Jumat, 14 Maret 2014

Ketika Malaikat Ikut Berperang Bersama Mujahidin Melawan Tentara Syiah Nushairiyyah


Ada kisah menarik dari relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang bertugas ke Suriah dan melakukan presentasi di gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jakarta, Selasa (11/12/2012). Abu Yahya, koordinator relawan HASI menceritakan kisah seorang mantan tentara Basyar Asad yang bertaubat lalu bergabung dengan Mujahidin.

Kepada mantan tentara itu, para Mujahidin sempat bertanya mengapa para tentara Asad yang berjumlah 1500 personel di Jabal Akhrod tidak berani melakukan serangan kepada Mujahidin Suriah yang hanya berjumlah 150 personel, baik secara kekuatan (jumlah) maupun persenjataan, Muajhidin jauh lebih kalah dari tentara Asad.

Mendengar pertanyaan itu, mantan tentara Basyar Asad ini justru heran dan balik bertanya. “Siapa bilang jumlah kalian sedikit? Kami setiap malam melihat kalian dengan pakaian putih-putih bergerak dari satu lembah ke lembah lain sehingga kami pikir-pikir dulu untuk menyerang,” kenangnya.

Ternyata kisah diatas bukan terjadi satu kali. Cerita lainnya muncul saat Mujahidin hendak melakukan perang dengan konvoi 50 truk yang berisi tentara Basyar Asad. Hingga pada satu titik terjadilah baku tembak antara Mujahidin dengan tentara Asad. Karena Mujahidin memang sudah merencanakan aksi serangan untuk menghabisi dan memukul mundur tentara Asad.

Namun saat perang berlangsung, tiba-tiba saja muncul kejadian di luar perkiraan mereka. Helikopter dan pesawat tempur datang seperti hendak memerangi Mujahidin. Tentu Mujahidin berkesimpulan bahwa ini bantuan dari pihak Basyar Asad untuk menewaskan mereka. Ingat, hingga kini Mujahidin Suriah sama sekali tidak memiliki alat tempur seperti pesawat. Mereka hanya bertempur via jalur darat dengan persenjataan yang kalah canggih jika dibandingkan milik rezim Asad.

Mengukur jumlah personel dan persenjataan yang terbatas, komando Mujahidin menyerukan untuk segera mengosongkan tempat pertempuran dan masuk ke gunung-gunung untuk mengatur strategi. Anehnya, ketika Mujahidin sudah menarik diri, suara baku tembak masih saja terus terjadi. Berondongan dan desingan peluru seperti enggan berhenti walaupun tidak ada satu pun Mujahidin tersisa di lokasi pertempuran. Komando Mujahidin sampai bertanya-tanya dalam hati, siapakah sebenarnya yang sedang berperang melawan tentara Basyar Asad itu. Komandan Mujahidin itu pun mengecek jumlah personel untuk mengantisipasi kemungkinan ada Mujahidin tertinggal dan melakukan perlawanan kepada tentara Asad. Namun hasil perhitungannya, seluruh Mujahidin sudah masuk kedalam gunung (gua).

Hingga datang matahari terbit dan mereka yakin kondisi telah aman, barisan Mujahidin turun dari gunung dan betapa terkejutnya mereka melihat sebagian tentara Asad telah tewas dengan luka menganga. Sebagian lainnya mengalami luka berat layaknya menghadapi pertempuran hebat. Tentu kejadian ini menjadi seribu pertanyaan bagi Abu Yahya, relawan HASI yang menghabiskan waktu selama satu bulan di Desa Salma, daerah Jabal Akhrod, Suriah dan mendapatkan kisah ini langsung dari Mujahidin.

“Lantas siapa yang berada di dalam pesawat dan helikopter untuk melawan tentara Suriah?” tutup Abu Yahya dengan segudang tanya di depan para awak media yang juga diliputi keheranan.

Subhanallah, inilah Ayaturrahman yang muncul dalam jihad di bumi Syam. Fakta yang menjadi bukti bahwa Mujahidin tidak sendiri. Mereka bersama Allah untuk menegakkan Islam di Suriah dan melawan kedzaliman rezim Syiah Nushairiyah kepada umat Islam. Semoga ini menjadi kabar baik bagi kemenangan bagi Mujahidin dan tegaknya Islam di Suriah. Tentu jika kita mendengar penuturan dari Mujahidin tersebut, kita akan sangat paham siapakah balatentara yang tiba-tiba datang membantu para Mujahidin melawan tentara Asad.

Allah berfirman, “(Ingatlah) Ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankannya bagimu. Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Referensi :
Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam karya Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar