Jumat, 27 Juli 2012

Butuh Pelapis Sepadan (Analisisku Edisi 51/XII)

Juara bertahan Euro 2008 dipastikan kehilangan sosok Puyol di belakang serta Villa di barisan penyerang. Ya, keduanya harus menjalani proses pemulihan akibat cedera terlebih Villa yang mengalami cedera yang sangat parah. Sosok Puyol adalah figur penting di lapangan maupun ruang ganti pemain karena dialah pemain paling senior yang sebenarnya dipastikan dipanggil pelatih Vicente del Bosque pada putaran final Euro 2012.
Meskipun kehilangan dua pemain, namun sosok Villa sudah bisa digantikan oleh Juan Mata ataupun Pedro yang memang memiliki karakteristik yang sama, atau bahkan Silva bisa memerankan sosok perusak pertahanan lawan yang biasa diperankan Villa di barisan penggedor lawan. Toh, Del Bosque memang biasa memakai skema 4-2-3-1 dengan menempatkan satu orang sebagai target-man (Torres).
Tapi bagaimana dengan Puyol? Meskipun Ramos bisa berperan sebagai bek tengah, namun Casillas sering mengeluhkan performa pemain tersebut di Madrid. Ini yang pada akhirnya sering membuat Casillas kebobolan karena kurangnya kepemimpinan di barisan belakang yang membuat sosok penjaga gawang jauh lebih ‘tenang’. Hal itulah yang membuat barisan pertahanan Barcelona begitu solid dengan kehadiran Puyol, serta memudahkan Valdes mengamankan gawang dari kebobolan.
Jelas Spanyol akan lebih kehilangan Puyol, Sang Senior, karena dialah nyawa pertahanan La Furio Roja. Butuh pelapis sepadan untuk menggantikan perannya, bukan hanya di lapangan tapi juga ruang ganti karena timnas Spanyol butuh sosok senior yang bisa memberikan spirit bagi para armada mudanya di Euro 2012.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ini artikel / tulisan saya yang dimuat di sebuah taboild sepakbola dan futsal edisi 51/XII (soccer) yang mungkin sangat jarang para ADK yang 'mau' membelinya. Namun tak mengapa, karena artikel ini sebenarnya 'flash back' pertemuan dengan mister 'M' pada saat hanya ana yang datang halaqoh sehingga berlanjut pada suatu diskusi hangat sebelum ana 'terjun' di FKDF pada tahun 2010. Pembicaraan seminggu sebelum pemilihan ketua umum 'yang mendebarkan'.

Penjaga gawang dan pemain belakang tak ubahnya seperti HRD dalam suatu lembaga/organisasi. Mereka memiliki tugas yang lebih banyak, membutuhkan energi yang lebih besar, kecerdasan intelektual yang mumpuni, kesabaran berlapis, ketenangan yang harmonis. Bagaimana tidak...? di setiap pertandingan sepakbola yang disajikan barisan belakang lebih banyak menjadi soroton ketimbang para gelandang ataupun penyerang. Mengapa...? Kalau pun para penyerang mampu mencetak 5 gol, hal ini tidak berarti apabila pemain belakang kedodoran dan penjaga gawang kepayahan sehingga kebobolan 6 gol atau lebih. Ataupun kemenangan yang hampir di depan mata menjadi sia-sia karena kesalahan antisipasi pemain belakang serta kekurang siapan penjaga gawang dalam menghalau bola.

Itulah yang menjadi peran yang dimainkan sosok 'Puyol' di timnas Spanyol, sosok yang tenang di lapangan serta kamar ganti. Dan itulah tugas 'luar biasa' yang dilakukan oleh HRD, bagaimana mampu mencetak generasi baru yang tangguh, menjaga eksistensi suatu roda kegiatan organisasi dengan pola pembinaan yang baik. Hancurnya atau rapuhnya HRD maka tinggal menunggu waktu saja lenyapnya sebuah 'eksistensi'. Itulah yang terjadi di lapangan saat kita (terutama ikhwan / akhwat yang sempat menonton euro 2012). Timnas Spanyol begitu kuat dalam penyerangan serta mengalirkan bola dari kaki ke kaki melalui para pemain tengah atau gelandangnya, sehingga kehilangan sosok 'Villa' bukanlah berarti apa-apa karena masih memiliki 'Torres' dan bahkan 'Fabregas' bisa memainkan peran sebagai seorang striker.

Kita melangkah ke pemain tengah, ya... para gelandang kreator penyerangan dan tembok pertama pertahanan. Merekalah sosok paling dibutuhkan untuk menyiapkan amunisi, dalam dakwah kita kenal dengan Syi'ar dan Ilmy. Mengapa perlu 'kreativitas' dalam menjalankan roda kegiatan di dua ranah tersebut...? Karena masyarakat / mad'u (sasaran dakwah) bukanlah orang yang paham atau memiliki tingkat pengetahuan serta kemauan yang baik dalam Islam dan penerapan aturannya. Sehingga diperlukan kekuatan 'eksternal' yang menarik perhatian massa untuk mendukung 'gerakan'gerakan' serta aktivitas dakwah. Tentunya FKDF dan PIR yang ada di Unpad menjadi lembaga 'kreatif' untuk mengajak masyarakat Unpad lebih jauh mendalami, mengikuti, mendukung setiap aktivitas dakwah maupun agenda kegiatan lainnya untuk menciptakan nuansa 'madani' di kampus Unpad kita yang tercinta. Dan seperti itulah peran yang dimainkan Xavi, Iniesta, Navas, Busquet, Xabi Alonso di timnas Spanyol. Bagaimana harmonisasi mereka mampu 'mengejutkan' setiap lawan yang 'menghadang'.

Yang terakhir adalah barisan penyerang, ini adalah posisi yang harus dimiliki oleh orang yang 'kuat' dalam segi mental dan sportivitas. Dari sekian banyak adegan 'diving' atau berpura-puran jatuh, maka lebih banyak dilakukan oleh para 'penyerang'. Mereka pula yang menjadi tujuan dan tumpuan para pemain belakang serta gelandang untuk memenangkan pertandingan lewat gol-gol yang dicetak ataupun sekedar menyamakan kedudukan. Peran vital mereka diibartkan 'Siyasi', ranah strategi yang memerlukan kecerdasan berpikir setiap individunya. Mereka menjadi orang-orang yang paling banyak disorot publik dari setiap aksinya, mirip para anggota dewan ataupun kalau dikecilkan ruang lingkupnya di kampus maka BEM dan BPM menjadi ranah strategis mewujudkan terciptanya nuansa 'madani' di kampus dengan agenda-agenda dakwah yang 'cantik' dibungkus oleh keimanan serta dilakukan secara perlahan dan terarah. Dua lembaga kampus inilah yang terkadang menjadi sasaran 'empuk' mereka yang suka mencari-cari kesalahan, memainkan 'kemunafikan', mempertontonkan 'kebodohan', shingga diperlukan sosok ADK yang kuat untuk menjalankan roda kegiatan. Tidak mudah menjadi penyerang, karena lebih banyak kegagalan daripada keberhasilan yang diraih. Berapa sering kita lihat para penyerang yang 'mandul', tendangan selalu mengarah ke tiang ataupun mampu ditangkap penjaga gawang, ataupun tak mampu menerobos barisan pertahanan...??? Itulah 'spesialnya' ranah 'Siyasi' demi terciptanya nuansa dakwah yang universal tanpa adanya pihak yang mengekang/mengintervensi atau bahkan melarang setiap agenda dakwah yang diusung. Itulah mengapa semasa era Soeharto para murabbi/murabbiah kita begitu kuat bertahan, bersabar, istiqomah untuk terus mendidik dan mencetak kader baru serta menjaga kualitas serta kuantitas para kader yang terbina agar keberlangsungan dakwah tidak 'punah' di Indonesia. Hingga pada akhirnya bendera dakwah melalui 'Siyasi' berkibar di nusantara dan kita adalah orang-orang yang bersiap-sedia untuk mendukung setiap agenda dan aktivitasnya.

Itulah mengapa timnas Spanyol lebih membutuhkan pelapis sepadan bagi Puyol ketimbang Villa di barisan depan. Karena tidak ada artinya penyerangan yang kuat, namun pada akhirnya kalah juga akibat jumlah kebobolan yang lebih banyak. Ranah 'Siyasi' memang penuh tantangan, tapi membiarkan HRD/Kaderisasi 'bobrok'... maka tunggulah saat-saat kehancuran suatu pergerakan dakwah.

Wallahu'alam

*Diadaptasi dari Fathi Yakan (Yang Berguguran di Jalan Dakwah), Ahmad Athian (Menuju Kemenangan Dakwah Kampus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar