Selalu Memperhatikan Perjalanan Hidup Salaf :
Para salaf umat ini terdiri atas para sahabat yang telah berjihad da para ulama yang aktif. Mereka telah berqudwah kepada Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Kehidupan mereka sederhana dan tidak menginginkan dunia kecuali menjadikannya sebagai jembatan yang akan mengantarkan mereka ke akhirat. Diriwayatkan pada suatu hari ketika Umar bin Khattab ra mendatangi putranya, beliau melihat sepotong daging milik kputranya. Umar ra lalu bertanya, "Daging apakah ini?". Putranya menjawab, "Aku menginginkannya". Kemudian Umar bertanya lagi, "Apakah setiap yang engkau inginkan, engkau senantiasa memakannya?", tanya Umar. Cukuplah seseorang bersikap boros, seandainya ia memakan semua yang ia sukai". (Kitab Hayatu ash Shahabat).
Dalam kita yang lain disebutkan bahwa ketika Abu Bakar ra menderita sakit pada akhir hayatnya, Salman al-Farisi ra mendatanginya dan berkata, "Berwasiatlah kepadaku, wahai khalifah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam". Maka Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya Allah telah membuka dunia untuk kalian mengambilnya kecuali secukupnya". (Hayatu ash Shahabah).
Sa'ad bin Abi Waqqas ra pernah mengirim sepucuk surat untuk Khalifah bin Khattab ra ketika ia menjad gubernurdi Kufah. Isinya, dia meminta izin mendirikan rumah bagi tempat tinggalnya. Umar ra membalas suratnya dengan mengatakan, "Bangunan lah apa yang dapat melindungimu dari sinar matahari dan memeliharamu dari hujan. Sesungguhnya dunia ini hanyalah sarana belaka". (Hayatus ash Shahabah).
Memutuskan Hubungan Dengan Orang-Orang Yang Boros.
Dengan memutuskan hubungan atau tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang yang berperilaku israaf, maka kita akan terhindar dari pengaruh buruknya. Sedangkan menjalin hubungan dengan orang-orang yang berjiwa besar atau memiliki semangat tinggi, yang dapat menampik kemewahan dunia dan melandasi semua aspek hidupnya dengan prinsip kemuliaan dan kehormatan berdasarkan Ilahi, serta yang senantiasa berusaha melaksanakan hukum-hukum-Nya diatas bumi ini, maka akan mampu mengusir semua fenomena boros, sikap menuntut, dan berleha-leha. Bahkan akan mampu menjauhkan diri untuk tidak terperangkap pada jeratannya.
Meningkatkan Perhatian Terhadap Pembinaan Pribadi, Isteri, dan Anak.
Hal tersebut juga akan mampu menundukkan semua fenomena kemewahan serta kita terhindar dari jebakannya. Bahkan akan dapat menolong kita untuk menjalani sikap tegar tatkala harus menghadapi duri-duri dan kesulitan dalam perjalanan hidup, sampai kita dikembalikan kepada Allah dan menikmati ketenangan, kenikmatan, dan keabadian di sana (akhirat).
Senantiasa Mengikuti Keadaan Yang Tengah Dilewati Umat Manusia dan Kaum Muslimin.
Keadaan ini dapat membantu jiwa dalam membebaskan diri dari sikap israaf, bahkan akan mampu membatasi diri untuk tidak mengecap kenikmatan dan kelezatan dalam kehidupan ini, sehingga kita dapat tetap pada manhaj Allah dan kebesaran panji-panji Islam pun akan dapat terangkat kembali.
Selalu Bertafakur Tentang Kematian serta Kepedian dan Kengerian Yang Terjadinya Sesudahnya.
Hal ini dapat menolong kita untuk menolak gejala israaf dan kemewahan duniawi serta menghalanginya untuk tidak terperosok ke dalamnya. Selain itu juga, sebagai persiapan akan saat kematian dan kelak waktu bertemu dengan Sang Pencipta.
Mengingat Tabiat Jalan Dakwah.
Tabiat jalan dakwah berupa kelelahan, kesakitan, serta keperihan yang ada didalamnya. Kemudian jalan tersebut tidak dapat dilalui dengan sikap boros, santai, dan bermewah-mewah, tetapi harus dengan jalan kesulitan, kekurangan, dan kepayahan. Semua itu mempunyai peranan yang besar dalam memarangi sikap israaf, perjuangan melawan nafsu, dan kemampuan dalam menembus dan melangkahkan kaki pada kendala dan aral yang menghalangi perjalanan dakwah kita. Wallahu'alam.
Dalam kita yang lain disebutkan bahwa ketika Abu Bakar ra menderita sakit pada akhir hayatnya, Salman al-Farisi ra mendatanginya dan berkata, "Berwasiatlah kepadaku, wahai khalifah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam". Maka Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya Allah telah membuka dunia untuk kalian mengambilnya kecuali secukupnya". (Hayatu ash Shahabah).
Sa'ad bin Abi Waqqas ra pernah mengirim sepucuk surat untuk Khalifah bin Khattab ra ketika ia menjad gubernurdi Kufah. Isinya, dia meminta izin mendirikan rumah bagi tempat tinggalnya. Umar ra membalas suratnya dengan mengatakan, "Bangunan lah apa yang dapat melindungimu dari sinar matahari dan memeliharamu dari hujan. Sesungguhnya dunia ini hanyalah sarana belaka". (Hayatus ash Shahabah).
Memutuskan Hubungan Dengan Orang-Orang Yang Boros.
Dengan memutuskan hubungan atau tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang yang berperilaku israaf, maka kita akan terhindar dari pengaruh buruknya. Sedangkan menjalin hubungan dengan orang-orang yang berjiwa besar atau memiliki semangat tinggi, yang dapat menampik kemewahan dunia dan melandasi semua aspek hidupnya dengan prinsip kemuliaan dan kehormatan berdasarkan Ilahi, serta yang senantiasa berusaha melaksanakan hukum-hukum-Nya diatas bumi ini, maka akan mampu mengusir semua fenomena boros, sikap menuntut, dan berleha-leha. Bahkan akan mampu menjauhkan diri untuk tidak terperangkap pada jeratannya.
Meningkatkan Perhatian Terhadap Pembinaan Pribadi, Isteri, dan Anak.
Hal tersebut juga akan mampu menundukkan semua fenomena kemewahan serta kita terhindar dari jebakannya. Bahkan akan dapat menolong kita untuk menjalani sikap tegar tatkala harus menghadapi duri-duri dan kesulitan dalam perjalanan hidup, sampai kita dikembalikan kepada Allah dan menikmati ketenangan, kenikmatan, dan keabadian di sana (akhirat).
Senantiasa Mengikuti Keadaan Yang Tengah Dilewati Umat Manusia dan Kaum Muslimin.
Keadaan ini dapat membantu jiwa dalam membebaskan diri dari sikap israaf, bahkan akan mampu membatasi diri untuk tidak mengecap kenikmatan dan kelezatan dalam kehidupan ini, sehingga kita dapat tetap pada manhaj Allah dan kebesaran panji-panji Islam pun akan dapat terangkat kembali.
Selalu Bertafakur Tentang Kematian serta Kepedian dan Kengerian Yang Terjadinya Sesudahnya.
Hal ini dapat menolong kita untuk menolak gejala israaf dan kemewahan duniawi serta menghalanginya untuk tidak terperosok ke dalamnya. Selain itu juga, sebagai persiapan akan saat kematian dan kelak waktu bertemu dengan Sang Pencipta.
Mengingat Tabiat Jalan Dakwah.
Tabiat jalan dakwah berupa kelelahan, kesakitan, serta keperihan yang ada didalamnya. Kemudian jalan tersebut tidak dapat dilalui dengan sikap boros, santai, dan bermewah-mewah, tetapi harus dengan jalan kesulitan, kekurangan, dan kepayahan. Semua itu mempunyai peranan yang besar dalam memarangi sikap israaf, perjuangan melawan nafsu, dan kemampuan dalam menembus dan melangkahkan kaki pada kendala dan aral yang menghalangi perjalanan dakwah kita. Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar