Sabtu, 13 Juli 2013

Akhir

tenggelam sajalah,
agar waktu menjadikannya kembali bersinar :)
dalam waktu ini, ruang pun seolah kosong..


berjalan... hingga titik terang mencapai pada puncaknya
waktu kan terus berputar, benda langit beredar pada orbitnya
hingga kehampaan tersingkir, menjauh...


Siraj mulai meredup, selimut ketakutan melingkup sempurna..
Langkah tertahan, tak kuasa meski meraba..


siluet tanda 'kematian' itu seakan merenggut kebebasan
hampa... hanya raga yang merasa hangat namun hati beku
tiada sebait helaan nafas yang menyejukkan, terhanyut dalam gelap


Pekat..
Bersimbah darah pekat..




raga pun terhuyung, terkulai lemah diantara ubin
ruangan ini sungguh menyesakkan, sepi, namun mematikan
kegelapan dalam hati semakin menusuk persendian tulang

dan bayang-bayang kematian itu...
ah...
Tuhan terlalu adil pada tubuh ini


kawanan burung menatap murung tubuh itu 
sementara jiwanya telah terbang-tenggelam dalam lautan awan 
menatap manja, tak hendak meraung menyesali jejak kehidupan 
mentari seakan tak mampu menyinari seisi bumi 
tanda kematian itu menyibak luka terdalam 
tak pernah dipahami, tak mampu ditelusuri 
jejak hidupnya hanya seonggok tulang tak bernyawa

Melintasi ruang..
Menerabas waktu.. 

Berlari bersama kilat dalam hawa pengharapan..
Terburu gelap, semakin cepat..

Sedang garis itu bergerak menjauh..


cepat... terbang menerawang ke langit yang tinggi
sejenak mentari mengintip dari ufuk barat 
semakin mengelam, semburat merahnya berusaha mengikis kelam kerumunan awan 
saat waktu terus bergulir, membawa kembali rasa yang tertinggal 
raga itu hanya terkulai... 
jiwa pun terbang... melayang bebas... 
menyisakan sebaris tanda tanya besar 
hidup... bagaimanakah?  

mentari berganti peran dengan bintang, begitu seterusnya..
hati manusia semakin terhijad dengan jalan di depannya.. 
menerka dan menganalisis dan menyimpulkan.. 
tersenyum atau menangis atas terkaan sendiri..
hidup...
bagaimanalah.. 

Teka-teki dalam jalan hidup segalanya terus berjalan, 
meniti takdir yang telah digariskan namun tubuh itu hanya mampu mengiba, 
dibiarkan tergeletak bak seonggok tulang tatapan nanar...
ya...jiwa-jiwa manusia seakan melayang bersma angan 
kadang terhina-dina dalam menyongsong fajar 
kadang terkulai layu menyambut cahaya hati 
hidup...
mati... 

4 komentar:

  1. bagian awalnya "nendang"! :D

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. kg asruuul..ternyata dimasukin ke blog juga :D
    jadi smangat lagi nulis apapun nii.. nuhun yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayu nulis lagi... mengembangkan dari artikel ato buku juga boleh kok, yang penting dalam sehari ada tulisan. entah itu diposting ataupun tidak. :) semangat berkarya.

      Hapus