Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda, "Pada hari kiamat kelak akan melipat langit, kemudian Allah mengambil langit tersebut dengan tangan kanan-Nya, kemudian berfirman : 'Akulah Sang Raja, dimanakah orang-orang yang angkuh? Dimanakah orang-orang yang sombong?' (Setelah itu) Allah kemudian melipat bumi di tangan kiri-Nya, lantas berfirman : 'Akulah Sang Raja, dimanakah orang-orang yang angkuh? Dimanakah orang-orang yang sombong?' (HR. Muslim, Abu Dawud)
Ulasan Hadist
Hadis diatas berdasarkan dari firman Allah SWT :
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal
bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia
dari apa yang mereka persekutukan." (Az-Zumar (39) : 67)
"(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah
yang akan melaksanakannya." (Al-Anbiya (21) : 104)
Pada Awal abad ke-20, para astronom mulai meneliti perentangan alam semesta, yaitu saling menjauhnya galaksi satu sama lain dengan kecepatan yang kadang-kadang mendekati kecepatan cahaya, sekitar 300.000 km per detik. Temuan ini memancing polemik besar sebelum akhirnya ditemui secara luas pada pertengahan abad ke-20. Dengan merujuk proses perentangan alam semesta ini jauh ke belakang, para ilmuan sampai pada kepastian terjadinya pertemuan segala macam materi, energi, tempat dan waktu dalam satu titik yang amat sangat kecil ukurannya, namun sangat besar massa dan jumlah energinya. Mereka pun menyatakan determinisme/kepastian terjadinya ledakan titik tersebut dalam sebuah fenomena yang mereka sebut proses ledakan besar (big bang).
Disini kita jelas mempercayai pendapat ini karena telah disinggung dan diisyaratkan di dalam firman Allah SWT :
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?" (Al-Anbiya (21) : 30)
Proses perentangan semesta juga telah memancing perdebatan panjang; Apakah proses ini merupakan proses yang berlangsung terus-menerus hingga waktu yang tiada akhir, ataukah proses ini memiliki akhir dimana daya gravitasi menguasai materi dan energi alam hingga menggulung langit dan menghimpun materi, energi, tempat dan waktu dalam satu titik yang mirip dengan titik pertama yang menjadi awal mula semesta atau yang disebut oleh ilmuan astronomi sebagai 'proses pelumatan besar'?
Dalam polemik ini Al-Qur'an lagi-lagi ikut mengintervensi masalah dengan memastikan kebenaran teori pelumatan besar dalam firman Allah SWT :
"(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah
yang akan melaksanakannya." (Al-Anbiya (21) : 104)
Disini, hadist Rasulullah SAW muncul menyuarakan pelipatan langit pada hari kiamat yang hanya baru bisa disikapi oleh disiplin empirik dengan pembuatan teori-teori pelumatan besar. Teori ini semakin menaikkan keyakinan kita, kaum muslimin, menjadi sebuah kebenaran karena adanya isyarat terhadap kebenaran teori ini di dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.
Perlu diketahui, konsep awal teori ini ternyata baru mengkristal pada pertengahan abad ke-20. Dari sini muncul pertanyaan : Bagaimana mungkin sebuah kitab yang turun 14 abad silam dapat membicarakan terlipatnya langit dengan mendalam dan detail jika yang bicara di dalamnya bukan Sang Maha Pencipta? Bagaimana mungkin seorang Nabi yang buta huruf dan hidup di tengah-tengah masyarakat Jazirah Arab yang mayoritasnya masih primitif, bodoh, dan tidak tersentuh ilmu pengetahuan, bacaan, maupun tulisan dapat membicarakan terlipatnya langit pada 14 aba silam jika ia tidak tersambung dengan wahyu dan mendapat pengajaran dari Sang Pencipta Langit dan Bumi?
Semoga tulisan ini semakin menambah wawasan serta keimana kita kepada Allah, serta berjuang menegakkan kemuliaan Dien-Nya dengan ilmu pengetahuan.
Referensi : Sains dalam Hadist (Prof. Dr. Zaghul An-Najjar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar