menyalurkan berbagai isi yang telah meluap. Pada saat itu pula kita akan yang mengisi, atau menjadi teko-teko kebaikan, dan saat itu pula kita diuji dengan proses serta hasil akhir memberikan isi yang kita punya.

Ibarat dua sisi mata uang, menjadi teko dan gelas tak ubahnya berada di antara dua jurang. Yang satu membawa kebaikan, yang satu membawa keburukan. Teko berisi kebaikan, maka gelaspun akan menampung kebaikan, begitu pula dengan yang sebaliknya. Namun terkadang kita bisa 'tertipu' oleh banyaknya kebaikan yang bertebaran, karena kita terkadang melupakan kehadiran Allah yang menciptakan kebaikan. Kata-kata yang baik terkadang tidak mampu diserap atau bahkan dimentahkan, sementara yang seolah-olah baik (padahal buruk) selalu mengisi kekosongan gelas-gelas manusia saat ini. Ada apa gerangan...???

Barangkali niat-niat kita saat menjadi teko belum sepenuhnya karena Allah, barangkali saat menjadi gelas kita berkeinginan untuk menjatuhkan yang lain. Dan barangkali-barangkali hal yang lainnya. Tak mudah menjadi teko, maka tak ubahnya saat menjadi gelas, sementara Allah memerintahkan kita untuk ikhtiar (Telaah Surat At-Taubah ayat 105). Kita diharapkan menjadi pribadi yang berusahan semaksimal mungkin, hingga hasil akhir sepenuhnya milik Allah. Niat menjadi pembuka barakah, ikhtirar menjadi jalan terhadap ridha-Nya, maka tawakkal merupakan penutup setelah do'a2 itu terpanjatkan.

Barangkali tulisan sederhana ini mengingatkan kita semua, dan semoga Allah ridha atas tulisan ini. Saya mencintai kalian karena Allah... Wassalam...

Selasa, 11 Desember 2012

Dia... Ataukah Dia.. Ataukah Dia Yang Lainnya

Hingga telah sampai pada waktuku untuk beranjak, menerawang setiap setiap detik langkah yang pergi menjauh. Aku masih dalam jiwa yang merindu Tuhan, mengharapkan Dia seanantiasa memberikan kekuatan yang tak berperi agar tegar dalam langkahku. Seringkali kuterisak dalam gelak tawa yang berlalu, menyisakan setiap denting duka yang entah mengapa ini terjadi. Munajatku hanya agar pundak ini begitu kuat memikul beban serta amanah yang Dia berikan. Aku pun memastikan bahwa jiwa yang terus kujaga agar tenang ini berada dalam jalur cahaya yang penuh iman.

Hingga pada akhirnya, waktu itu telah datang dan kembali berlalu. Aku masih ada seperti yang sekarang, melewati segenap ruang waktu dan terus berjalan. Hingga pada akhirnya, aku terus berada dalam keadaan yang kucoba bersinar cerah. Beningnya hati karena iman memang tiada duanya, aku terus melangkah meski cukup banyak ketiadaan daripadaku. Aku terus melayang dalam lintasa pikiran, berharap cinta itu bersemayam dalam ruang iman di hatiku.

Hingga suatu saat aku terbawa dalam ruang mimpi yang bertepi. Langkah kakimu perlahan melewati setiap padang rumput hingga kutemukan banyak sosok sahabat yang memberi nasihat. Mereka nyata, namun diriku hanya berhalusinasi dalam alam mimpi. Suara itu... nasihat itu... tepukan bahu itu... senyuman manis itu... seakan nyata dan hatiku senantiasa berbunga dalam iman. Aku terus terbawa dalam langkah tegap, hingga suatu ketika kumenatap sebuah pohon beras di ujung jalan. Pohon yang mengisahkan tentang arti kehidupan dan perjalanan iman dalam mengarunginya. Pohon besar dimana bertahta gadis yang sampai saat ini tak kuketahui asal dan maksud tujuannya.

Hingga pada suatu ketika... aku hanya mampu meraih bayang-bayang semu, ia tak bisa kusentuh saat ini. Dan pada suatu waktu nanti... ah... waktu itu belum tiba, entah siapa sosok gadis yang Tuhan tunjukkan padaku, gadis berjilbab panjang warna putih. gadis berwajah manis yang tak kuingat namanya saat itu, namun begitu nyata dalam kehidupanku. Akankah ia...?

Aku tak banyak berharap... hingga pada waktunya... dia... atau mungkin dia... atau mungkin dia... dan yang lainnya.

Sang Bidadari

Aku terpana dalam diam, sebagaimana ia yang telah hadir dan menghilang
Malam itu begitu terang, sedang aku masih terbawa dalam bayang-bayang
Arti kehadiran itu senantiasa jelas dan menerawang
Mengisahkan tentang perjalanan anak manusia dalam lintasan mimpi yang melenakan
Aku kembali terpapa dalam harap, lantunan dzikir pun mengalun lembut dalam munajat
Aku kembali terdiam dalam tawa, menelisik setiap degup jantung atas nikmat-Nya yang tak terkira
Aku hanya kembali menyapanya dalam diam, bersama sentuhan kasih yang tak berasa
Tatap matanya hanya menelisik sekujur aliran darahku, namun aku hanya bisa diam

Raut wajahnya mengisahkan rindu dan penantian
Kata-katanya menusuk arti penting sebuah kehidupan
Perjalanan hidupnya adalah kisah yang perlu dipahami
Kecintaannya pada Tuhan adalah sebuah ilmu yang patut diteladani
Ia sama seperti kebanyakan yang lain, kecuali ilmu dan amalnya
Ia sama seperti keadaan yang lain, kecuali rupa dan sikapnya
Ia mencintai Tuhan dan Rasul-Nya, ia mencintai kedua orang tuanya
Ia menyayangi adik-adiknya, ia pun sangat bersahabat dengan lingkungannya

Aku hanya mampu terpana dalam diamnya, menelisik setiap tatap mata sayu yang ia pancarkan
Tidak ada keraguan, namun penuh kebisuan
Tiada kebahagiaan, namun penuh akan mimpi dan harapan
Ia hanya mampu menatapku yang menghadap langit, aku pun hanya menyapanya yang duduk beralaskan rumput yang menghijau
Ia hanya memantik senyum saat kata-kata selesai terucap, dan aku hanya mengangguk cinta setelah suara itu terdengar
Aku dan dia berada dalam alam keterbatasan, melantunkan nada-nada syahdu seakan telah terikat dalam iman
Aku dan dia memantik rindu dalam kecerahan, seakan aku dan dia semakin mendekat dalam wangi surga-Nya

Aku dan dia tiadalah nyata, kecuali mimpi dan cita-cita
Aku dan dia tiadalah berupa, kecuali iman dan cintanya
Aku dan dia memang selalu hadir
Aku dan dia senantiasa menggenggam rindu
Aku dan dia selalu tertawa dalam pilu
Aku dan terkadang menangis dalam suka
Aku dan dia yang dipersatukan dalam iman
Aku dan dia yang menatap masa depan iman menuju jannah-Nya

Ya, aku dan dia...
Aku bersama bidadari yang Dia janjikan, merengkuh setiap detik waktu yang telah terlewat


#Alunan Nada Mimpi Yang Menelisik Kala Sepertiga Malam Itu Tiba... Ya Rabb Sampaikanlah...

Sabtu, 08 Desember 2012

Masa Depan Kita Terlalu Cerah...?

Oh ya...? kusampaikan salam hangat penuh cinta untuk sahabat, dan dengan Basmallah aku memulai merangkai kata terbaik yang bisa diberikan. Sudah berapa lama kita hidup (berapa tahun lah... ^_^)? Dan sudah sejauh mana kita melangkah dalam mendalami makna hidup? Disini tidak ada yang mengajari... hanya memberikan sedikit nasihat terutama pada diri pribadi. Karena terkadang diri terlalu lemah dalam menghadapi kenyataan hidup, diri ini terlalu lemah dalam menghadapi berbagai problematika... baik dalam diri maupun umat kebanyakan. Barangkali #Prophetic Learning menjadi sarana bagi kita semua agar menjadi 'Generasi Pembelajar' yang juga 'Pilar Kebangkitan Umat'.

Menilik sejarah Nabi SAW, maka akan terbayang di pikiran kita bagaimana mulianya tutur kata lagi sikap. Ya... beliau yang dijuluki Al-Amin menjadi sosok yang diteladani sejak belum diutus menjadi Rasul hingga akhirnya Islam terjaga sampai sekarang. Kita akan melintasi dimensi kebaikan demi kebaikan yang mengalahkan serangkaian kejahatan, dan beliaulah (nabi SAW)... yang mengajarkan pada sahabat serta umatnya tentang arti penting sebuah kehidupan. Dan arti penting kehidupan bagi kita (menurut beliau SAW) adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu kita. Dan secerdas-cerdasnya manusia adalah mereka yang mengingat mati dan mempersiapkan kematiannya (Al-Hadist). Dan... mempersiapkan kematian akan sangat berkaitan dengan manajemen waktu kita. Bagaimana kita menggunakan waktu sepanjang 24 jam dalam sehari serta menghadirkan Allah didalamnya.

Suatu saat kita mungkin akan jauh dari tempat-tempat yang dipenuhi kebaikan, majelis dzikir dan ilmu, tempat-tempat yang jauh dari kesyirikan. Dan... suatu saat pula kita akan berada di lokasi yang sangat jauh dari kebaikan, penuh dengan asap rokok, senda gurau yang melenakan, pun juga... maksiat-maksiat yang hampir-hampir menjerumuskan serta menghapus kebaikan demi kebaikan yang kita kerjakan. Tidak mudah kawan... tidak mudah... dan hal termudah bagi kita adalah menjaga diri kita sembari memunculkan banyak kebaikan di tengah keburukan yang selalu hadir. Tidak mudah kawan... hidup tenang di lingkungan yang mereka menyepelekan shalat, sementara diri ini berupaya keras untuk menjaga amalan yaumi. Tidak mudah... tapi kita masih bisa menjaga diri kita dengan ibadah serta do'a. Tengok bagaimana Rasul berupaya dalam kesempitan, dan perjuangan beliau ditemani Khadijah ra... serta dukungan Abu Bakar, Ali, Darul Arqam sebagai tempat pertemuan... beliau pun menghadapi kesempitan hingga ruang gerak dakwah beliau bersama para sahabat dibatasi. Dan itu adalah rangkaian awal perjalanan dakwah Islam dengan membawa panji-panji A-Qur'an.

Lantas bagaimana dengan kita...? Dakwah itu tak semudah membalikkan kedua telapak tangan... dakwah itu sejalan dengan kualitas dan kuantitas amalan yaumi kita. Bagaimana orang yang diseru atau minimalnya dicontohkan mau mengikuti kita... sementara diri sendiri pun masih acak-adut dalam kelola waktu agar senantiasa dekat dengan Allah...??? Bilamana pertolongan Allah yang dekat itu...? Bilamana... sementara waktu kita habis hanya karena 'nikmat pekerjaan' atau 'majelis ilmu' atau 'agenda-agenda dakwah lainnya' dan kita... mengurangi waktu bermunajat pada-Nya. Berdua... dalam mihrab yang penuh cinta... dalam ruang kosong yang penuh berkah... waktu yang tidak hanya ada pada saat sepertiga malam kawan meskipun itu adalah sebaik-baik waktu dalam sehari. Dimana kita meletakkan pagi, siang, sore dan malam...??? Dan apakah Allah... senantiasa hadir dalam segenap aktivitas kita. Kita memang sedang berdakwah kawan... tapi tempatkan Allah pada tempat tertinggi... bukan ucapan ataupun pemikiran kita...!!! Diterima atau tidaknya dakwah kita mutlak urusan Allah... bukan karena kita. Tengok pula paman nabi SAW. Abu Thalib... Islamkah beliau saat akhir hayatnya...??? tidak... tidak... tapi kita pikirkan... bagaimana paman nabi SAW melindungi beliau SAW dan juga dakwahnya, rela menahan kelaparan bersama Bani Hasyim hanya untuk melindungi Muhammad SAW dari tangan-tangan Kafir Quraisy.

Prophetic Learning... suatu sarana memandang masa depan kita yang sudah Allah persiapkan, kita belajar dari masa lalu... kita menguatkan diri dari perjalanan atas setiap tutur kata dan sikap Nabi SAW. Dan kita... masa depan kita... bisa dikatakan terlalu cerah... Oh... barangkali kegelapan hati telah menutup pintu-pintu kebaikan yang sebenarnya membangkitkan energi positif yang telah Allah siapkan jauh sebelum kita lahir ke dunia. Apakah itu...??? AKAL... Ya... AKAL...!!!

Akal yang selalu berpedoman pada petunjuk Allah, akal yang senantiasa memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya lewat segala ciptaan-Nya... akal yang senantiasa menghadirkan-Nya bersama segenap aktivitas. Akal yang membimbing kita menjauhi kesombongan... Akal yang membuat lisan kita banyak berkata 'Semua Karena Allah...,'... lisan yang penuh dengan dzikir... karena AKAL kita... jadi wajar... apabila masa depan kita terlalu cerah... karena kita menggunakan AKAL yang membimbing untuk masuk surga... bukankah itu cita-cita terbesar anak manusia??? Bukankah itu kenikmatan tertinggi yang Allah ciptakan untuk kita...???

Lantas apa yang membuat kita ragu...? Mengapa terkadang kita menjadi Tuhan atas segala aktivitas yang dikerjakan, bukankah Allah menciptakan kita sebagai manusia...? Mengapa terkadang kita sendiri yang 'mengerdilkan' fungsi akal hanya karena berbagai tantangan atau ujian yang Allah berikan kepada kita... kita memang lemah... YA... tapi bukan begitu 'Bagi Pemilik Masa Depan Yang Terlalu Cerah'... kekuatan iman yang mendorong pribadi agar tetap tegar dengan lingkungan yang jauh dari Allah, kekuatan iman... yang membawa pribadi lebih banyak menangis ketika diberikan kebahagiaan... kekuatan iman... yang membimbing hati agar tawakkal ketika susah melanda. kekuatan iman... yang menjaga diri agar selalu dekat dengan-Nya dalam kondisi apapun.

Masa Depan Kita Terlalu Cerah... Ya... apabila kita menggunakan konsep AKAL yang selalu bersandar pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta Ijma'... pendapat para ulama... terbebas dari Taqlid, menjauhi SYIRIK... membuang jauh KESOMBONGAN yang membuat 'SURGA' tempat yang Allah janjikan bagi hamba-Nya yang beriman serta beramal sholeh 'MENOLAK" kehadiran kita!!!

#Prophetic Learning

Minggu, 02 Desember 2012

BEAT THE OTHER



1 Desember 2012 Timnas kita dikalahkan kembali oleh tetangga sebelah, Ya... dalam sebuah permainan memang pasti ada yang menang dan kalah, lumrah. Tidak perlu ribut-ribut menyalahkan siapa ataupun kecewa, karena barangkali Allah lebih kecewa karena kita melupakan kehadiran-Nya tanpa disadari. Nah... timnas kita masih punya kesempatan lebih banyak lagi untuk memenangkan pertandingan pada event yang lain, tinggal bagaimana kita siap untuk mendukung. Tak perlu ribut-ribut merecoki kisruh PSSI kalau kita tidak terlibat, kecuali kita ingin melibatkan diri dengan menjadi pengurusnya. Karena disinilah barangkali bertebaran dosa-dosa akibat mulut yang tak dijaga, karena disini pula barangkali kita seolah-olah menjadi ‘TUHAN” atas apa yang terjadi dengan timnas kita semalam. Sudah... tidak perlu risau, karena kita sendiri pun masih punya tugas yang ‘menumpuk’ untuk segera diselesaikan. Jangan kotori ‘luapan energi positif’ yang sudah Allah ciptakan hanya karena kecewa atas apa sesuatu yang kita tidak terlibat didalamnya, kecuali... kita bertekad untuk melibatkan diri.

Nah,,, menilik setiap pertandingan sepakbola, agaknya kita perlu sedikit mengulas terkait judul ‘BEAT THE OTHER’ yang saya sajikan. Ya... sebagai pengamat sepakbola memang diperlukan ketajaman berpikir dan juga data-data sebelum menuangkan kalimat demi kalimat, sama halnya ketika seseorang diminta menjadi pembicara ataupun seorang mahasiswa yang menempuh sidang sarjana. Kemampuan analisa dari berbagai data yang membuat pemahaman berkumpul, kelak akan membantu tertuangnya kata-kata ilmiah ataupun sekedar kalimat baik.

Mengalahkan sebuah tim, dalam dunia sepakbola, tidak ditentukan oleh seorang ‘megabintang’ ataupun ‘juru taktik’ mumpuni. Itulah mengapa Rasul memerintahkan agar kita selalu mengerjakan shalat wajib secara berjamaah, karena sesungguhnya kebahagiaan dan juga kemenangan akan lebih mudah diraih disaat bersama. Selama ini, bagi yang hobi menonton atau bahkan punya tim sepakbola idola/fans, mungkin tidak semua mengetahui seluk-beluk tim kesayangan, yel-yel, sejarah berdiri klub, sejumlah prestasi hingga musim keterpurukan. Kebanyakan euforia atas kemenangan atau trofi yang didengungkan, dan memang benar semua orang sangat menginginkan kebahagiaan. Namun... sebuah tim besar selalu memiliki sejarah kelam yang membuat mereka segera bangkit dari keterpurukan. Piala Dunia 1982 dan 2006 membawa Italia menjadi kampiun disaat skandal Calciopoli merebak, hebat! Secara mengejutkan... Chelsea menjuarai Liga Champions untuk kali pertama, tahun 2012, meskipun didalamnya ada seorang 'striker mahal yang mandul' Fernando Torres, mengalahkan tim sekelas Barcelona di semifinal, luar biasa!

Adakah yang pernah menyadari klub Steaua Bucuresti (Rumania) dan Notingham Forest (Inggris) pernah berjaya di Eropa? Barangkali searching di ‘google’ Insya Allah akan menambah banyak data-data tentang apa yang kita yakini dalam sepakbola. Kita boleh jadi fans suatu klub sepakbola, misal saya yang mendukung AC Milan sejak 1998, karena tidak ada larangan didalamnya. Dan tidak perlu pula kita berlebihan, apalagi saling ejek yang justru menambah dosa, padahal siapa kita dengan klub itu...? fans adalah pendukung, dan itulah salah satu kekuatan untuk mengalahkan tim lain. Hampir seluruh pertandingan kandang dimenangkan oleh tuan rumah, dan itulah... salah satu kekuatan yang membuat sebuah tim sepakbola mampu memenangkan laga di depan pendukung sendiri. Karenanya... seorang fans adalah yang mengetahui seluk-beluk tim yang mereka bela atau dukung, tidak hanya sekedar bintang. Fans pula yang menjadi aktor kedua belas saat pertandingan kandang berlangsung... euforia semangat tak kenal lelah yang membantu tim kesayangannya bangkit dari ketertinggalan atau minimal menyamakan kedudukan... apalagi, ketika yang dihadapi adalah tim dengan kualitas yang lebih baik.

Lagu bagaimana dengan laga tandang...? yuk kita liat bagaimana tim asal Spanyol, Barcelona, dimana sosok Messi menjadi ‘momok’ yang menakutkan. Ups... tunggu dulu... Barcelona bukanlah Messi atau Xavi atau Iniesta atau Puyol... Barcelona adalah Barcelona yang dilatih Tito Vilanova mulai musim 2012/2013 dengan sejumlah prestasi setelah tim ini berjaya di bawah asuhan Guardiola. Tim ini dibangun dengan ‘kepercayaan diri yang sangat tinggi, jadi wajar apabila ‘kemenangan’ menjadi ‘nilai mutlak’ yang selalu diperoleh. Namun Barcelona bukanlah ‘superior’, tim ini pasti mengalami kekalahan dan kembali menuai hasil positif. Kepercayaan di lapangan, ruang ganti, staf, official, para petinggi klub... menjadi kekuatan lebih yang dimiliki oleh Barcelona, jarang ada tim sepakbola besar yang seperti ini.

Yang membuat kita berpikir adalah bukan karena Barcelonanya, namun bagaimana lawan yang dihadapinya. Rata-rata, entah pura-pura ataupun jujur, setiap tim yang melawan Barcelona ‘ciut’ sebelum bertanding. Dengung-dengung ‘Messi’ataupun Xavi ataupun Iniesta menjadi ‘trending topic’, dan hampir seluruh pelatih menginstruksikan agar pemainnya menjaga pergerakan Messi. Benar memang... tapi... mereka melupakan ‘kebersamaan’ yang sudah dibangun tim ini. Barcelona memiliki banyak pemain dengan skill individu diatas rata-rata, tapi... setiap kali bertanding yang mereka lakukan adalah melakukan passing, membuka ruang... dan GOL...!!! itu... yapz... memang seperti itulah permainan Barcelona sejak Frank Riijkard menangani Ronaldinho cs tahun 2005. Umpan-umpan akurat menjadi kunci kekuatan tim ini untuk mengalahkan lawan, dan kemampuan individu pemain ‘dikolektifkan’ dalam suatu kesatuan. Wajar... apabila setiap tim yang melawan akan ‘ciut’ duluan. Dan inilah kunci terbesar UNTUK MENGALAHKAN SEBUAH TIM.

BEAT THE OTHER bukanlah sarana saling sikut, namun upaya untuk meraih kemenangan secara bersama. Karena bersama-sama membuka keran komunikasi, percepatan prestasi hingga ide-ide besar yang akan dikerjakan. Seperti tim Barcelona, meskipun saya bukan fans tim ini, sudah mengantongi kemenangan karena tim lawan dikalahkan seorang ‘Messi’ sehingga mengabaikan peran pemain yang lain... dan memang... Barcelona kembali menang, menang dan menang. Kalah lagi... menang lagi dan begitu seterusnya. Menjatuhkan mental lawan dengan kekuatan bersama akan jauh memberikan dampak, daripada hanya mengandalkan satu individu dengan kualitas super yang ‘belum tertandingi’. Itu yang belum ada di tim megabintang sekelas ‘Real Madrid’, maaf buat fansnya, terlalu mengandalkan kekuatan finansial, bintang sepakbola, pelatih. Terlalu sering taktik berubah, kurangnya kebersamaan dan terlalu vitalnya peran Ronaldo. Karena pada dasarnya tim pemenang adalah yang membangun kekuatan secara bersama. Itulah mengapa tim sekelas “Steaua Bucuresti” pernah berjaya di Eropa, bukan karena Dejan Savicevic yang memang menjadi bintang saat itu.

Bersama Insya Allah kita bisa ‘Beat The Other’, adanya orang hebat... adalah suplay untuk menjaga kebersamaan... bukan malah membiarkan orang itu bertindak sendirian. Ingat... kebersamaan mendekatkan pada kemenangan... pasukan Khalid mampu mengalahkan Romawi di Yamurk karena kebersamaan... ada pasukan Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan, Qaqa, dan lain-lain... tidak melulu mengandalkan Khalid karena kemenangan pun Allah yang mengatur dan pergilirkan. Namun... kebersamaan jauh membuka jalan kemenangan, dan itulah yang tidak disadari oleh pasukan besar Persia dan Romawi pada saat itu. Mereka terlalu mengandalkan sosok panglima, membiarkan ‘ciut’ nyali para prajurit, tidak ada kebersamaan kecuali karena keterpaksaan. Berbeda dengan pasukan muslim yang memang ‘mengejar syahid’ sehingga mereka bersemangat ketika berperang, terlebih... apabila diberi kemenangan mereka akan tetap hidup dan kembali bekerja bersama-sama serta siap memenuhi panggilan ‘jihad’ apabila diperlukan.

Bersama, Insya Allah kita pasti bisa... pasti bisa... pasti bisa... gagal..??? Insya Allah berhasil... pasti berhasil... kekuatan ikhtiar itu jauh lebih meledakkan ‘energi positif’ dalam diri ketimbang merutuki ‘kegagalan’. Tidak ada yang lebih nista daripada ‘mencela’ sebuah kekalahan, ataupun merecoki lawan yang kita kalahkan. Tidak perlu kita kotori lisan dan pikiran kita atas sesuatu yang kita tidak terlibat didalamnya. Kita masih punya tugas besar yang dikerjakan bersama... kita punya tumpukan PR yang harus diselesaikan bersama... kita bisa juga berkaca dari rentetan kegagalan untuk meledakkan ‘energi positif’ dalam diri. Dan yang terpenting kita masih hidup... kita masih punya banyak kesempatan untuk meraih kemenangan... dan menghadirkan Allah dalam setiap langkah.

TRUST ME, WE CAN BEAT THE OTHER, TOGETHER... SMILE WITH THE OTHER... LAUGH... ADVENTURE... AND EVERYTHING... INSYA ALLAH... WE WILL MEET AGAIN IN ‘JANNAH’ TOGETHER... AAMIIN...

*Timnas Indonesia masih punya banyak kesempatan meraih kemenangan di waktu yang lain... Anak-anak usia dibawah 12 tahun telah membuktikan dengan menduduki peringkat 4 Danone Nations Cup tahun 2006 (best defense dengan 1 gol), peringkat 6 tahun 2009, tahun 2005 Muse Irving (meskipun kini belum tersiar kabar tentangnya) menjadi top skorer dengan 10 gol dan timnas kita terpilih sebagai best attack dengan total 24 gol. selama dunia ini belum kiamat... selama kita masih percaya... selama Allah memberikan kesempatan anak-anak Indonesia untuk menjadi bagian ‘GARUDA DI DADAKU’...!!! Ayo... Ayo... Ayo... Indonesia BISA!!!

Rabu, 28 November 2012

Your Positive Great Energy

Energi positif dirimu mengalir dalam banyak kesempatan, dalam banyak perbuatan. Mari kita selidik kalimat "Kesempatan tidak akan datang untuk kali kedua...," Hmm, kita bisa tertipu apabila belum memahami semantik ataupun energi positif yang bisa kita gali.

Bismillahirrahmanirrahim... Kesempatan dalam hidup hanya sekali, dan itu adalah kalimat yang tepat untuk membarengi kalimat "Kesempatan tidak akan datang untuk kali kedua". Kita bisa mengambil banyak energi positif dari banyak kegagalan ataupun saat melakukan satu diantara sekian pilihan. Ya, kesempatan sekali dalam hidup tidak boleh kita kotori hanya dengan ratapan kosong tanpa usaha maksimal. Betapa pun banyak kegagalan yang dirasakan, tetap kita tidak boleh menyia-nyiakan tebaran 'Energi Positif' yang bisa meledakkan hari-hari selanjutnya dalam hidupmu.

Membaca buku-buku biografi tokoh sebenarnya bisa membantu dirimu merubah paradigma berpikir "Kesempatan tidak akan datang untuk kali kedua...," menjadi "Kesempatan akan selalu datang berulang kali". Ya... BENAR SEKALI!!! Kesempatan dalam hidup akan terus ada dan hadir, itulah letak energi positif terbesar dalam hidup kita sehingga tidak terlalu risau dengan banyaknya kegagalan yang dialami. Banyaknya kegagalan dalam hidup saya justru membalikkan keadaan yang lebih baik menginjak usia 23 tahun, meskipun tidak lebih baik daripada teman sebaya yang bergaji jauh lebih banyak. Tapi ternyata saya lebih banyak mendengarkan kalimat2 semangat nan indah dari para buruh atau kuli angkut, pemikiran cerdas warga desa yang sering mati lampu, hingga mendegar derasnya aliran sungai sehingga bertindak lebih hati-hati serta meninggalkan kecerobohan. Kesempatan dalam hidup kita terlalu banyak kawan, TIDAK HANYA DUA KALI. Kita diberi akal nan cerdas untuk merubah kondisi kita menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, mengupas tafsir surat Ar-Ra'd ayat 11 sekaligus La Yukallifullahu nafsan Illa wush'aha, Insya Allah semakin meledakkan luapan energi positif yang ada dalam diri kita.

Kita terlalu rapuh dalam memahami konsep akal sehingga kalimat "Kesempatan tidak akan datang untuk kali kedua...," menjadi bayang-bayang menakutkan setiap kali kita memilih, menghadapi tantangan, atau bahkan mengalami kegagalan. Kita terlalu 'MENUHANKAN' perasaan serta akal kita sehingga membuang jauh LEDAKAN ENERGI POSITIF yang barangkali menjadikanmu jauh lebih sukses dari mereka yang kali ini lebih sukses daripada dirimu. Saat ini gaji kawanmu mungkin lebih besar, namun bahagiakah ia? lebih dermawankah ia? bermasyarakatkah ia? bagaimana kondisi amalan yauminya? bagaimana pandangan masyarakat pedesaan terhadapnya? bagaimana telinga dan hatinya saat panggilan shalat menggema...??? adakah ia lebih baik dari seorang pekerja kebun yang digaji kurang dari satu juta, ia mampu menghafal 5 juz Al-Qur'an, shalat di awal waktu meskipun harus beralaskan rumput, berumah dengan bahan dominan kayu hutan...??? ADAKAH...???

Ataukah kita terlalu rapuh dengan kondisi nikmat dunia sehingga terlalu lemah dalam menghadapi kegagalan serta mengambil keputusan...? Kita terlampau kurang pede dengan kondisi diri, kita terlalu MENUHANKAN hawa nafsu yang hampir-hampir menjerumuskan kedalam lubang nista sepanjang zaman. Yakinlah... orang yang sebelumnya tidak bertato dan rajin ibadah kemudian bertato dan meninggalkan ibadah... masih punya banyak kesempatan untuk beramal meskipun ia masih bertato. Seorang ulama bisa terjerumus dalam pemujaan kepada akal atau bahkan jin dan ia masih memiliki kesempatan untuk tersadar dan meninggalkan budaya syirik atau bahkan semakin tenggelam dalam dunia 'hitam' yang ia anggap 'putih bersih'.

Yakinlah... kita mempunyai banyak kesempatan dari satu kesempatan hidup di dunia... kita punya banyak ledakan energi positif untuk dikembangkan... kita bisa jauh lebih tenang meskipun tidak lebih kaya, kita bisa jauh lebih cerdas meskipun IPK hanya mencapai angka 3. kita... memiliki banyak kesempatan untuk berkembang jadi 'BOS BESAR' meskipun saat ini menjadi kuli bangunan. KITA BISA... KITA PASTI BISA!!! apakah kita mendapatkannya di dunia... atau pun nanti kelak di akhirat... ingat kawan 'KESEMPATAN ITU TIDAK HANYA DATANG DUA KALI... TAPI BERKALI-KALI'. Gagal melamar akhwat A dapat kesempatan lamar yang B atau C atau D dan seterusnya, gagal masuk kantor A masih ada kesempatan masuk anak cabang kantor A, dan bisa jadi malah pindah ke kantor A karena kerja kita bagus. gagal masuk kampus favorit masih bisa masuk kampus 'ecek-ecek', siapa tahu... Allah memberikan kita kesempatan kuliah S2 di kampus yang dulu kita tuju atau bahkan beasiswa S2 luar negeri yg melebihi 'levelnya' daripada kampus pilihan kita, nah???

MASIHKAH KITA HANYA TERDIAM DENGAN KEADAAN YANG TERJADI PADA DIRI KITA...?! Bergeraklah... Raih Ledakan Energi Positif yang sudah Allah siapkan pada dirimu... :)

Senin, 26 November 2012

Jatinangor

Alhamdulillah aku berada di tempat ini, sungguh... kesunyian lebih banyak melanda kendati Rabbku tak pernah tertidur dan mengawasi gerak langkahku untuk memuji-Nya. Sungguh... aku merindukan Jatinangor dengan berbagai suasananya... aku merindukan ide-ide besar yang pernah terhubung dari balik percakapan maupun sapa mesra orang-orang yang tinggal ataupun singgah.

Jatinangor bukanlah sembarang kota, karena aku dibesarkan dengan berbagai fenomena di dalamnya. 5 tahun aku menempa ilmu di FTG Unpad dengan berbagai pengalaman suka maupun duka, namun... jauh lebih hebat ketika aku memandang Jatinangor sebagai kota yang 'melahirkan' kecerdasan otakku. 5 tahun bukanlah waktu sesaat untuk berbangga diri dengan gelar, aku masih perlu banyak belajar tentang Indonesia sehingga memilih untuk menetap disini, bersama Guru Spiritual yang selalu membimbing. Tawa... canda... bahagia... duka... nestapa... sudah terlalu banyak yang aku alami di kota ini.

Terlalu cepat apabila harus kutinggalkan, sehingga... aku bertekad untuk memboyong 'istri' agar tinggal bersamaku di kota ini, Insya Allah. Belum cukup hebat bagiku menepikan kebesaran kota ini... belum cukup banyak karya-karya yang dihasilkan, sehingga waktu kuhabiskan untuk menulis dan membaca. Aku sangat nyaman berada di kota ini dengan segala carut-marut serta keindahannya. Ah... terlalu sembrono apabila aku yang biasa-biasa saja banyak bicara tentang kota ini. Namun... aku akan terus menetap bersama kota ini. Di kota ini aku pun menemukan 'bidadari', dan...aku tak menyangka bersua dengan sosok baik itu dalam percakapan tidak resmi. Ia bukanlah bidadari biasa, melainkan kekuatan hati yang membawa rasa tenang akan berbagai tantangan serta ujian... hingga malapetaka itu kadang datang silih berganti menghiasi waktu. Ah... seakan kuterlena akan kehadirannya, bidadari itu... adalah ide-ide terindah yang pernah kudapatkan bersama malam di kota ini.

Bidadari itu... yang kutuliskan lewat bait pembuka dalam dwilogi novelku... Peri kecil yang senantiasa membuka keran pemikiran sehingga Sang Khaliq menjadi tempat peraduan dan pengaduanku setiap saat. Ah... hidup sendiri di kota ini memang melenakan, namun kelak... aku akan bertahta dalam iman bersama 'sang bidadari sebenarnya' di kota ini... Jatinangor yang Indah...

Sabtu, 24 November 2012

IKHTILATH

Pembicaraan seputar ikhtilath atau bercampur baur antara laki-laki dan perempuan dengan tanpa hijab/tabir penghalang sudah pernah kita singgung. Namun karena banyaknya penyimpangan kaum muslimin dalam perkara ini dan adanya sisi-sisi permasalahan yang belum tersentuh maka tak ada salahnya kita bicarakan dan kita ingatkan kembali.

Bukankah Rabbul Izzah telah berfirman:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)

Dan juga dalam rangka menasihati diri pribadi dan orang lain, karena agama ini adalah nasihat, seperti kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih:

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

“Agama itu adalah nasihat.”

Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alusy Syaikh[1] rahimahullahu menyatakan dalam Fatawa dan Rasa`ilnya (10/35-44) bahwa ikhtilath antara laki-laki dengan perempuan ada tiga keadaan:

Pertama: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki dari kalangan mahram mereka, maka ini jelas dibolehkan.

Kedua: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) untuk tujuan yang rusak, maka hal ini jelas keharamannya.


Ketiga: Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) di tempat pengajaran ilmu, di toko/warung, kantor, rumah sakit, perayaan-perayaan dan semisalnya. Ikhtilath yang seperti ini terkadang disangka tidak akan mengantarkan kepada fitnah di antara lawan jenis, padahal hakikatnya justru sebaliknya. Sehingga bahaya ikhtilath semacam ini perlu diterangkan dengan membawakan dalil-dalil pelarangannya.


Dalil secara global, kita tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan laki-laki dalam keadaan punya kecenderungan yang kuat terhadap wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita punya kecenderungan kepada lelaki. Bila terjadi ikhtilath tentunya akan menimbulkan dampak yang negatif dan mengantarkan kepada kejelekan. Karena, jiwa cenderung mengajak kepada kejelekan dan hawa nafsu itu dapat membutakan dan membuat tuli. Sementara setan mengajak kepada perbuatan keji dan mungkar.

Dalil secara rinci, kita tahu bahwa wanita merupakan tempat laki-laki menunaikan hasratnya. Penetap syariat pun menutup pintu-pintu yang mengantarkan keterkaitan dan keterpautan sepasang insan yang berlawanan jenis di luar jalan pernikahan yang syar’i. Hal ini tampak dari dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang akan kita bawakan di bawah ini.

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepadanya dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung.” (Yusuf: 23)

Ketika terjadi ikhtilath antara Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan istri Al-Aziz, pembesar Mesir di kala itu, tampaklah dari si wanita apa yang tadinya disembunyikannya. Ia meminta kepada Yusuf untuk menggaulinya. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi Yusuf dengan rahmat-Nya sehingga dia terjaga dari perbuatan keji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Yusuf: 34)

Demikian pula bila lelaki lain ikhtilath dengan wanita ajnabiyah. Masing-masingnya tentunya menginginkan apa yang dicondongi oleh hawa nafsunya. Berikutnya, dicurahkanlah segala upaya untuk mencapainya.

2. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lelaki yang beriman untuk menundukkan pandangan dari melihat wanita yang bukan mahramnya, demikian pula sebaliknya seperti termaktub dalam firman-Nya:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah (ya Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…’.” (An-Nur: 30-31)

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin dan kaum mukminat untuk menundukkan pandangan mereka. Kita tahu dari kaidah yang ada, perintah terhadap sesuatu menunjukkan wajibnya sesuatu tersebut. Berarti menundukkan pandangan dari melihat yang haram itu hukumnya wajib. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa hal itu lebih bersih dan lebih suci bagi mereka. Penetap syariat tidak membolehkan lelaki memandang wanita yang bukan mahramnya terkecuali pandangan yang tidak disengaja. Itu pun, pandangan tanpa sengaja itu, tidak boleh disusul dengan pandangan berikutnya. Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata:

سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ نَظْرِ الْفُجَاءَةِ، فَأَمَرَنِي أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي

“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku untuk memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5609)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan, “Makna الْفُجَاءَةِ نَظْرِ adalah pandangan seorang lelaki kepada wanita ajnabiyah tanpa sengaja. Maka tidak ada dosa baginya pada awal pandangan tersebut, dan wajib baginya memalingkan pandangannya pada saat itu. Jika segera dipalingkannya, maka tidak ada dosa baginya. Namun bila ia terus memandangi si wanita, ia berdosa berdasarkan hadits ini. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Jarir untuk memalingkan pandangannya. Juga bersamaan dengan adanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ

“Katakanlah (Ya Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata…’.” (An-Nur: 30) [Al-Minhaj, 14/364]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menundukkan pandangan dari lawan jenis, karena melihat wanita yang haram untuk dilihat, adalah zina. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَة، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُُ، وَالنَّفُسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina[2], dia akan mendapatkannya, tidak bisa terhindarkan. Maka zinanya mata dengan memandang (yang haram), dan zinanya lisan dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657)

Dalam lafadz lain disebutkan:

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَى، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الْاِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak bisa terhindarkan. Kedua mata itu berzina dan zinanya dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)

Memandang wanita yang haram teranggap zina, karena seorang lelaki merasakan kenikmatan tatkala melihat keindahan si wanita. Hal ini akan menumbuhkan sebuah “rasa” di hati si lelaki, sehingga hatinya pun terpaut dan pada akhirnya mendorongnya untuk melakukan perbuatan keji dengan si wanita. Tentunya kita maklumi adanya saling pandang antara lawan jenis bisa terjadi karena adanya ikhtilath antara lawan jenis. Ikhtilath pun dilarang karena akan berujung kepada kejelekan.

3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam dada.” (Ghafir: 19)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ayat ini terkait dengan seorang lelaki yang duduk bersama suatu kaum. Lalu lewatlah seorang wanita. Ia pun mencuri pandang kepada si wanita.” Ibnu Abbas berkata pula, “Lelaki itu mencuri pandang kepada si wanita. Namun bila teman-temannya melihat dirinya, ia menundukkan pandangannya. Bila ia melihat mereka tidak memerhatikannya (lengah), ia pun memandang si wanita dengan sembunyi-sembunyi. Bila teman-temannya melihatnya lagi, ia kembali menundukkan pandangannya. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui keinginannya dirinya. Ia ingin andai dapat melihat aurat si wanita.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 15/198)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifatkan mata yang mencuri pandang kepada wanita yang tidak halal untuk dipandang sebagai mata yang khianat. Lalu bagaimana lagi dengan ikhtilath? Bila memandang saja dicap berkhianat sebagai suatu cap yang jelek, apalagi berbaur dan saling bersentuhan dengan wanita ajnabiyah.

4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliah yang dahulu.” (Al-Ahzab: 33)

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci lagi menjaga kehormatan diri untuk tetap tinggal di rumah mereka. Hukum ini berlaku umum untuk semua wanita yang beriman, karena tidak ada dalil yang menunjukkan kekhususan ayat ini hanya untuk para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka diperintah tetap tinggal di dalam rumah, kecuali bila ada kebutuhan darurat untuk keluar rumah. Lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa ikhtilath dengan lawan jenis sebagai perkara yang boleh dilakukan, sementara wanita diperintah untuk tidak keluar dari rumahnya?

Adapun dalil dari As-Sunnah yang menunjukkan tidak dibolehkannya ikhtilath, di antaranya:

1. Ummu Humaid radhiyallahu ‘anha istri Abu Humaid As-Sa’idi Al-Anshari radhiyallahu ‘anahu datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku senang shalat berjamaah bersamamu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّيْنَ الصَّلاَةَ مَعِيْ، وَصَلاَتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلاَتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسجدِ قَومِِكِ، وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِي

“Sungguh aku tahu bahwa engkau senang shalat berjamaah bersamaku, akan tetapi shalatmu di kamar khususmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu. Dan shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu. Dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu. Dan shalatmu di masjid kaummu lebih utama bagimu daripada shalatmu di masjidku.” (HR. Ahmad 6/371. Al-Haitsami berkata, “Rijal hadits ini rijal shahih kecuali Abdullah bin Suwaid, ia di-tsiqah-kan oleh Ibnu Hibban.” Demikian pula yang dikatakan Al-Hafizh dalam At-Ta’jil. Lihat catatan kaki Musnad Al-Imam Ahmad, 18/424, cet. Darul Hadits, Al-Qahirah)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu menyatakan, “Hadits seperti ini memberi pengertian bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama. Jika mereka (para wanita) berkata, ‘Aku ingin shalat di masjid agar dapat berjamaah.’ Maka aku katakan, ‘Sesungguhnya shalatmu di rumahmu lebih utama dan lebih baik.’ Hal itu karena seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath dengan lelaki yang bukan mahramnya, sehingga akan menjauhkannya dari fitnah.” (Majmu’ah Durus Fatawa, 2/274)

Beliau rahimahullahu juga mengatakan, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian sementara beliau berada di Madinah. Dan kita tahu shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan dan nilai lebih. Akan tetapi karena shalat seorang wanita di rumahnya lebih tertutup baginya dan lebih jauh dari fitnah (godaan) maka hal itu lebih utama dan lebih baik.” (Al-Fatawa Al-Makkiyyah, hal. 26-27, sebagaimana dinukil dalam Al-Qaulul Mubin fi Ma’rifati ma Yuhammimul Mushallin, hal. 570)

2. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf (jamaah) lelaki adalah shaf yang awal dan sejelek-jelek shaf (jamaah) lelaki adalah yang akhirnya. Sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang terakhir dan sejelek-jelek shaf wanita adalah yang paling awal.” (HR. Muslim no. 440)

Al-Imam Nawawi rahimahullahu berkata, “Adapun shaf-shaf lelaki maka secara umum selama-lamanya yang terbaik adalah shaf awal, dan selama-lamanya yang paling jelek adalah shaf akhir. Beda halnya dengan shaf wanita. Yang dimaukan dalam hadits ini adalah shaf wanita yang shalat bersama kaum lelaki. Adapun bila mereka (kaum wanita) shalat terpisah dari jamaah lelaki, tidak bersama dengan lelaki, maka shaf mereka sama dengan lelaki. Yakni, yang terbaik adalah shaf yang awal sementara yang paling jelek adalah shaf yang paling akhir. Yang dimaksud shaf yang jelek bagi lelaki dan wanita adalah yang paling sedikit pahalanya dan keutamaannya, serta paling jauh dari tuntunan syar’i. Sedangkan maksud shaf yang terbaik adalah sebaliknya. Shaf yang paling akhir bagi wanita yang hadir shalat berjamaah bersama lelaki memiliki keutamaan karena wanita yang berdiri dalam shaf tersebut akan jauh dari bercampur baur dengan lelaki dan melihat mereka. Di samping jauhnya
mereka dari berhubungan dengan kaum lelaki dan memikirkan mereka ketika melihat gerakan mereka, mendengar ucapannya, dan semisalnya. Shaf yang awal dianggap jelek bagi wanita karena alasan yang sebaliknya dari yang telah disebutkan.” (Syarh Shahih Muslim, 4/159-160)

Al-Imam Ash-Shan’ani rahimahullahu menyatakan, “Dalam hadits ini ada petunjuk bolehnya wanita berbaris dalam shaf-shaf. Dan zahir hadits ini menunjukkan sama saja baik shalat mereka itu bersama kaum lelaki atau bersama wanita lainnya. Alasan baiknya shaf akhir bagi wanita karena dalam keadaan demikian mereka jauh dari kaum lelaki, jauh dari melihat dan mendengar ucapan mereka. Namun alasan ini tidaklah terwujud kecuali bila mereka shalat bersama lelaki. Adapun bila mereka shalat dengan diimami seorang wanita maka shaf mereka sama dengan shaf lelaki, yang paling utama adalah shaf yang awal.” (Subulus Salam, 2/49)

Apabila penetap syariat menjaga jangan sampai campur baur dan keterpautan antara lelaki dan wanita terjadi pada tempat ibadah, padahal dalam shalat jelas terpisah antara shaf lelaki dengan shaf wanita dan umumnya mereka yang datang memang ingin menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, jauh dari keinginan untuk berbuat jelek, maka tentunya di tempat lain yang terjadi ikhtilath lebih utama lagi pelarangannya.

3. Zainab radhiyallahu ‘anha istri Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami:

إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ الْمَسْجِدَ فَلاَ تَمَسَّ طِيْبًا

“Apabila salah seorang dari kalian menghadiri shalat berjamaah di masjid maka jangan ia menyentuh (memakai) minyak wangi.” (HR. Muslim no. 996)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَ تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللهِ مَسَاجِدَ اللهِ وَلَكِنْ لِيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلاَتٌ

“Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah dari mendatangi masjid- masjid Allah. Akan tetapi hendaklah mereka keluar rumah dalam keadaan tidak memakai wangi-wangian.” (HR. Abu Dawud no. 565. Kata Al-Imam Al Albani rahimahullahu, “Hadits ini hasan shahih.”)

Ibnu Daqiqil Id rahimahullahu berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para wanita keluar menuju masjid bila mereka memakai wangi-wangian atau dupa-dupaan, karena akan membuat fitnah bagi lelaki dengan aroma semerbak mereka, sehingga menggerakkan hati dan syahwat lelaki. Tentunya pelarangan memakai wangi-wangian bagi wanita selain keluar menuju ke masjid lebih utama lagi (keluar ke pasar, misalnya, pent.).”
Beliau mengatakan pula, “Termasuk dalam makna wangi-wangian adalah menampakkan perhiasan, pakaian yang bagus, suara gelang kaki, dan perhiasan.” (Al-Ikmal, 2/355)

Keluar rumah memakai wangi-wangian saja dilarang bagi wanita, apalagi bercampur baur dengan lelaki ajnabi.

4. Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anahuma menyampaikan hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا تَرَكْتُ فِتْنَةً بَعْدِيْ هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah (ujian) sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi lelaki daripada fitnah wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 6880)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas menyatakan wanita sebagai fitnah (ujian/ cobaan) bagi lelaki. Lalu apa persangkaan kita bila yang menjadi fitnah dan yang terfitnah berkumpul pada satu tempat?

5. Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَنَاظِرٌ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya dunia ini manis lagi hijau, dan sungguh Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di atasnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena awal fitnah yang menimpa Bani Israil dari wanitanya.” (HR. Muslim no. 6883)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan lelaki untuk berhati-hati dari wanita. Lalu bagaimana perintah beliau ini dapat terealisir bila ikhtilath dianggap boleh? Bila demikian keadaannya maka jelaslah keharaman ikhtilath.

6. Abu Usaid Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita ketika beliau keluar dari masjid dan mendapati para lelaki bercampur baur dengan mereka di jalan:

اسْتَأْخِرْنَ، فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرْيْقَ، عَلَيْكُنَّ بِحَافَاتِ الطَّرِيْقِ.- فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَلْصُقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى أَنَّ ثَوْبَهَا يَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ

“Berjalanlah kalian di belakang (jangan mendahului laki-laki). Karena sungguh tidak ada bagi kalian hak untuk lewat di tengah-tengah jalan, tapi bagi kalian hanyalah (boleh lewat/berjalan di) tepi-tepi jalan.”

Maka ada wanita yang berjalan menempel/merapat ke dinding/tembok sampai-sampai pakaiannya melekat dengan tembok karena rapatnya dengan tembok tersebut. (HR. Abu Dawud no. 5272, dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 856 dan Al-Misykat no. 4727)

Dalam hadits di atas jelas sekali larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ikhtilath di jalanan karena akan mengantarkan kepada fitnah. Pelarangan ini juga berlaku di tempat lain.

7. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menceritakan:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا سَلَّمَ قَامَ النِّسَاءُ حِيْنَ يَقْضِي تَسْلِيْمَهُ، وَيَمْكُثُ هُوَ فِي مَقَامِهِ يَسِيْرًا قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ. قَالَ: نَرَى – وَاللهُ أَعْلَمُ- أَنَّ ذَلِكَ كَانَ لِكَيْ يَنْصَرِفَ النِّسَاءُ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الرِّجاَلِ

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila telah mengucapkan salam sebagai akhir shalatnya, maka para wanita yang ikut hadir dalam shalat berjamaah bersama beliau segera bangkit meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah mereka. Sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap diam sebentar di tempatnya sebelum beliau bangkit.”

Perawi hadits ini berkata, “Kami memandang –wallahu a’lam– Rasulullah berbuat demikian agar para wanita telah pulang semuanya meninggalkan masjid sebelum ada seorang lelakipun yang mendapati/bertemu dengan mereka” (HR. Al-Bukhari no. 870)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghindarkan terjadinya ikhtilath antara lelaki dan wanita sepulangnya mereka dari menunaikan ibadah shalat di masjid. Ini jelas menunjukkan terlarangnya ikhtilath.

8. Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu berkata dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمُسَّ امْرَأَةً لاَ تَـحِلُّ لَهُ

“Ditusuk kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya[3].” (HR. Ar-Ruyani dalam Musnadnya 2/227. Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata, “Hadits ini sanadnya jayyid.” Lihat Ash-Shahihah no. 226)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang laki-laki bersentuhan dengan wanita yang bukan mahramnya karena bersentuhan dengan lawan jenis memberi dampak yang jelek. Dan saling sentuh ini bisa terjadi karena adanya ikhtilath, maka pantas sekali bila ikhtilath itu dilarang karena akibat buruk yang ditimbulkannya.

Demikian beberapa dalil yang bisa dibawakan untuk menunjukkan terlarangnya ikhtilath.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Catatan kaki:

[1] Beliau adalah Abu Abdil Aziz Muhammad bin Ibrahim bin Abdil Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka semua. Beliau lahir di Riyadh, 17 Muharram 1311 H. Tumbuh dalam bimbingan langsung dari sang ayah dan pamannya Abdullah bin Abdil Lathif, seorang yang sangat alim di zamannya. Hafal Al-Qur’an pada usia 11 tahun dan mengalami kebutaan pada usia 16 tahun, namun tidak mengurangi semangatnya untuk meraup ilmu dari ulama yang hidup di masa itu. Beliau adalah mufti kerajaan Saudi Arabia di zamannya. Dari pengajaran beliau, lahirlah para ulama besar seperti Asy-Syaikh Abdullah bin Humaid, Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz, Asy-Syaikh Abdullah Al-Qar’awi, dan selain mereka –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka semuanya–. Beliau wafat di bulan Ramadhan tahun 1389 H dengan mewariskan banyak karya dalam bentuk fatwa, rasa’il dan masa’il yang telah dicetak
berjilid-jilid tebalnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau dan menempatkannya di surga-Nya nan luas.

[2] Yakni zina itu tidak hanya apa yang diperbuat oleh kemaluan, bahkan memandang apa yang haram dipandang dan selainnya juga diistilahkan zina. (Fathul Bari, 11/28)

[3] Faedah: Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata setelah membawakan hadits ini, “Dalam hadits ini ada ancaman yang keras bagi lelaki yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Ini juga merupakan dalil haramnya berjabat tangan dengan wanita, karena berjabat tangan jelas tanpa ragu terjadi sentuhan. Kebanyakan kaum muslimin di masa ini telah ditimpa musibah, bahkan di antara mereka sebagiannya adalah ahlul ilmi. Seandainya ahlul ilmi ini mengingkari hal tersebut dengan hati mereka, niscaya sebagian perkaranya jadi mudah. Akan tetapi mereka menghalalkan berjabat tangan tersebut dengan beragam cara/jalan dan penakwilan.

Istiqamah Berdakwah

*Oleh: Ustaz M Arifin Ilham *


Kami mengenalnya sebagai seorang juru dakwah. Sering dia diminta untuk
memberi wejangan agama.

Namun, beberapa tahun terakhir ia meninggalkan gelanggang dakwah dan
bergabung dengan partai politik lalu masuk di parlemen.

Kesehariannya kini lebih sering menenteng *gadget*, seperti iPad dan HP di
tas mininya. Mungkin sebagai pengganti tasbih yang dulu biasa diputar
sambil berzikir.

Biasanya, sebelum azan, wajahnya selalu tampak basah oleh air wudhu dan
sudah bersiap di belakang mihrab. Kini, walau azan sudah berkumandang,
beliau terlihat masih sibuk menyalami relasi dan kolega politik.
Majelis-majelis ilmu dan mimbar-mimbar dakwah yang dulu membesarkan
namanya, kini terlihat hanya seperti hiasan.

Kita pasti mengelus dada. Sangat disayangkan jika akhirnya beliau
benar-benar meninggalkan harakah dakwah. Semoga saja, sahabat kita ini
kembali berjuang menegakkan kebenaran dan Islam.

Tulisan ini tentu bukan ajakan untuk meninggalkan gedung parlemen atau
melepas kursi kementerian. Tidak sama sekali. Ini hanya sekadar seruan
moral untuk istiqamah dalam dakwah.

Masih terekam dalam ingatan kami, ketika beliau berpamitan. “Semoga posisi
ini memudahkan langkah dakwah kita, narju bidu'aikum (mohon doa) ya ustaz,”
ucapnya.

Sejujurnya ingatan ini hanya menambah gerusan hati saja karena kenyataan
justru lebih tampak bukan sebagai batu loncatan dakwah yang memudahkan tapi
menjatuhkan.

Peran juru dakwah yang “berubah” ini pastinya bukan hanya pada diri beliau,
tapi telah membiak di negeri ini. Dulu kita mengenalnya sebagai ustaz, guru
agama, penceramah, dai, punya pondok pesantren, dan sebagainya. Akan tapi,
setelah masuk wilayah kekuasaan, peran itu berubah.

Kita sudah sering mendengar banyaknya pejabat yang masuk 'hotel prodeo'.
Tak hanya politisi, tapi juga sosok yang selama ini dikenal alim. Sering
juga kita dengar, ada banyak sekali pesantren tutup, karena para santrinya
tidak lagi terurus. Karena pengasuhnya jarang pulang dan tak sempat
mengajar. Majelis-majelis taklim berhenti, karena ustaz atau ustazahnya
sedang ke luar kota.

Atas keadaan inilah, rasanya penting melihat lagi risalah istiqamah dalam
dakwah. Tidak mengapa berganti “baju”. Dengan lebih “bergaya”, seharusnya
daya jelajah dakwah lebih kuat dan menghunjam.

Rasanya menjadi luar biasa jika manusia-manusia Muslim parlemen atau para
petinggi kekuasaan, sesaat sebelum terdengar suara azan, pimpinan sidang
meminta penghentian sidang untuk bersama melaksanakan shalat berjamaah.
Indahnya pemandangan itu.

Jika sudah demikian, benarlah keadaan mereka. Silakan rebut dunia, raih
kedudukan, tapi jangan tinggalkan umat dan akhirat. Jadikan kursi dan meja
sidang sebagai mushala. Jadikan persidangan dan lobi-lobi sebagai mimbar
dakwah.

Saudaraku, tetaplah bersahaja, apa adanya. Amalan kebaikan yang sebelumnya
hidup, hidupkan kembali. Sungguh, buah istiqamah itu akan menanti kita.
Orang yang istiqamah dalam dakwah sebenarnya sedang meniti jalan surga.

Mereka akan selalu dikawal dan dihibur para malaikat. Dan Allah beserta
para makhluk-Nya, akan turut membantu setiap urusan mereka, baik dunia
maupun akhirat. (QS Fushilat [41]: 30). *Wallahu a'lam.*
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/11/15/mdj9sc-istiqamah-berdakwah

Dirikan Shalat, Makmurkan Masjid: Rumus Muslim yang Selamat!



*MENJADI *seorang Muslim di abad modern memang tidak mudah. Apalagi jika
punya niat untuk benar-benar menjadi Muslim yang serius dan sungguh-sungguh
secara menyeluruh dalam sebua sikap dan tindakan (*kaffah*). Ada banyak
sekali tantangan, rintangan, dan hambatan yang menghadang. Namun demikian,
bagaimanapun situasi dan kondisinya, kita tetap harus berusaha menjadi
Muslim yang *kaffah.
*

Banyak tantangan nyata di era yang sering disebut *global village *ini,
khususnya yang datang dari dunia informasi. Bagaimana hari ini media massa
banyak yang salah dalam mengabarkan Islam dan umat Islam. Di sisi lain,
dengan berbagai macam produk film, sinetron, dan *talk-show *--entah
sengaja atau tidak—seolah menggiring kita yang menontonnya untuk cinta
dunia lupa akhirat!

Tidak cukup disitu, lewat isu terorisme, Islam dan umat Islam serasa
terus-menerut disudutkan. Seolah tidak rela melihat Islam tumbuh di negeri
ini (bahkan belahan dunia lain). Kelompok Kerohanian Islam (Rohis) di
sekolah-sekolah pun sempat dituduh sebagai sarang tumbuhnya terorisme.
Setelah beberapa tahun sebelumnya konspirasi buruk itu gagal meyakinkan
publik bahwa pesantren adalah sarang terorisme.

Meski demikian, sikap sejati orang Mukmin adalah harus tetap konsisten
dengan pilihan keyakinan kita. Pepatah mengatakan, “Biarkan anjing
menggonggong, kafilah tetap berlalu”.
Sikap seperti itulah yang semestinya kita miliki dalam menghadapi kaum yang
berusaha melakukan makar dari berbagai sisi, agar akidah dan keimanan kita
menjadi goyah, sehingga lunturlah komitmen kemusliman dan kemukminan kita.

*Teguhkan Iman*

Derasnya gelombang fitnah yang melanda kaum Muslimin saat ini ikut membuat
sekian banyak kebingungan di tengah umat dan bahkan terbawa oleh arus
fitnah tersebut.  Fitnah datang dalam bentun manusia, jin dan syetan.

Di era modern ini, fitnah bahkan datang dalam bentuk penyajian informasi,
kekuasaan dan kekuatan politik dan negara adidaya.

Banyak orang tergila-gila dengan dunia informasi dan media, tetapi,
pastikan, berita satu-satunya yang benar adalah khabar shodiq, yakni
Al-Qur’an yang datangnya dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Jangan seperti kebanyakan orang saat ini, setiap hari sempat dan
bersemangat membaca koran, melihat debat di TV, namun tak pernah sekalipun
membaca Al-Qur’an.
Hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,

*“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di
belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” *(HR. Malik dan
Al-Hakim)

Gencarnya fitnah, dan nilai-nilai yang sengaja merusak kaum Muslim –sedikit
atau banyak—ikut mempengaruhi umat Islam.

Sekedar contoh; jika seorang Muslim yang semestinya melihat dunia sebagai
sarana menuju Allah Subhanahu Wata’ala, yang banyak justru menjadikannya
sebagai tujuan. Harta yang semestinya diinfakkan, malah ditahan dan
ditumpuk-tumpuk. Persaudaraan yang semestinya dijaga dan dikokohkan, malah
dihancurkan. Bahkan, semestinya beribadah kepada Allah, malah mengabdikan
diri pada kekuasaan. Fitnah dan informasi yang menyesatkan inilah yang
banyak menggelincirkan kaum Muslim.

Maka tidak heran, jika hari ini orang banyak yang sudah tidak begitu peduli
terhadap agama. Jika di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan kita untuk
mencari akhirat dengan tidak lupa dunia (QS/ 28 : 77), sekarang kondisinya
sudah berbalik. Orang sibuk mengejar dunia tapi lupa akhirat.

Di sinilah tugas kita sebagai Muslim mendapatkan momentumnya untuk semakin
dikuatkan, dikokohkan, dan dipatenkan, agar kita bisa mendapat ridha Allah
Subhanahu Wata’ala.

*“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara
orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal).” *(QS: Al Hijr [15]: 98, 99).

Artinya, kita harus terus-menerus mempertajam keimanan dan meneguhkannya.
Dan, tidak ada cara terbaik untuk melakukan hal tersebut selain dengan
menyempurnakan kesabaran dan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah
Subhanahu Wata’ala.

*“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu
dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan.” *(QS: An-Nahl [16]: 127, 128).

*Hanya Tunduk kepada Allah
*

*“Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang
munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah
kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.”* (QS: Al-Ahzab [33]:
48).

Menurut Ibnu Katsir ayat di atas merupakan suatu peringatan penting agar
kita janggan mentaati (tunduk, takut, khawatir) orang-orang kafir dan
munafik. Kita hanya boleh mendengarkan apa ucapan-ucapan mereka tetapi
jangan pernah menghiraukannya sedikitpun.

Orang-orang kafir dan munafik tidak lebih laksanan seekor lalat yang suka
kepada hal-hal yang kotor, jorok, bau busuk, dan menjijikkan. Mereka sama
sekali tidak tahu mana bersih mana kotor. Bahkan karena kejahilannya,
mereka sangat suka kepada yang kotor lagi menjijikkan.

Hal itu bisa dilihat dari cara berpikirnya, ucapannya, dan perbuatannya,
yang jauh dari kebenaran dan kesucian. Lihat saja produk film-film Barat
yang selalu menampilkan aurat, pemilihan ratu kecantikan yang mengumbar
aurat, pergaulan bebas, dan materialistis.

Kemudian, terhadap umat Islam, mereka selalu curiga, dan benci, sehingga
tidak mengherankan jika ulah orang kafir dan munafik senantiasa
bertentangan dengan aturan Allah.

Dengan demikian, sangat terang bagi kita, mengapa kita harus tunduk kepada
Allah semata. Karena bagaimanapun canggihnya upaya orang kafir dan munafik
untuk menjerumuskan umat Islam, semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa
bagi Muslim sejati. Karena semua sudah jelas. Antara hak dan bathil sangat
jelas, antara baik dan buruk juga sangat terang.

Oleh karena itu, mari kita semua bersama-sama untuk tetap berusaha menjadi
Muslim kaffah, yang hanya tunduk kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab,
hanya dengan menjadi Muslim kaffah saja kita akan mendapat petunjuk dari
Allah sekaligus dapat benar-benar merasakan indahnya Islam ini secara nyata.

Bagaimana kita melakukan itu semua? Jawabnya sangat sederhana. Yakni dengan
memakmurkan masjid Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berkumpul
dengan orang-orang sholeh dan tidak takut kepada siapapun selain Allah.
Itulah jalan satu-satunya, untuk menjadi Muslim yang cerdas. Muslim yang
tidak terpengaruh oleh serbuan dunia informasi yang menyesatkan,  merugikan
dan penuh fitnah.

*“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.”* (QS: At-Taubah [9]: 18).

Dengan melakukan itu semua, dijamin kita tidak akan terpengaruh, apalagi
tunduk, atau salah jalan dalam menjalani kehidupan dunia yang fana ini.
Karena Allah memberikan kesempatan, bagi siapa yang melakukan tiga langkah
di atas pasti akan mendapat petunjuk.*/*Imam Nawawi*
Rep: Imam Nawawi
Red: Cholis Akbar

sumber:
http://www.hidayatullah.com/read/25847/14/11/2012/dirikan-shalat,-makmurkan-masjid:-rumus-muslim-yang-selamat!.html