Dalam kesempatan berbeda, aku kembali bersajak:
Air mata cinta mengalir sudah
Dan tabir kasih tersingkap indah
Hatimu seumpama kucing saja
Gesit menerkam kala melihat mangsa
Duhai sahabatku, luapkan saja perasaan cintamu
Sungguh, pendapatku tentang cinta tak berbeda denganmu
Sampai kapan kan kau sembunyikan
Tak kan kutinggalkan kau sendirian
Peristiwa seperti itu, hanya terjadi pada orang berusaha mati-matian dalam menyembunyikan perasaan cinta yang menderanya. Ya, hanya terjadi pada orang yang berusaha menyingkirkan cinta dari dalam jiwanya. Sungguh, sekeras apapun dia berusaha. Ia takkan bisa melepaskan jaring cinta yang telah menjeratnya. Sia-sia saja. Ia hanya akan terkurung diantara dua kobaran api : api cinta dan api derita.
Mungkin seseorang menyembunyikan cinta dengan tujuan untuk menjaga keutuhan cintanya kepada sang kekasih. Jika karena alasan ini, berarti ia merupakan seorang pencinta yang setia dan memiliki sifat yang terpuji. Beberapa bait puisiku berujar tentang hal ini:
Mereka tahu aku ini pemuda yang dilanda cinta
Tapi kusembunyikan segala rahasia cinta
Kecuali pada mereka yang tahu keadaanku sepenuhnya
Bagi mereka yang tak tahu diriku sebenarnya
Cukuplah mereka tahu aku sedang mencinta
Seumpama garis yang terlihat nyata
Namun mereka tak perlu tahu hakikat guratannya
Atau seumpama suara perkutut yang indah suaranya
Tapi tak bisa dipahami hakikat maknanya
Mereka berkata,
Demi Allah, cintamu bukanlah racun binasa
Ia adalah hajat mulia
Amboi, cinta itu bukan perangai orang gila
Melainkan mutiara yang bikin orang tergila-gila
Selamanya, mereka tergetar dalam syakwa
Syakwa yang terputus atau terputusnya syakwa
Mengenai cinta yang dirahasiakan, akupun memiliki puisi yang lain:
Untuk rahasia cinta, telah kusiapkan tempatnya
Kala ada orang yang mengetahuinya, aduhai betapa sedihnya
Tersingkapnya rahasia cinta seumpama diserang kematian
Kala rahasianya utuh terjaga, kebahagiaan
Sungguh tak terlukiskan
Namun, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tetaplah yang utama. Cinta kita kepada kedua orang tua adalah perbuatan mulia. Cinta yang terjaga dalam koridor adalah kebahagiaan sejati. Ia tak meledak, namun melembutkan hati. Karena cinta yang besar kepada-Nya melahirkan kebaikan. Sebagaimana cinta-Nya kepada segenap makhluk membawa keteduhan.
Referensi : Dibawah Naungan Cinta (Ibnu Hazm El Andalusy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar