Jumat, 27 Maret 2020

Hana 5

'Ajib!'

Aku kembali membaca datanya. Kali ketiga. Jauh lebih mantap, menyeringai soal keyakinan setelah perjumpaan itu. Sesekali kami beradu pandang, berbalas soal rencana masa depan. Meski pada akhirnya kuakui soal 'kikuk' dan rasa tak jelas masakan yang ada dalam pikiranku. Namun semuanya semakin jelas. Hana menuliskan sesuatu yang sesuai dengan isi hati dan keyakinannya. Namun kata 'ragu' menjadi penghalang setiap keyakinan yang sudah kutemukan dari tulisannya. Ya, ia seorang peragu. Mungkin bagi alam pikirannya.

'Beep...!'

Handphoneku bergetar, sengaja tak kubunyikan selama jatah waktu membaca, dan kembali pesan whatsappnya. Aku sengaja memberi jeda 10 detik, ya, setelah kembali kata 'ragu' itu muncul.

'Mas... Aku ragu untuk menyampaikan soal rencana kedatanganmu ke rumah. Bapak ternyata mengambil keputusan lain. Entahlah kenapa beliau mengubah pendiriannya setelah aku mulai bekerja 3 hari yang lalu.'

'Klik!'

Aku membiarkan pesan itu menyala, tanpa perlu segera membalasnya. Mataku mengintip cahaya lampu kamar dan membisik soal keinginanku bertemu dengan keluarganya. Ah, lagi-lagi memang belum waktunya. Hana tetap jujur, setidaknya ia selalu memberikan kepastian dan memberikanku kesempatan mengambil keputusan. Kami memang tak ingin buru-buru, meski kadang dikejar waktu. Semua ada waktunya itu bukan candaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar