tenggelam sajalah,
agar waktu menjadikannya kembali bersinar :)
dalam waktu ini, ruang pun seolah kosong..
berjalan... hingga titik terang mencapai pada puncaknya
waktu kan terus berputar, benda langit beredar pada orbitnya
hingga kehampaan tersingkir, menjauh...
Siraj mulai meredup, selimut ketakutan melingkup sempurna..
Langkah tertahan, tak kuasa meski meraba..
siluet tanda 'kematian' itu seakan merenggut kebebasan
hampa... hanya raga yang merasa hangat namun hati beku
tiada sebait helaan nafas yang menyejukkan, terhanyut dalam gelap
Pekat..
Bersimbah darah pekat..
raga pun terhuyung, terkulai lemah diantara ubin
ruangan ini sungguh menyesakkan, sepi, namun mematikan
kegelapan dalam hati semakin menusuk persendian tulang
dan bayang-bayang kematian itu...
ah...
Tuhan terlalu adil pada tubuh ini
kawanan burung menatap murung tubuh itu
sementara jiwanya telah terbang-tenggelam dalam lautan awan
menatap manja, tak hendak meraung menyesali jejak kehidupan
mentari seakan tak mampu menyinari seisi bumi
tanda kematian itu menyibak luka terdalam
tak pernah dipahami, tak mampu ditelusuri
jejak hidupnya hanya seonggok tulang tak bernyawa
Melintasi ruang..
Menerabas waktu..
Berlari bersama kilat dalam hawa pengharapan..
Terburu gelap, semakin cepat..
Sedang garis itu bergerak menjauh..
cepat... terbang menerawang ke langit yang tinggi
sejenak mentari mengintip dari ufuk barat
semakin mengelam, semburat merahnya berusaha mengikis kelam kerumunan awan
saat waktu terus bergulir, membawa kembali rasa yang tertinggal
raga itu hanya terkulai...
jiwa pun terbang... melayang bebas...
menyisakan sebaris tanda tanya besar
hidup... bagaimanakah?
mentari berganti peran dengan bintang, begitu seterusnya..
hati
manusia semakin terhijad dengan jalan di depannya..
menerka dan
menganalisis dan menyimpulkan..
tersenyum atau menangis atas terkaan
sendiri..
hidup...
bagaimanalah..
Teka-teki
dalam jalan hidup segalanya terus berjalan,
meniti takdir yang telah
digariskan namun tubuh itu hanya mampu mengiba,
dibiarkan tergeletak bak
seonggok tulang tatapan nanar...
ya...jiwa-jiwa manusia seakan melayang
bersma angan
kadang terhina-dina dalam menyongsong fajar
kadang terkulai
layu menyambut cahaya hati
hidup...
mati...
bagian awalnya "nendang"! :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskg asruuul..ternyata dimasukin ke blog juga :D
BalasHapusjadi smangat lagi nulis apapun nii.. nuhun yaa
hayu nulis lagi... mengembangkan dari artikel ato buku juga boleh kok, yang penting dalam sehari ada tulisan. entah itu diposting ataupun tidak. :) semangat berkarya.
Hapus