Paleogen dan Neogen merupakan bagian dari Zaman Tersier (70-2 juta tahun yang lalu), dengan Paleogen yang terdiri atas Paleosen, Eosen dan Oligosen dan Neogen yang terdiri atas Miosen dan Pliosen. Tiap zamannya memiliki karakteristik, baik dari unsur kehidupan, cekungan sedimen, pengisi cekungan sedimen hingga aktivitas tektonik yang berlangsung pada zamannya. Kondisi pada awal Paleogen merupakan kondisi dimana terbentuknya awal dari sebuah cekungan, mulai ada suplai sedimen yang mengisi cekungan yang umumnya disebut dengan cekungan pra-Tersier. Kondisi awal cekungan, untuk di daerah fore-arc atau sepanjang zona tumbukan kerak samudera (Samudera HIndia) dan kerak benua (Indo-Asia) berupa laut tengah hingga dalam (zona batial) hingga terendapkan batulempung hingga batupasir halus. Contohnya yang terjadi pada daerah Banjarnegara - Purbalingga, dimana pada Paleogen Akhir merupakan laut dalam yang dipengaruhi kegiatan tektonik aktif sehingga terjadi longsoran-longsoran bawah laut yang mengakibatkan terjadinya endapan turbidit Formasi Worawari. Pada akhir Paleogen Atas terjadi pula longsoran-longsoran yang mengakibatkan terbentuknya endapan olistostrom Formasi Worawari yang tersusun oleh matriks lempung dan bongkah-bongkah batugamping numulit, batupasir kasar - sangat kasar, serta konglomerat. Setelah itu pada umur N3 terjadi pengangkatan yang diikuti oleh pendangkalan dan akhirnya diikuti proses erosi. Sebagai akibatnya terjadi rumpang umur antara Formasi Worawari yang paling muda berumur N2 dengan Formasi Merawu yang berumur paling tua N4.
Selama fase peregangan (Eosen-Oligosen), arah peregangan berarah timur laut - barat daya, Kemudian pada permukaan Neogen (Oligo-Miosen), jalur penujaman baru terbentuk di selatan Jawa dan menerus hingga sekarang serta menghasilkan sistem sesar naik yang dimulai dari selatan (Cileuteuh) bergerak semakin muda ke utara, sesuai dengan yang dikenal dengan thrust fold belt system. Sistem sesar naik yang mempunyai pola barat timur ini ditemukan pada daerah jalur selatan dari cekungan Jawa Barat Utara.
Bukti pendukung interpretasi yang menyatakan bahwa cekungan tersebut pada awalnya bukan merupakan back-arc basin adalah adanya arah peregangan dari rifting di Jawa Barat Utara hampir tegak lurus dengan arah zona tumbukan (subduction zone) saat ini.
Gambar 1. Cekungan Jawa Barat Utara
Berdasarkan kondisi geologi dan geofisika, tektonik Neogen Indonesia terbagi menjadi 6 (enam) bagian orogen (Gambar 1), yakni: Sunda, Barisan, Talaut, Sulawesi, Banda, dan Melanesia.
Gambar 2. Pembagian Tektonika Neogen Wilayah Indonesia.
Orogen Sunda pada daerah ini mempengaruhi Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Pada orogen ini Lempeng Samudra Lautan Hindia menunjam di bawah ujung selatan Lempeng Benua Asia Tenggara dengan kecepatan sekitar 7cm/tahun. Sistem subduksi ini menghasilkan busur gunung api sepanjang Jawa dan Nusa Tenggara. Di belakang busur gunung api ini (di Laut Jawa) terbentuk cekungan sedimen yang dikenal mempunyai kandungan minyak dan gas bumi. Orogen ini juga mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar regional yang memanjang barat-timur di bagian utara P. Jawa dan menerus sampai di utara P. Flores. Orogen Barisan Orogen Barisan, yang dimulai pada Akhir Neogen, menyebabkan sistem subduksi, dimana Lempeng Samodra Hindia menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara dengan kecepatan 7cm/tahun. Subduksi mencong (oblique) 50o-65o ini membentuk busur gunung api Bukit Barisan sepanjang Pulau Sumatra. Sistem subduksi ini juga membentuk tiga cekungan besar Sumatra yang mempunyai cadangan minyak dan gas bumi besar; yakni Cekungan Sumatra Selatan, Cekungan Sumatra Tengah dan Cekungan Sumatra Utara. Di samping itu beberapa cekungan sedimen juga terbentuk di depan busur gunung api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar