Rabu, 16 Maret 2011

Leadership paper (What and which I meant about it…)


                Kepemimpinan dan pemimpin, dua kata yang memiliki keseragaman makna dalam hal ruang lingkup namun memiliki perbedaan dalam cara pandang sikap dan penerapannya. Sekiranya cukup banyak artikel maupun buku yang bisa kita baca mengenai kepemimpinan maupun pemimpin itu sendiri, dan sekiranya saya disini hanya bisa memaparkan apa yang sebenarnya ‘kepemimpinan dan pemimpin’ itu harapkan untuk muncul ditengah-tengah kehidupan yang sedang dijalankan oleh kita saat ini.

Kepemimpinan-sebuah sistem, terapan hingga yang membentuk cara pandang dan berpikir seorang pemimpin
                Sebagai sebuah sistem yang membentuk pola pikir pemimpin, maka inilah yang diharapkan menjadi ujung tombak bagi pergerakan seorang pemimpin kedepannya. Pemahaman seorang individu dalam hal organisasi dan pekerjaannya, kelompok dan tugasnya, tim dan tujuannya, dan lain sebagainya akan menentukan cara seseorang atau individu dalam memimpin sebuah kelompok, tim, jamaah, organisasi, wilayah dan lain sebagainya.
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy Syams: 8-10).
                Cara pandang inilah yang kiranya akan menentukan baik-buruknya seseorang dalam memimpin, dan yang terpenting adalah cara seseorang dalam merumuskan sebuah sistem seperti seorang Karl Max dengan komunisnya, para pemikir barat dengan Liberalisnya, dan mungkin bagi kita ada sosok Rasulullah SAW yang mendasari cara memimpin sebuah kelompok atau jamaah berdasarkan nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an sehingga siapapun yang memegang amanah atau menjadi pemimpin akan menjadi orang yang paling banyak dan lama dihisab ketika di padang mahsyar nanti. Dan dari setiap sistem atau paham yang dianut pun melahirkan sebuah konsep atau kerangka berpikir seorang pemimpin yang akhirnya disebut tipe atau karakter pemimpin. Ada yang demokratis, otoriter, karismatis, hingga militeris dan lain sebagainya.
            Seseorang yang hidup dalam suatu lingkungan akan membentuk karakter atau kepribadian seorang pemimpin yang sifatnya bisa cepat atau lambat. Cepat atau lambat disini diukur dalam faktor pengaruh lingkungan terhadap genetika atau bawaan dari orang tuanya ketika lahir, setiap individu memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang lingkungan berikan. Padahal hukum keseimbangan berlaku ‘apabila kita memberikan sesuatu kepada alam atau alam, maka alam atau lingkungan tersebut akan merekam apa yang kita perbuat dan mengembalikannya kepada kita dalam bentuk nikmat atau karunia’. Nikmat atau karunia disini bergantung pada apa yang kita berikan, ataupun bisa disebut baik atau buruknya hal yang kita perbuat terhadap alam. Disinilah yang akhirnya sistem kepemimpinan yang berlaku dalam suatu tatanan masyarakat akan membentuk pola pikir pemimpin yang selanjutnya, namun bukan berarti sifatnya kekal, karena hal ini pun bisa berubah tergantung dari kemampuan masyarakat dalam mengolah perkembangan zaman, bertambahnya pola pikir serta adanya kepercayaan atau agama yang dianut. Seperti ketika Islam hadir di negeri kita yang kental dengan nuansa Hindu-Buddha, dalam hitungan bulan ternyata mampu mengubah tatanan hidup masyarakat, sistem pemerintahan, adat atau kebiasaan hingga undang-undang atau aturan yang berlaku. Dan karakter kepemimpinan berdasarkan mitologi dewa-dewa pun diganti dengan ajaran Rasulullah SAW, pengangkatan pemimpin pun dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat hingga saat ini (era reformasi) dimana demokrasi berdengung diseluruh pelosok nuasantara, sehingga semakin menambah beragamnya karakter atau tipe kepemimpinan yang berlaku di masyarakat.

A Leader… sosok yang dipuja, memiliki pengaruh, pengambil keputusan, namun sulit masuk surga kecuali bagi mereka yang mampu menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
                Dalam hidup ini, sosok seorang pemimpin memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kemajuan-kemunduran sebuah bangsa, berhasil-gagalnya dalam mencapai tujuan, puas-kecewanya para anggota dalam hal pengambilan keputusan yang dibuat olehnya. Dari sekian banyak karakter pemimpin yang telah bermunculan, maka kiranya sosok Rasulullah merupakan yang patut kita teladani. Bagaimana tidak, kecakapan dalam menyampaikan pendapat, kemampuan beliau berkata dari hati ke hati, kebijaksanaan beliau dalam memaparkan tujuan serta keputusan, ahli berperang, adil dalam hal memimpin pemerintahan dan lain sebagainya. Dan inilah kiranya yang membuat Michael Hart memutuskan beliau (Rasulullah Muhammad SAW) sebagai ‘the number one’ dari 100 tokoh yang berpengaruh di dunia.
                Akhirnya saya sendiri pun mulai mempelajari karakteristik pemimpin yang beliau ajarkan melalui sirahnya, hingga hadist-hadist yang meriwayatkan perkataan hingga perbuatan beliau yang akhirnya banyak menginspirasi umat muslim yang notabene diamanahkan menjadi seorang pemimpin dalam kelompok, tim, lembaga dan lain sebagainya. Dan hal inipun yang kemudian membuat saya yakin bahwa penerapan dari yang beliau ajarkan akan membuat tujuan mulia tercapai, kekompakkan terjaga, keseimbangan organisasi terus ada dan yang terpenting adalah adanya sikap saling menasehati antar sesama anggota atau tim dan komunikasi antara pemimpin serta orang yang dipimpin berjalan harmonis.
                Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pembelajar, yang dalam hal ini adalah seorang pemimpin yang tidak berhenti belajar dari apa yang telah ia kerjakan, kegagalan dalam mencapai tujuan yang ia alami serta tidak bosannya untuk terus menggali dan memperbaiki kemampuannya dalam hal memimpin. Dan akhirnya sosok atau pribadi pemimpin itulah yang memberikan inspirasi atau contoh bagi generasi selanjutnya.
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." –Al Qur–an, Surat At Taubah (9): 105–
“Pemimpin yang baik dan mengerti arah perubahan, akan memimpin dengan contoh. Ia berada di depan, berkorban demi kebaikan. Ia mengajak yang lain berkorban, tanpa harus merasa susah.” –Rhenald Kasali–
                Namun yang perlu diperhatikan disini adalah sikap hati-hati dalam hal menjadi pemimpin, artinya kita jangan pernah sekali-kali meminta jabatan atau memimpin sesuatu, karena mungkin hal tersebut akan membuat tujuan mulia yang hendak kita usung menjadi bernilai keburukan atau dosa, hal ini sejalan dengan sebuah hadist;
Dikisahkan dari Abdurrahman bin Samurah, ia berkata, suatu ketika Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Wahai Abdurrahman, janganlah meminta jabatan pemimpin, sebab jika engkau diserahinya karena meminta maka semua menjadi tanggung jawabmu, dan sekiranya kamu diserahinya tanpa meminta maka kamu akan dibantu untuk menunaikannya…”(HR. Muslim)
Akhirnya saya pun mencoba menginventarisir hal atau modal yang diperlukan oleh seorang pemimpin;
1.    Ketaatan dalam menjalankan agama, karena sesungguhnya hanya Allah yang akan membantunya dalam menjalankan amanah melalui segala hal yang ada disekitarnya.
2.    Kemampuan dalam menjaga hati, lisan dan pikiran dari segala hal buruk yang memicu ambisi, keinginan buta, sikap otoriter dan segala hal yang sekiranya akan membuat sosok pemimpin menjadi orang yang dibenci.
3.    Tujuan ketika ia menjadi seorang pemimpin, hal ini akan membuat ia mampu merealisasikan keinginan atau harapan selama ia menjadi pemimpin.
4.    Kemampuan mengkomunikasikan tujuan kepada anggota, kemampuan menginventarisir keahlian dari anggota, kemampuan memilih orang yang mampu mewujudkan tujuannya, kemampuan bekerja sama dalam tim dan lain sebagainya.
5.    Karakter yang kuat namun tidak kaku, pribadi yang lembut namun tak lemah, jiwa yang gagah tetapi baik hati, sikap dermawan tetapi memahami diri sendiri, toleran namun tegas, pemimpi tetapi mampi mewujudkannya, banyak berkata namun lebih sering bersikap, kerjasama tim bukan individu, cerdas tetapi terus belajar.
6.    Mampu menjadi agen perubahan tatanan masyarakat atau kelompok menjadi lebih baik dalam hal bersikap dan berucap, pioneer dalam setiap gagasan atau ide namun tetap menerima masukan atau arahan bagi kelangsungan sebuah organisasi, dan ia pun menjadi sosok yang selalu dicari oleh anggotanya baik dalam hal keorganisasian maupun obrolan santai karena kemampuan berbicara dari hati ke hati.
7.    Ia tidak pernah meminta namun diberikan kepercayaan oleh orang-orang disekitarnya untuk memimpin. Meskipun sebenarnya ia memiliki kapasitas pemimpin yang lebih hebat atau bagus, ia mampu merealisasikan tujuan dari pemimpin selainnya. Ia bukan tipe mau memimpin namun mampu menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar