Aku belum terlalu mengenalnya, terlebih yang membersamainya kali ini. Kami sepakat untuk berjumpa di sebuah kafe. Meski awalnya tak kusetujui. Karena jarak masjid tak terlalu jauh. Baiklah. Barangkali Tuhan berkehendak agar aku lebih terlihat dan merasa nyaman. Mas Parman membersamaiku meski belum sempat membersihkan diri sepulang dari kantor.
"Baik... Biar dibuat santai saja," Parman melihat-lihat buku menu untuk memesan makanan. Petang ini dia yang traktir.
"Jadi, biar rileks... Mbak akan biarkan kalian berdua saling bertanya... Diskusi... Ya... Buat kalian saling mengenal dengan nyaman."
Lastri menatap dengan senyuman tipis perempuan berkerudung coklat di sampingnya. Hana. Akhirnya kita berdua bertemu secara langsung dan berbicara. Alunan musik jazz yang mengisi ruangan masih belum mampu mengusir lantunan syahdu ayat suci dari pengeras masjid. Membuatku semakin tenang, menormalkan degup jantung.
"Hana...?"
"Ya...?"
Ah, tidak! Jantungku mulai terasa copot. Cepat sekali respon dan tatapan matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar