Rabu, 19 Juni 2013

Bersifat Lapang dan Pemberi Maaf

Seorang muslim yang baik, apabila dilanda kemarahan atas perbuatan saudaranya, dia dapat menahan kemarahan tersebut. Kemudian dia bersegera memberi maaf kepadanya dan menutup kesalahannya. Dia tidak melihat itu semua sebagai bagian dari kerendahannya ataupun aib yang terdapat pada dirinya. Akan tetapi, dia melihat ada kebaikan di dalamnya yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mendapatkan cinta-Nya yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang berbuat baik.

Seperti dalam firman-Nya,
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Sesungguhnya, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Ali Imran : 134)

Setiap manusia terkadang dapat menahan amarahnya, tetapi di dalam hatinya masih terdapat gejolak rasa benci dan dengki yang kemudian berubah menjadi dendam yang membara. Kemudian berubahlah kemarahan itu menjadi dendam dan dengki yang terpendam, padahal kemarahan lebih bersih dan baik daripada dengki dan dendam.

Adapun seorang muslim yang benar dan telah tertanamkan dalam dirinya pokok-pokok ajaran agama ini, ia tidak mungkin berbuat dengki ataupun dendam. Dia akan menahan amarahnya tidak lama kemudian memaafkan dan menyelesaikan perselisihannya. Yang demikia itu adalah termasuk orang-orang yang berbuat baik seperti dalam firman Allah di atas (Ali Imran : 134 - red).

Sesungguhnya, amarah itu adalah beban dalam hati yang sangat berat menahannya. Ia seperti kobaran api yang membakar dalam hati dan membara. Padahal ketika hati lapang dan memaafkan, maka dia telah melepaskan beban berat tersebut seperti mengepakkan sayapnya ke langit yang luas, dan merasakan ketenangan dan ketentraman dalam hati. Inilah nilai-nilai kebaikan yang harus senantiasa dijaga oleh setiap muslim, yang bersifat lapang dan memaafkna saudaranya.

Tiada seorang muslim menerima saudaranya dengan penuh lapang dan memaafkan, maka sesungguhnya dia telah bertawadlu kepada saudaranya dan memaafkannya karena Allah. Semua itu dia lakukan karena merasakan kebesaran dan ketinggian Tuhannya. Seperti yang diisyaratkan Rasul SAW dalam sabdanya;
"Tidaklah seorang hamba memberi maaf kecuali Allah tambahkan baginya kemuliaan, dan tidaklah seseorang tawadlu karena Allah kecuali akan Allah tinggikan derajatnya." (HR. Muslim)

Kemuliaan dan ketinggian yang diberikan Allah tersebut dapat menyatu dalam satu perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang muslim yang mempunyai sifat toleran dan pemaaf. Maka ketika kita itu dia termasuk orang-orang yang baik dan dicintai Allah serta termasuk orang-orang yang terhormat dan teladan yang dicintai sesama manusia.

Bagi seorang muslim yang peka dan sadar akan anjuran-anjuran agama yang sudah tertancapkan dalam hatinya, maka tidak ada lagi dalam hatinya ruang atau tempat untuk kedengkian. Dia mengetahui bahwa tingginya nilai perwujudan dari memaafkan orang lain dan kebersihan hati adalah mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Seperti yang dijelaskan dalam hadist Rasul SAW;
"Terdapat tiga perkara. Apabila seseorang tidak ada di dalam dirinya tiga perkara ini, maka dia mendapatkan ampunan dari Allah SWT, yaitu orang yang meninggal dunia dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan suatu apapun, tidak pernah menjadi tukang sihir ataupun mengikuti para penyihir, dan tidak dengki terhadap saudaranya." (HR. Bukhari)

Sahabat... semoga Allah memudahkan kita dalam menata hati serta menjadi pribadi yang mau memaafkan orang lain serta menyambung tali silaturahim, aamiin.

Referensi : Syakhshiyatul Muslim Kamayashughulal Islam Filkitab wa Sunnah - Membentuk Pribadi Muslim Ideal Menurut Al-Qur'an dan Sunnah (Dr. Muhammad 'Ali Hasyimi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar