Kekuatan kita adalah diri kita sendiri, kelemahan kita pun sama. Keberanian kita ada pada diri kita sendiri, begitu pula dengan ketakutan. Dalam diri kita terhimpun dua kekuatan utama, yang meninggikan pun juga membenamkan. Faalhamahaa fujuraha wataqwaha... penggalan surat Asy-Syams di juz 30 menjadi dua kekuatan besar yang sampai saat ini membangun peradaban hingga meluluh-lantahkan bumi Allah yang sedemikian luasnya.
Berbuat Fujur dan taqwa, dua kehendak bathin yang senantiasa merongrong anak manusia. Dua hal ini, potensi manusia yang apabila dipahami kelak akan membawanya menjadi manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi. Dengan mengharap Ridha Allah, saya berupaya menuliskan kalimat demi kalimat yang Insya Allah bermanfaat.
Kita mulai dari Fujur, dalam keseharian kita terkadang satu, dua hal yang terjadi mampu mengantarkan anak manusia berbuat fasik atas segala hal yang nampak dalam pandangan matanya. Untuk masalah ibadah, masalah khilafiyah memang terkadang menusuk bagai hujaman pedang dalam tubuh. Inilah jalan keburukan yang syaithan selalu isi dalam kalbu hamba-Nya yang beriman, kita menganggap perbedaan adalah keburukan, padahal memiliki dalil atau argumen yang kuat, sementara yang jelas-jelas hal berbau kekufuran dianggap tidak layak diperdebatkan. Sementara Rasul SAW melalui riwayat Abu Dawud, bahwasanya ada jaminan rumah di surga... bagi siapakah...? Bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun berada dalam kebenaran. Ada hal yang memang kita harus tinggalkan dalam perdebatan, kecuali kepada kalangan yang menistakan agama, Dienul Islam, maka wajib bagi setiap muslim menggunakan berbagai argumen yang baik nan penuh hikmah itu agar keburukan demi keburukan terus menjalar diantara kehidupan.
Allah mengilhamkan dalam diri anak cucu Adam, sesuatu yang mengarah pada keburukan, namun ternyata Allah masih membuka pintu taubat yang begitu luasnya, kecuali untuk dosa syirik. Ini yang terkadang banyak kita temukan pencampur-adukan antara ibadah dengan perangkat-perangkat yang terkadang berbau bid'ah sehingga menjerumuskan kita pada nosa kesyirikan. Saya tidak memberanikan diri untuk menjelaskan seperti apa gerangan, karena pastinya sahabat pun akan sering menemukan dalam kehidupan yang seolah-olah ibadah, ternyata mengembalikan tradisi kufur ala kafir Quraisy yang mengatakan "Kami persembahkan ini untuk Allah dan berhala-berhala kami...,". Nah... Cukuplah kiranya kita memahami hakikat ibadah itu adalah serta-merta ditujukan hanya kepada Allah, mengikuti sunnah nabi SAW, ijma', kesepakatan ulama, serta kondisi kekinian dan kedisinian. Fujur, berbuat kefasikan, keburukan memang banyak contohnya, tapi terkadang perbuatan baik pun yang memang berada dalam ruang lingkup ibadah malah mendekatkan kita pada neraka-Nya yang begitu panas. Berhaji dari hasil korupsi, zakat hasil mencatut dana amal, mengurusi masyarakat (aktif di pemerintahan) hanya untuk memupuk kekayaan, dll... Ini hanya secuil kisah perjalanan ibadah anak manusia era sekarang, yang terkadang mengembalikan kepada tradisi jahiliyah. Ziarah kubur memang baik, namun memberikan sesaji dan ritual-ritual apa bedanya dengan perbuatan 'zaman jahiliyah'...? Nah...
Yang kedua, Taqwa, saya tak perlu kembali memberikan definisi tentang arti itu, karena saya yakin sahabat punya pemahaman. Aamiin, Insya Allah. Taqwa yang mengarah pada kebaikan dan juga perbaikan, inilah yang dinamakan hasil dari sebaik-baik ibadah kepada Allah. Segenap aktivitas amal ibadah sejatinya adalah semakin mendekatkan diri kita kepada Allah, mengingat-Nya baik dalam keadaan berbaring, duduk, berdiri... memperhatikan pergantian siang dan malam dan tanda-tanda ciptaan-Nya Yang Maha Besar nan indah. Banyaknya jalan kebaikan, ya... inilah mengapa Allah memberikan manusia akal untuk memilih, serta hati guna merasakan. Taqwa tidak serta merta menganggap bahwa aktivitas ibadah kita adalah bekal menuju kampung akhirat, karena taqwa akan membimbing diri dan juga manusia lainnya untuk sama-sama masuk surga. Itulah mengapa dalam surat Ar-Rum, Allah mengisyaratkan bahwa Konstantinopel akan takluk oleh umat muslim, bersama Muhammad Al-Fatih, tak lain agar penduduk disana yang selama ini dilanda tekanan serta kegelaan bangsa romawi terbebaskan dan melangkah menuju cahaya dibawah naungan Islam. Taqwa adalah perbuatan, karena ia senada dengan aktivitas luar biasa seorang muslim selama hidup di dunia. Ia yang senantiasa membimbing dalam cahaya sebelum kembali kehadirat-Nya, ia adalah kekuatan bathin yang terpancarkan dari raga seorang mukmin.
Dua kata, Fujur dan Taqwa, adalah pilihan anak Adam dalam mengarungi samudera kehidupan. dan terkadang perkara syubhat membawa mereka dari yang awalnya Taqwa mengarah ke Fujur. Dan seperti itulah Allah mengilhamkan kepada anak manusia tentang dua jalan ini yang terkadang terlewatkan begitu saja. Kemampuan memilih menjadi seorang yang ahli dalam agama terkadang membawa pada perbuatan fasik. Dan betapa banyaknya Qur'an hanya menjadi mantra-mantra kering tanpa amal, padahal bukan untuk itu Al-Qur'an Allah turunkan. Aktivitas menuju Taqwa terkadang mengarah kepada yang Fasik, entah mengapa dunia saat ini mengembalikan kepada masa di Kejahiliyahan merajalela.
Perbuatan buruk memang akan selalu ada, begitu pula dengan yang baik. Namun bukan itu masalahnya... terkadang perbuatan buruk membawa kita pada pintu taubat dan menjadikan kita hamba-Nya yang shaleh... pun juga perbuatan baik yang malah menghujamkan tubuh kita dalam genangan lumpur maksiat karena perkara syubhat hingga aktivitas ibadah yang berburu kesyirikan. Atau barangkali kemunafikan, yang sudah Allah terangkan dalam Qur'an bahwa Dia melarang kita untuk menshalatkan 'bahkan', namun saat ini cukup sulit untuk merealisasikannya, tapi... tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Semoga Allah menjaga kita dari Fujur dan senantiasa membimbing kita dalam Taqwa...
Kebenaran datangnya dari Allah, jika yang saya sampaikan adalah kebenaran maka itu dari Allah, jika salah... maka itu dari saya pribadi, dan perkara dosa atas ini adalah tanggungan saya. Semoga Allah membimbing kita, serta memberikan pertolongan berupa teguran saat kita melakukan kesalahan. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar