Sumedang, 11-14 November 2010
Para pejuang… ya mungkin itulah kata-kata yang bisa saya ucapkan kali ini dan menjadi sebuah catatan perjuangan seorang aktivis di tahun 2010 yang sekarang dijalani. Satu demi satu guratan misi maupun rencana di awal tahun menjadi sebuah kenangan perjuangan yang diiringi canda, air mata, kebahagiaan dan lain sebagainya. Itulah kiranya catatan perjuangan yang kembali ditorehkan bersama 31 pejuang yang masuk masa karantina School of Leader (SOL) 3. Awal Oktober mulai saya berpikir apakah salah satu rencana akhir tahun ini akan terealisasikan dengan baik, terlebih dengan cukup banyaknya buku mengenai syi’ar hingga motivasi yang coba saya kumpulkan satu per satu untuk membantu saya untuk terus menjaga semangat serta keyakinan untuk berbuat yang lebih baik lagi. 9 Oktober pun saya menapaki masa 21 tahun, dan kembali mencoba untuk merenungi sebuah buku yang diberikan oleh seorang sahabat yang membuat saya belajar bagaimana bisa dicintai oleh orang lain. Dan saya mencoba untuk lebih mencintai orang-orang di sekitar meskipun terkadang saya merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan. Berawal dari buku itu, akhirnya beberapa buku yang pernah saya baca pun ternyata pernah menemani hari-hari perjuangan saya untuk berusaha dan terus menjalani segala hal yang sudah Allah tentukan. Perlahan dan pasti, alhamdulillah banyak sekali rencana berikut tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkannya dan membuat saya terus menjalani hari demi hari sebagai seorang pejuang peradaban yang tak kenal menyerah dan lelah.
Waktu pun terus berlalu, satu demi satu buku mulai saya baca terutama karya mas Satria Hadi Lubis yang berjudul ‘Sukses Jalan Terus’ dan ‘Total Motivation’. Dua buah buku yang mengingatkan saya yang akhirnya memutuskan untuk segera meninggalkan sebuah organisasi yang sebenarnya membesarkan nama saya, membuat saya semakin mendalami Islam. Namun entah mengapa tekanan demi tekanan terus membuat saya galau, bimbang dan tidak mampu merumuskan strategi mendamaikan hati serta membuatnya kembali menemukan kata ‘semangat’. Hingga pada akhirnya saya menemukan sebuah kesuksesan untuk meninggalkan saudara seperjuangan, dan memang itulah kebenaran yang terjadi sehingga beberapa imajinasi, tulisan, dan kesuksesan kecil satu demi satu mulai saya raih dan perlahan senyuman mulai tampak dalam perjalanan hari yang membuat saya jauh lebih berarti. Kekuatan hati, dan itulah tekad yang akhirnya saya coba usung untuk membuat segala buku hingga materi motivasi yang saya baca bukanlah hal yang sia-sia. Dan keberanian itulah yang menjadi kunci pertama menuju gerbang kesuksesan yang coba saya torehkan meskipun kecil atau bahkan tidak bernilai di mata orang lain.
Pada akhirnya saya pun kembali teringat akan kenangan masa lalu, tugas sebagai seorang mahasiswa, ya… itulah ranah BEM Universitas Padjadjaran yang diawal tahun 2010 ini saya coba tuliskan untuk menjadi sebuah kenyataan untuk bersama-sama membangun peradaban kampus. Hanya saja pada kenyataanya sebuah amanah membuat saya harus mengurungkan niat untuk kembali berkarya lewat organisasi, dan itulah kiranya tantangan pertama di awal tahun yang harus saya hadapi. Setelah akhir tahun 2009 saya menciptakan dua buah lagu pengantar untuk kegiatan School of Leader 2, kegiatan yang akhirnya mampu saya realisasikan pada bulan November tahun ini sebagai peserta. Sepertinya saya mulai kembali menemukan kata ‘semangat’ dalam diri yang seakan sirna di telan masa. Dan Allah pun menghadirkan dua mba’e (Uni dan Ian) yang mencoba membantu saya lewat kata-kata semangat dan motivasi untuk terus berkarya sehingga keberadaan saya memang sebuah keniscayaan yang diharapkan agar orang lain merasakan sebuah kenyamanan. Kekuatan akhir tahun 2009 itulah yang akhirnya membuat saya segera membuat beberapa targetan yang harus dan diupayakan segera terealisasikan di tahun ini.
Kegagalan dan kesuksesan pun datang silih berganti, dimulai dengan keberhasilan memperoleh dana pribadi untuk membeli sebuah handphone baru lewat proyek di kebun teh Patuha-Ciwidey bersama teman-teman Fisika. Namun disisi lain saya tidak pernah mampu berbagi waktu dengan organisasi yang saya ikuti, padahal saya adalah orang penting, sebagai wakil ketua yang seharusnya mampu melakukan yang terbaik. Dan saya pun tidak mampu menjaga keseimbangan antara hati, lisan dan pikiran terhadap beban amanah yang ditanggung hingga pada bulan Ramadhan saya memutuskan untuk segera meninggalkannya. Namun saya terus mencoba untuk pantang menyerah dan terus berjuang untuk bangkit, dan kembali saya berhasil menuliskan beberapa cerpen setiap bulannya bersama kesedihan karena tidak mampu berbuat banyak seperti orang lain, masih belum mampu membuat orang tua tersenyum. Tapi pada akhirnya saya terus mencoba meyakinkan pada hati ini bahwa saya harus menjadi diri sendiri dan terus bangkit, karena saya malu sebagai umat Rasulullah namun tidak mampu meneruskan perjuangan dakwah dan malah larut dalam kesedihan serta tergoda oleh kecantikan seorang akhwat yang pada dasarnya adalah sebuah godaan syetan yang terkutuk, saya pun terus berusaha untuk menjaga hati ini, bertahan untuk sepenuhnya saya curahkan kepada seseorang yang mungkin lima tahun yang akan datang mampu membuat saya tersenyum manis serta membuatnya bahagia memiliki seorang suami yang terus berjuang untuk menjadi lebih baik, lebih taat pada-Nya serta mampu menjaga hati hanya untuk seorang istri yang tercinta. Dan itulah perjuangan, saya pun akhirnya memperoleh fitnah yang membuat saya agak marah bercampur sedih, ternyata tulisan yang saya buat di blog disalah-artikan sehingga hubungan baik yang sebenarnya terjalin menjadi hancur berantakan. Saya pun terus beristighfar, memohon ampun pada-Nya atas segala kelalaian. Padahal pada saat itu saya masih menjadi wakil ketua Lembaga Dakwah Kampus yang notabene berisi orang-orang yang mampu menjaga hatinya, mulia akhlaknya, santun lisannya, baik budinya, banyak amalan yauminya, dan hanya karena hati yang gelap saja pada akhirnya membuat saya harus semakin berhati-hati untuk menuliskan cerita pendek yang berupa fiksi atau karangan tentang segala hal yang saya alami atau rasakan. Karena sebenarnya tulisan tersebut saya buat satu bulan setelah saya yakin mampu menjaga perasaan dan hati hanya untuk Allah semata, semoga Allah memaafkan dosa saya dan orang tersebut serta pihak yang menyangka perbuatan yang saya lakukan. Dan jujur saja, untuk kali pertama murabbi saya memanggil untuk hal demikian karena beliau memang tidak terlalu mengekang mutarabbinya dalam berbagai hal kecuali adanya permasalahan, karena untuk masalah amanah saja beliau mempercayakan sepenuhnya kepada kami sebagai mutarabbinya untuk menerima atau menolaknya, karena pada dasarnya amanah adalah datang dari Allah.
2 buku karya mas Lubis yang saya punya membuat saya mulai meniti langkah serta targetan, memulai memotivasi diri sendiri serta kunci atau rahasia menuju sukses yang telah Allah tuliskan dalam Lauh Mahfudz. Saya pun terus melewati masa yang kembali membuat sebuah cerita bahagia dengan 11 lagu religi yang bisa saya buat, 11 lirik yang berasal dari sajak, puisi yang seseorang berikan, dan orang tersebut yang membantu saya untuk memulai langkah perjuangan dakwah kampus. Dan dari lagu tersebut saya mulai menghibur teman-teman di beberapa acara atau kegiatan, hingga pada akhirnya membuat seseorang menyatakan kekaguman terhadap saya melalui orang yang saya kenal cukup baik, semoga hal ini tidak membuat saya takabbur atau bahkan kembali tak mampu menjaga hati. Saya pun mencoba untuk terus membawakan lagu-lagu yang saya buat untuk mengisi kegiatan bernuansa Islami di kampus Unpad. Saya pun kembali melalui masa dengan senyuman, hingga pada akhirnya Allah pun menguji saya dengan kesempatan untuk mengatur waktu antara organisasi dan sidang kolokium Pemetaan Pendahuluan. Sebuah masa yang pada akhirnya membuat saya untuk sebisa mungkin menjaga ritme semangat untuk berkarya, hingga masa sidang pun tiba dan tekanan yang saya beserta teman sekelompok hadapi ditengah pembuatan laporan, analisa batuan, fosil, peta, sejarah geologi dan lain sebagainya mampu kami atasi dengan baik. Akhirnya kami pun memperoleh nilai maksimal, padahal beberapa kali saya sempat berbeda pendapat, bersinggungan dengan teman sekelompok bahkan tidak hadir dibeberapa kesempatan untuk menyelesaikan laporan pemetaan. Sikap percaya serta keyakinan yang ditunjukkan oleh teman-teman sekelompok saya akhirnya membuat segala hal yang terjadi kami lalui dengan kegembiraan dan optimis, Allah pun memberikan rahmat kepada kami dengan nilai A. Sebuah catatan perjalanan serta perjuangan yang cukup panjang, proses yang membuat saya harus ekstra keras mengatur jadwal akademik, santai dan organisasi hingga membuat saya sangat jarang pulang ke rumah untuk sekedar berbincang bersama ayah dan ibu yang selalu mendo’akan saya disela-sela shalat malam. Hingga pada akhirnya membuat saya sangat merindukan keempat adik-adik yang selalu memberikan inspirasi untuk menulis ketika saya berada di kampung halaman. Suasana yang asri, tenang, dengan suara kambing dan ayam yang selalu mengiringi pagi hari dan juga canda tawa nenek yang selalu memberikan cerita seru mengenai kehidupan masa lalu ayah yang penuh dengan perjuangan.
Sambutlah masalahmu, dengan tidak mengatakan, “Wahai Allah, masalahku sangat besar.” Tapi katakanlah, “Wahai masalah, Allah itu Maha Besar”. Itulah kutipan dalam karya Kang Zen (Zen el-Fuad) yang membantu saya dalam menyikapi setiap permasalahan yang dihadapi, sungguh Allah itu Maha Adil dengan menghadirkan masalah berikut solusinya, yang mendatangkan tantangan berikut jalan keluarnya, sekaligus beberapa tahapan hingga langkah yang membuat saya menyikapi berbagai macam hal yang Allah berikan. Seiring bertambahnya usia yang menuju 21 tahun, Allah menganugerahkan berbagai macam permasalahan yang terkadang membuat saya merasakan kesedihan yang mendalam, merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang dipercaya, dan saya kembali merasakan kesepian setelah salah satu dari mba’e yang membantu saya menyikapi segala permasalahan lulus kuliah, dan saya mencoba melalui segenap permasalahan bersama dengan buku-buku bacaan untuk mengisi hari demi hari. Namun apa mau dikata, saya ternyata masih menunjukkan sikap ketergantungan terhadap orang lain padahal belum tentu orang tersebut adalah yang tepat untuk membantu setiap permasalahan yang saya hadapi. Buku ‘Jiwa-Jiwa Gagah yang Pantang Menyerah’ karya mas Mukhlis pun kembali melengkapi perjalanan hidup saya untuk terus berusaha untuk menjadi generasi pemenang, generasi para sahabat Rasulullah SAW yang mulia. Generasi yang menorehkan tinta emas bagi peradaban Islam di masa lalu. “Aku akan tempuh hari-hariku bersama cinta yang utama. Aku ingin mati di jalan ini bersama kemuliaan yang tak terkira. Aku tidak akan pernah menyerah! Selamanya tidak akan menyerah, di jalan-Nya!” itulah kiranya salah satu kalimat yang kembali melecut kekuatan hati untuk terus menghadapi masalah demi masalah di bidang akademik dengan menurunnya IPK, kesibukan organisasi yang terkadang membuat saya merasakan sakit dan keberadaan orang-orang di sekitar yang terasa asing bagi saya. Dan kembali saya pun memperoleh amanah untuk menjadi SC (Steering Committee) dalam kegiatan penyambutan mahasiswa baru (PRABU Padjadjaran 2010), dengan berbagai tekanan dari pihak Fakultas dengan kepentingan tertentu, namun pada akhirnya Allah pun memberikan sedikit kebanggan bagi saya dan juga teman-teman panitia dengan REKOR MURI ‘Penempelan Foto 8000 Mahasiswa pada Peta Indonesia’, setelah sebelumnya pada tahun 2007 (tahun pertama kali masuk Unpad) dengan ‘Memainkan 10.000 Angklung’. Rasa haru, bangga, marah, bosan menghampiri perjalanan panitia PRABU 2010 yang berakhir pada tanggal 17 Agustus 2010, bertepatan dengan 65 tahun kemerdekaan RI.
Menuju masa 21 tahun, yakni 9 Oktober 2010, sebuah karya yang dirancang selama tiga tahun akhirnya selesai, ya… inilah mungkin karya tulis terlama dan terpanjang yang mampu saya selesaikan. Catatan perjuangan yang dibumbui cerita fiksi, catatan harian yang disamarkan serta berbagai macam pengalaman yang orang lain ceritakan terhimpun dalam sebuah novel yang saya beri judul A Diary Book (bagian pertama dan kedua). Novel yang saya sempurnakan setelah sebelumnya gagal dalam perlombaan Festival Novel Menggugah yang diselenggarakan oleh Pro-U Media tahun kemarin, akhirnya Allah memberikan kesempatan buat saya untuk terus memperbaiki dan menyelesaikan novel pertama yang mungkin akan menjadi batu loncatan untuk terus berkarya sebagai mahasiswa. Saya pun mulai mencari teman yang mungkin membantu saya untuk menerbitkannya, dan hingga menuju masa karantina SOL 3 pun saya masih belum memperoleh kabar terbaru mengingat teman yang saya cintai tersebut masih belum selesai membacanya. Namun perasaan optimis terus saya gelorakan dalam hati, dan akhirnya saya kembali ke jalan aktivis yakni menjadi pengurus BEM KEMA Unpad staf Kebijakan Kampus Departemen Dalam Negeri, sebuah langkah awal untuk terus mengabdi bagi almamater tercinta. Suatu kesulitan pun kembali harus saya alami, untuk bergabung bersama rekan-rekan dagri memerlukan tahapan yang cukup panjang, mengingat kemampuan saya di ranah BEM sudah sedikit terkikis dengan keberadaan saya sebagai bagian dalam syi’ar kampus yang memiliki perbedaan cara kerja, interaksi serta tekanan dari berbagai pihak. Dan kini saya pun mencoba terus berkerja total bersama yang lainnya, dan dukungan dari rekan-rekan dagri semakin membuat perjalanan hidup organisasi saya menjadi semakin indah dan penuh kenangan yang mengharukan serta menggembirakan. Dan bersamaan dengan kembali dibukanya pendaftaran bagi peserta School of Leader (SOL) 3, membuat saya semakin terus mengasah kemampuan yang dulu sebagai panitia bangun.
Masa Pra SOL yang menguras banyak tenaga dan pikiran, dengan keberadaan saya sebagai ketua kelompok diupayakan menjadi contoh yang baik bagi anggota yang begitu aktif untuk bertanya dan memberikan argument berikut solusi untuk saya yang mereka percayakan sebagai ketua kelompok. Ade, Sofya, Andro, Pandu, Putri, Saefudin, Randi, Tiqa dan Gori, mereka adalah sahabat terbaik saya yang berjuang bersama-sama melakukan yang terbaik sebelum memasuki masa karantina. Kami akhirnya berjalan melalui masa pra SOL secara mandiri tanpa didampingi fasilitator yang memberikan arahan, tak ayal berbagai kecaman dan juga rasa tidak percaya menghampiri perseta terhadap kinerja panitia, dan hal itu pun yang membuat saya curhat kepada salah seorang pengurus BPM yang mengawasi kinerja panitia SOL. Namun saya pun menyadari bahwa bukan saatnya untuk mencela atau mencerca, namun teruslah melakukan yang terbaik karena teman-teman sekelompok percaya akan kemampuan saya sebagai ketua sekaligus pengalaman sebagai panitia khususnya fasilitator yang terus saya kembangkan dan bagi bersama yang lainnya. Dimulai dengan tugas mewawancarai salah seorang calon rektor Unpad, saya pun mencoba untuk terus mendampingi dan memberikan arahan untuk yang lainnya. Dan pada akhirnya tugas untuk membuat sebuah film yang membuat saya kerja ekstra keras karena pada waktu yang sama, saya harus kuliah lapangan bersama mahasiswa geologi yang lainnya di daerah Karangsambung Jawa Tengah. Dan saat itu pula untuk kali pertama saya naik kereta dalam perjalanan menuju daerah kuliah lapangan, sebuah pengalaman yang cukup menggembirakan tentunya. Pada akhirnya saya memutuskan untuk membuatkan naskah untuk teman-teman yang memainkan film dari alur cerita yang saya buat, dengan bekal 4 buku yang saya baca sebelumnya serta berbagai buku mengenai kepemimpinan, komunikasi, dakwah dan lain sebagainya mengiringi perjalanan hidup saya yang harus berjalan sebagai mana mestinya. Hanya saja saya gagal meloloskan semua anggota dengan menyisakan Andro, sebuah kegagalan yang membuat saya semakin instrospeksi atas segala hal yang membuat saya tidak mampu menjaga seluruh anggota. Saya pun akhirnya melangkah bersama yang lainnya untuk terus berjuang di masa karantina yang akan hadir dua minggu kedepan.
Saya pun pada akhirnya kembali berkumpul dengan teman-teman yang lolos masa karantina, hanya saja kali ini diacak dengan hanya menyisakan Tiqa saja yang terus bersama di kelompok 3. Dan lagi-lagi saya harus memimpin kelompok dengan anggota baru yakni Prima, Eko, Indri, Sulis, Tiqa, Galih dan Suci. Kami pun memulai langkah untuk menjaga kesehatan, persiapan fisik serta beberapa tugas termasuk pemilihan ketua angkatan yang akhirnya berlangsung di akhir. Padahal ketika saya menjadi pantia tahun kemarin, ketua angkatan sudah terpilih sejak pertemuan kedua dengan tugas menjaga seluruh teman-teman untuk lolos ke masa karantina. Kali ini saya pun mencoba untuk mengumpulkan ketua dari masing-masing kelompok, yang terdiri dari 5 kelompok dengan total mahasiswa yang lolos masa karantina adalah 41 orang. Hal ini terkait dengan sistem pemilihan ketua angkatan, yang akhirnya tercetus dua hari sebelum pemilihan ketua angkatan, dan kembali menyusun strategi keesokan harinya bersama Solid, Eko, Tomi, Nia dan Dina. Enam orang yang saling berbagi peran, argument dan juga masukan demi berlangsungnya pemilihan ketua angkatan yang mampu menjaga keakraban, kesolidan dan saling menjaga semangat antara yang satu dengan yang lainnya. Kami pun pada akhirnya membuat sebuah grup di facebook sebagai media untuk saling berbagi yang diberi nama ‘Rangers School of Leader 3’, inisiasi dari Fardhani yang terus memberikan beberapa informasi dan canda tawa dari teman-teman yang lainnya. Sungguh hal yang luar biasa dipertemukan dengan orang-orang hebat calon pemimpin bagi masa depan.
Akhirnya tiba waktu dimana pemilihan ketua angkatan yang lagi-lagi menuntut saya untuk menyampaikan visi dan misi, dengan segenap kemampuan pada akhirnya saya mencoba untuk menyampaikan satu demi satu pernyataan dan beberapa pertanyaan yang dilontarkan Eko, Imam dan Nisa sebagai dewan juri serta beberapa teman yang lainnya. Solid, Indri, Prima dan juga Tomi turut andil dalam pemilihan ketua angkatan kali ini diiringi dengan pembuatan dua lagu yang menjadi yel-yel angkatan serta sebuah jargon… ‘Ranger SOL 3… Pembela Kebenaran, Pembawa Perubahan…!!!’ sebuah tagline yang setidaknya mampu membangkitkan semangat untuk saya dan juga teman-teman yang lainnya.
Yel-yel pertama, nada Pass band feat Bunga Citra Lestari
Kami Ranger SOL 3 pembela kebenaran pembawa perubahan
Kami kan terus berjuang, bulatkan satu tekad untuk membangun bangsa
Ranger SOL 3…!!! Padjadjaran…!!! (2X)
Yel-yel kedua, nada Edcoustic-Remaja Peduli
Halo kawan, pasukan Ranger tercinta
Kita bangun peradaban di dunia
Mari kawan, ikutlah rangers Sol 3
Satukan mimpi dan tekad perjuangan…
Reff :
Sahabat SOL 3, pintar dan mandiri giat berprestasi
Harumkan almamater tercinta
Bersatu, berjuang… janganlah kau ragu
Hadapi rintangan yang ada di depan kita
Mari kawan ikutlah bersama kami
Kita bangun peradaban di dunia…
Kita…
Dua buah lagu pengantar yang juga mengantarkan amanah kepada saya untuk menjadi ketua angkatan bagi 41 orang peserta yang lolos masa karantina, sebuah amanah yang cukup berat rasanya namun dipenuhi perasaan optimis untuk bisa melaluinya. Kembali mengingatkan saya setahun yang lalu ketika menjadi panitia, dengan dua buah lagu yang menjadi kenang-kenangan terhebat sepanjang sejarah kegiatan School of Leader. Sebuah tagline ‘Laskar Sol 2…!!! Demi Indonesia yang Lebih Baik…!!!’, masih terngiang pula nada-nada semangat peserta SOL 2 tahun kemarin dengan dua lagu kebanggaan yang saya ciptakan.
KAMILAH PEMIMPIN MASA DEPAN
Sudah terlalu lama kita duduk dan terdiam
Sudah terlalu lama kita hanya menyaksikan
Sekelumit kehidupan dalam cakrawala senja
Secercah harapan kosong yang seakan sirna
Masa yang t’lah terlewat adalah cambuk bagi kita
Untuk segera melakukan yang terbaik bagi semua
Bangkit dan semangat melangkah menuju masa depan
Indonesia tercinta menanti kami disana
#
Kamilah… pemimpin masa depan bagi bangsa ini
Yang membuat negeri ini pasti akan Berjaya…
Reff:
Bersatu padu bangkitkan semangatmu
Untuk masa depan terbaik bagi bangsa ini
Tegakkan kebenaran junjunglah keadilan
Semangat patriotisme/nasionalisme yang tak pernah pudar
HYMNE S.O.L.
Berderap bulatkanlah tekadmu
Menuju Indonesia baru
Harapan pasti ada, jangan pernah menyerah
Tunjukkan bahwa kita pasti bisa
Be a leader… be a leader
Think that the only you can do it
Our will and our dreams
Be a great leader of the future
Buktikanlah dengan semangatmu
Kitalah pemimpin masa depan
Bukan hanya bermimpi, meski harapan pasti
Kita kan tunjukkan pada semua
Dua buah lagu yang penuh kenangan serta perjuangan yang tak kenal lelah untuk terus berusaha melakukan yang terbaik, dan yang terpenting adalah untuk terus berkarya bagi almamater Universitas Padjadjaran. Akhirnya nama saya pun terukir dalam sejarah SOL sebagai pencipta lagu yang akan terus dinyanyikan di setiap penyelenggaraan kegiatan School of Leader.
Saya pun kembali memulai langkah demi langkah yang terbaik untuk membangun kepingan puzzle perjuangan di tahun 2010, berbekal semangat serta kemampuan untuk terus menjaga ritme perjuangan setelah kegagalan dan juga keberhasilan menerpa setiap kehidupan yang saya jalani. Akhirnya tiba masa karantina yang cukup memberikan cerita indah selama empat hari, ditemani rasa sakit yang harus melanda ketika satu hari menjelang pelaksanaan dan harus memberikan arahan kepada teman-teman sekelompok yang lainnya saya terus berusaha untuk merasa lebih baik kendati Allah menguji saya dengan tubuh yang sangat tidak begitu vit untuk melakukan aktivitas. Dan pagi hari pertama pun saya masih merasakan lemas, tak mampu berbuat banyak dan berusaha untuk tampil layaknya orang yang sehat di depan teman-teman seangkatan dan juga panitia. Dengan 11 orang yang lainnya, akhirnya kami pun segera berangkat untuk menuju tempat karantina. Seperti biasa petikan gitar mengiringi perjalanan saya sambil sesekali mencoba untuk mengatur nada dan juga sedikit membuat suasana hati menjadi bahagia. Kali ini pun saya mengusung tekad untuk terus berjuang dengan segenap kekuatan ditengah kelemahan yang dialami, dan sungguh menjadi hari pertama yang penuh dengan tantangan.
Abah Iwan Abdurrachman pun memulai hari pertama dengan materinya yang khas dan menggugah semangat, pengalaman beliau semasa muda untuk menyatukan elemen mahasiswa Unpad yang dikuasai oleh Tirani menggugah 11 orang yang pertama kali hadir untuk terus mengabdi dan berbakti bagi almamater tercinta. Seperti biasa beliau menyanyikan lagu yang penuh kenangan untuk dinikmati bersama dengan peserta dan juga panitia, beliau merupakan figur yang menjadi teladan di masanya.
Beliau seringkali menjelaskan keseimbangan alam dan juga wujud syukur atas segala nikmat yang Allah berikan untuk kita semua, beliau pun mengajak kami untuk senantiasa mengukirkan prestasi dimanapun berada, beliau mengajak kami untuk menyatukan tekad membangun karakter yang lebih baik. Tidak banyak materi kepemimpinan yang beliau sampaikan, karena menurut beliau setiap orang akan menentukan seperti apa jiwa pemimpin yang akan dibangun. Setiap orang memiliki ciri khas yang unik serta tidak perlu kita sudah payah untuk menirunya, kecual Rasulullah sang teladan yang tiada duanya. Bagi beliau Unpadisasi merupakan perasatuan institusi mahasiswa yang memiliki satu visi, misi serta tekad untuk memajukan almamater Unpad yang tercinta. Perubahan bangsa dan dunia diawali oleh segelintir atau sekelompok individu khususnya mahasiswa yang memiliki gambaran masa depan yang jelas, dimulai dari langkah pertama untuk memastikan strategi pada langkah berikutnya. Keberadaan mahasiswa sebagai Agent of Change patut menjadi sorotan teladan yang luar biasa, dinamika kehidupan kampus yang berbeda dari waktu ke waktu membutuhkan sosok karismatik yang mampu merubah peradaban kampus Unpad ke arah yang lebih baik.
Setidaknya ada empat hal yang beliau tekankan dalam proses transformasi yang dialami oleh mahasiswa, yang pertama adalah knowledge and technical skill yang diperoleh di kampus dan juga unit-unit kegiatan kemahasiswaan. Kedua adalah physical fitness skill, yakni olahraga untuk membangun jiwa pemuda yang sehat, tidak loyo dan siap sedia untuk membangun peradaban. Ketiga human skill, yakni kemampuan untuk berbagi dengan orang-orang sekitar, kemampuan untuk menjadi teladan bagi orang lain, kemampuan dalam hal kemanusiaan ini menuntut kita untuk membangun sikap sabar, jujur, semangat, empati dan lain sebagainya. Dan yang keempat adalah environtmental skill, yakni kemampuan untuk menyatu dengan alam, menjaga keseimbangan hayati serta bersahabat dengan alam. Keempat elemen inilah yang menurut abah Iwan diperlukan oleh setiap pemuda dan diharapkan terbentuk dalam diri mahasiswa. Tak ayal usia yang kini menginjak 63 tahun masih membuat sosok beliau terlihat muda dan penuh semangat, dan patut kiranya jiwa-jiwa muda mencontoh semangat beliau untuk terus menjaga kebugaran tubuh dikala muda sehingga ketika tua semangat juang muda itu terus ada.
Memasuki waktu sore, akhirnya beberapa peserta yang lain pun hadir, jumlah pun bertambah menjadi 19 orang. Kali ini pun kembali kami disuguhkan dengan materi pergerakan mahasiswa oleh dua orang penggerak BEM KEMA Unpad generasi pertama dan ketujuh, sang pemimpin pertama kang Indra Maulana dan wakil presiden ketujuh Unpad kang Mei Susanto, dua orang dengan tipe dan karakter berbeda namun memiliki sebuah pandangan yang sama yakni BEM adalah wadah untuk memperjuangkan hak-hak yang diterima oleh mahasiswa, hak-hak untuk memperkaya khasanah kemahasiswaan, mengartikulasikan gagasan. Serta kampus yang merupakan laboratorium sosial mahasiswa, sebuah tempat dimana kita mampu memposisikan diri sebagai bagian dalam masyarakat kampus yang memiliki karakter serta pola pikir yang berbeda.
Kang Indra pun mulai menceritakan berbagai macam pengalaman ketika pertama kali mengusung nama KEMA Unpad, dan menjadi orang nomor satu di kalangan mahasiswa dengan ‘nol’ dana kemahasiswaan dari pihak rektorat. Namun ternyata kelihaian beliau bersama jajaran staf membuat berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh BEM tidak pernah mengalami kekurangan, bahkan selalu mengalami surplus dengan sistem danus, kerjasama sponsorship. Beliau pun menceritakan beberapa aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, sambil sesekali membumbuinya dengan cerita lucu namun menggugah semangat untuk terus menyuarakan amanat rakyat. Kang Mei yang ada di generasi ketujuh pun agaknya memiliki sedikit kesamaan dengan kang Indra yang cukup doyan dengan aksi dan kajian seputar pemerintahan Indonesia, namun dengan kondisi yang berbeda tentunya karena kebijakan yang diambil pun oleh orang yang berbeda. Kang Indra bergerak dimasa Megawati, sementara kang Mei dimasa pemerintahan SBY. Keduanya saling berkolaborasi untuk membangun citra yang coba kami sebagai peserta bangun, dan yang terpenting adalah Unpad membutuhkan para pemikir mahasiswa yang kritis namun santun dalam hal bersikap. Tak ayal pergerakan mahasiswa memiliki empat ciri khas yang diantaranya adalah spontanitas, non struktural, tidak dibawah naungan partai politik dan semi ilmiah. Empat karakter dari pergerakan mahasiswa Indonesia yang terus diusung dari waktu ke waktu dan terus terpatri dalam diri mahasiswa yang dinamis.
Malam hari pun kami melakukan kegiatan diskusi yang dipandu Departemen Dalam Negeri BEM KEMA Unpad, bersama rekan-rekan satu departemen, dan kali ini mengenai problematika yang terjadi di kelembagaan mahasiswa yang ada di Unpad. Dani sebagai menteri dalam negeri mulai memberikan arahan demi arahan bagi para peserta, termasuk saya untuk menyusun berbagai macam permasalahan dan juga solusi yang kemudian ditawarkan untuk mengentaskan segala persoalan satu demi satu yang saling berkaitan. Kaderisasi, hubungan antar lembaga, sinergisasi proker serta faktor kepentingan golongan menjadi isu utama dalam diskusi kali ini. Saya pun memperoleh wawasan dengan kemampuan teman-teman yang lainnya dalam merunut berbagai macam persoalan yang ada di kampus Unpad hingga menawarkan beberapa solusi yang kiranya mampu menjadikan arah gerak perjuangan bagi mahasiswa, serta perpolitikan kampus menjadi jauh lebih baik dengan kedinamisan yang terus terjaga. Tak ayal dalam melakukan lobi dan juga negosiasi menjadi faktor utama dalam penunjang keberhasilan hingga kegagalan melakukan perbaikan dalam hubungan antar lembag di lingkungan kampus. Diperlukan pula kesamaan persepsi dengan menghilangkan berbagai macam sikap egoisitas dan sentralitas yang kini menjadi faktor penghambat utama dalam persatuan mahasiswa.
Malam pun semakin larut, sehingga kami memutuskan untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tim asesor sambil sedikit berbincang-bincang dengan teman sekamar dan juga beberapa orang yang mengajak bercanda ria. Saya pun mencoba menyempatkan waktu untuk membaca buku, hanya saja buku yang seharusnya saya bawa tertukar dengan buku yang lain sehingga ada sedikit perasaan yang berbeda ketika harus membaca buku yang bukan waktunya untuk dibaca ketika kegiatan masa karantina SOL berlangsung.
Suara ketukan pintu kembali membuat saya terbangun dan segera membangunkan teman sekamar yang lainnya. Kami pun segera bermunajat pada-Nya, dengan segenap kemampuan saya pun berusaha untuk terus menahan rasa sakit di kepala dan juga tubuh yang cukup hangat untuk tetap tegar berdiri. Sejuknya balutan air wudlu pun membuat saya semakin kuat untuk menapaki sajadah yang terhampar di dalam masjid, lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh imam pun semakin membuat kaki ini kokoh untuk terus beribadah kepada-Nya. Satu per satu teman-teman yang lain mulai menjaga rasa kantuk hingga waktu subuh tiba, kami pun mencoba untuk mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an di waktu 15 menit menuju kumandang adzan subuh.
Hari kedua yang mungkin akan semakin menginspirasi, diawali dengan olahraga di pagi hari membuat saya dan yang lainnya semakin bersemangat untuk terus menyelesaikan masa karantina. Suasana canda tawa mengiringi waktu kami untuk menyegarkan tubuh dan juga mengingat semua teman terutama namanya yang mengikuti rangkaian kegiatan SOL hingga hari minggu nanti.
Public Speaking, dan itulah kiranya materi pertama yang kami terima dari kang Arif Dahsyat dengan materi pembuka yang cukup dahsyat tentunya. Kami diajak untuk memahami potensi yang ada dalam diri sebagai modal awal dalam menumbuhkan keberanian menyampaikan sesuatu di depan banyak orang. Dan itulah yang membuat kami semakin merasakan ketenangan dan juga keyakinan untuk terus menghadapi setiap kegagalan yang akan terus menghampiri di depan kita, menyertai setiap langkah dan perjuangan kita untuk terus menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Terus melakukan yang terbaik sesuai dengan bidang kita minati, kuasai dan pelajari meskipun kita tidak memiliki jabatan yang tinggi adalah kunci untuk menggapai kesuksesan, karena pada dasarnya diperlukan ilmu untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik, diperlukan berbagai kegagalan untuk mencapai keberhasilan tertentu, diperlukan keberanian untuk menghadapi berbagai rintangan yang ada di depan kita. Karena yang paling memberikan pengaruh dalam hidup kita adalah diri kita sendiri, sehingga mau tidak mau keyakinan dan sikap optimis patut untuk menjadi bagian dalam hidup. Karena tidak ada yang bisa menghambat diri kita melainkan paradigma yang kita buat, oleh karena itu saya mencoba untuk menepis segala kemungkinan yang membuat segala kelemahan pada diri saya muncul untuk menghambat segala kemajuan yang coba saya bangun secara perlahan.
Memahamai makna kehidupan akhirnya membuat saya terbawa dalam setiap perjalanan materi yang kang Arif sampaikan, itulah kiranya yang membuat saya mencoba berkaca apakan hidup saya selama ini sudah bermakna atau membuat orang lain mengakui keberadaan dari saya. Karena hal bijak ketika kita tidak mampu memberikan manfaat bagi orang lain, maka janganlah menjadi beban. Itulah kiranya yang kang Arif coba sampaikan kepada kami yang berusaha untuk memaknai perjalanan hidup, dan setiap pilihan yang kita ambil akan mengandung resiko berikut manfaat, dan termasuk ketika kita memutuskan untuk berbicara di depan orang lain. Hal yang patut disadari adalah bahwasanya keberhasilan seseorang dalam berbicara sebanding dengan kegagalan dan usahanya untuk mampu menyampaikan gagasan, argument, pandangan dan lain sebagainya dihadapan orang banyak. Semakin sering kta berlatih, maka akan semakin banyak ilmu yang kita peroleh, nasihat yang kita terima, masukan yang membantu kita serta kritik yang memajukan pola berpikir kita.
Semuanya berawal dari proses untuk menjadi orang hebat, orang-orang besar dulunya hidup dari berbagai cacian ketika ia memutuskan untuk menyampaikan gagasan atau idenya. Namun sejatinya ia adalah orang yang pada akhirnya mampu mengubah dunia lewat kata-kata. Sesulit apapun masalahnya, hadapi dengan kepala tegak dan senyum optimis. Karena tidak ada pembicara hebat, yang ada hanyalah seorang pembicara yang terus berlatih.
Dan kali inipun bapak Kapolres Sumedang, Nurullah, berkenan hadir untuk sekedar bertatap muka sambil menyampaikan pengalaman beliau ketika menjadi pemimpin bagi pasukan pembela kebenaran dan penjaga ketertiban masyarakat. Dan beliau cukup menekankan aspek keimanan untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, karena ia yang akan membedakan antara pemimpin yang bijak dengan yang tidak. Berbicara sesuai dengan kaidah, kenyataan yang pernah dilakukan, membuat kita jauh lebih dihargai meskipun pangkat atau jabatan di masayarakat tidaklah begitu tinggi. Kemampuan menyatu dengan lingkungan serta masyarakat sekitar akan membantu seorang pemimpin untuk lebih dicintai, sebagai sosok teladan yang begitu dinantikan keberadaanya. Seperti sosok Rasulullah SAW yang begitu berharga, dicintai, dirindukan oleh para sahabat yang begitu patuh akan setiap ucapan yang keluar dari mulut beliau.
Ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan memang diperlukan, meskipun dengan kadar yang tidak begitu banyak karena sekali lagi beliau sangat menekankan aspek kedekatan seseorang terhadap Rabb Sang Pencipta akan membantu untuk lebih bijak dalam memutuskan sesuatu. Setidaknya ada lima aspek utama menurut beliau yang perlu ada pada diri seorang pemimpin, pertama adalah keimanan, kedua tanggung jawab, ketiga kemampuan mendengarkan nasihat, keempat kepedulian terhadap orang lain termasuk anggotanya dan yang kelima adalah ma uterus belajar untuk mengasah kemampuan dan menambah pengalaman.
Hari kedua kali ini bertepatan dengan hari Jum’at, dan berkah pula terjadi dengan pemberian buah-buahan kepada peserta SOL oleh bapak Kapolres dan ini membuat saya dan yang lainnya cukup gembira sambil melepas lelah dan penat dengan agenda kegiatan yang sudah menunggu setelah waktu shalat Jum’at. Beberapa kali saya mencoba untuk mengingat buku saya yang tertinggal, ‘The Winning Generation’ karya Dr. Sayyid Muhammad Nuh edisi terjemahan dalam bahasa Indonesia. Buku yang berisi karakter para juara yang coba saya bangun di tengah berbagai kegagalan dalam lomba menulis yang saya ikuti, dengan harapan agar semangat untuk terus menulis tetap ada dan berkembang kearah yang lebih baik lagi. Bagi saya pribadi, dengan membaca cerita para juara semakin meningkatkan adrenalin untuk terus menggapai prestasi dari waktu ke waktu.
Akhirnya materi manajemen isu yang disampaikan oleh kang Lutfan, menteri Luar Negeri BEM KEMA Unpad. Orang yang sudah banyak berkecimpung dalam dunia isu berskala kampus hingga nasional, beliau pun selalu menjadi orang yang selalu menjadi contact person bagi setiap aksi yang dilakukan oleh mahasiswa Unpad. Kemampuan mengidentifikasi masalah akan membantu kita untuk mengetahui akar masalah, pihak yang bertanggung jawab, adanya manipulasi, kejanggalan, pihak yang mengatur jalannya masalah hingga hubungannya dengan masyarakat sekitar. Tak lupa dengan fokus utama yang dibangun, agar setiap analisa masalah yang kita susun tidak menyebar kemana-mana karena akan mengganggu serta menjauhkan kita untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Karena pada dasarnya, setiap masalah memerlukan sikap, diantaranya sikap yang ditunjukkan dalam mode reaktif yang biasa dianalogikan seperti ketika mahasiswa turun aksi ke jalan sebagai protes terhadap berbagai kebijakan yang dinilai merugikan pihak lain, sikap mengambil zona aman dengan mempelajari berbagai kemungkinan yang terjadi atau mengikuti tren terhadap berbagai isu yang muncul, dan yang ketiga adalah dinamis, dengan kata lain menggabungkan keduanya dalam satu kesatuan. Hal inilah yang pada akhirnya membantu saya untuk sedikit membuat kesimpulan dan juga pandangan terhadap berbagai permasalahan yang muncul untuk dicarikan solusinya.
Setiap kajian yang dilakukan pun diperlukan suatu pencatatan yang bertujuan agar setiap hasil pertemuan menghasilkan sesuatu yang membuat kita ingat ketika harus melakukan apa nantinya, itulah yang membuat saya terus mencatat berbagai argument, ide serta gagasan penting di setiap pertemuan yang diikuti. Karena hal tersebut akan membantu saya dalam menentukan sikap selanjutnya, terlebih dengan keberadaan dunia kampus yang perlu suatu pembahasan hingga kajian dalam menentukan sikap positif yang harus diambil. Dengan dinamika pandangan pihak yang berbeda mazhab hingga harakah pun mau tidak mau harus saya pahami dengan seksama, dan inilah kiranya yang menjadikan tahun 2010 sebagai tahun tantangan untuk mengenal lebih jauh perbedaan paham yang dianut oleh masyarakat. Meskpin tidak terlalu mempelajari berbagai paham hingga aliran, namun bagi saya cukup untuk berada bersama-sama, berdampingan, saling mendukung bukan memecah-belah, saling berinstrospeksi bukan menghujat, saling memahami bukan memusuhi, dan saling menjaga bukan merusak. Karena isu yang berkembang dalam tubuh umat Islam begitu cepat untuk menimbulkan perpecahan atas persatuan yang telah dibangun atas dasar iman, dan akhirnya membuat saya lebih ekstra dalam memahami berbagai pemahaman yang dianut oleh orang-orang di sekitar saya.
Suatu kegiatan atau seminar tidak ada kenyamanan apabila tidak ada games atau permainan yang sedikit menghibur, terlebih para calon pemimpin masa depan pun memerlukan waktu yang cukup untuk sekedar membuat pikiran tenang dengan berbagai kegiatan yang membuat hati menjadi nyaman. Are yang merupakan peserta SOL tahun kemarin pun mulai memberikan sebuah permainan yang sebenarnya mengasah kemampuan kami untuk lebih bijak dalam hal mengklaim bahwa sesuatu itu adalah benar milik kita, dengan segala macam argumen yang sebenarnya mengarah pada satu pihak yang sebenarnya memiliki hak penuh. Dengan isu kepemilikan sebuah patung seorang wanita cantik yang terbuat dari kayu yang diubah menjadi wujud asli manusia, tokoh klaim terdiri dari sang pembuat patung kayu, kemudian perias yang membuat si patung tampak lebih cantik, pembuat baju atau penjahit yang mengenakan gaun cantik kepada patung, pembuat perhiasan yang menyempurnakan patung wanita cantik menjadi jauh lebih sempurna, dan yang terakhir adalah seorang penyihir yang membuat patung menjadi sosok wanita cantik yang sebenarnya. Empat orang sebelumnya adalah orang yang mencintai patung dengan gaya seni hingga hiasan dari keahlian masing-masing, namun masih membiarkan patung tersebut tetap berada di dalam hutan sebagai hiasan untuk memperindah lingkungan sekitar hutan tersebut. Hanya saja orang terakhir, yakni penyihir membawa hasil karya empat orang sebelumnya ke kota sehingga terjadi perdebatan serta klaim dari masing-masing pihak yang akhirnya membuat Raja yang berkuasa di wilayah tersebut memutuskan siapa yang berhak sebagai pemilik patung yang kini menjadi seorang wanita cantik tersebut. Kami sebagai peserta pun mulai saling berargumen dengan berbagai kalimat dengan nada sedikit menjatuhkan untuk menambah meriah suasana simulasi games, dan yang terpenting adalah membuat pihak yang menjadi salah satu dari kelima tokoh tersebut jauh lebih unggul dan benar dalam hal memberikan alasan. Meskipun pada dasarnya sudah ada pemenangnya, namun yang diharapkan dari peserta adalah mampu memainkan peran dengan berbagai alasan tepat yang dibangun mengingat semua pihak yang memainkan peran pun agak sedikit kebingungan karena meskipun alasan yang dikemukakan tepat, namun sudah dipastikan nilainya berupa tebakan. Saya pun mulai berargumen bahwa sang pemilik yang tepat adalah antara si tukang kayu atau pembuat patung dengan penyihir, namun ternyata pandangan cepat yang coba saya simpulkan tidak tepat. Sang Raja memilih si pembuat perhiasan sebagai orang yang tepat memiliki wanita tersebut, dengan argumen yang mungkin sampai sekarang pun menjadi misteri bagi saya karena entah mengapa ceritanya akan menjadi seperti itu. Singkatnya si pembuat perhiasan mengenakan beberapa perhiasan hasil buatannya seperti kalung, gelang, anting hingga cincin yang dipasang sama di jari manis kiri seperti yang dikenakan oleh pembuat perhiasan. Cincin yang mengindikasikan bahwa telah terjadi ikatan atau tunangan itulah yang mungkin membuat sang Raja memberikan kemenangan kepada pembuat perhiasan untuk memiliki wanita cantik yang dulunya hanya seonggok kayu di hutan, kemudian dipahat sedemikian rupa oleh tukang kayu, dirias menyerupai wanita asli oleh perias yang kebetulan lewat hutan, dipakaikan gaun oleh penjahit dengan gaun yang sangat indah, disempurnakan kecantikannya oleh sang pemilik yakni pembuat perhiasan, hingga disempurnakan oleh penyihir menjadi sosok wanita cantik yang membuat orang yang melihatnya begitu tertarik untuk menjadikannya seorang istri yang menemani hari demi hari dengan cinta dan kasih sayang.
Malam hari, tepatnya menjelang shalat Isya’, panitia meminta kami sebagai peserta untuk kembali mengikuti materi. Dan agak sedikit aneh karena waktu menjelang Isya’ tidak seharusnya diisi oleh materi, karena jaraknya yang terlalu dekat dengan shalat Isya’. Dengan argumen yang berisi penundaan waktu shalat akhirnya kami pun bersiap, sambil sedikit mengutarakan keluhan kepada pihak panitia. Kali ini kang Ucup (Ridwansyah Yusuf Achmad), presiden BEM ITB 2009-2010 mencoba memberikan materi ‘Komunikasi Kepemimpinan’. Kumandang adzan mengiringi materi kali ini, dan sosok beliau mungkin agak sedikit mirip dengan sejarah organisasi yang saya ikuti. Setahun sebelum menjadi presiden BEM ITB, beliau adalah ketua LDK Gamais ITB. Sementara saya sendiri adalah Wakil Ketua 1 FKDF Unpad yang mengundurkan diri dengan berbagai pertimbangan di tahun sekarang, dan akhirnya menjadi staf Departemen Dalam Negeri BEM KEMA Unpad. Tapi tetap saja kemampuan komunikasi seorang pemimpin saya masih jauh dibandingkan sosok pemateri, mengingat ketertarikan untuk terjun dalam dunia aktivis kampus dari diri saya sendiri baru pada akhir tahun 2009. Artinya satu tahun saya mulai meniti perjuangan sebagai aktivis pergerakan mahasiswa, berjuang sedemikian rupa dalam menghadapi dinamika sosial kampus yang penuh dengan ketegangan dan faktor kepentingan.
Perlahan tapi pasti, saya mulai berusaha untuk memahami kata demi kata yang kang Ucup sampaikan. Hingga akhirnya membantu saya untuk lebih bijak dalam menyampaikan setiap kata untuk orang-orang yang mempercayakan saya sebagai pemimpin mereka. Namun tetap saja, trauma persepsi yang muncul akibat perbedaan visi membuat saya lebih memilih untuk tidak terlalu aktif dalam menyikapi segala permasalahan yang timbul. Keinginan untuk merubah paradigma seorang aktivis sebenarnya terus muncul, namun tetap saja pengalaman dalam menggunakan lisan terasa kurang bagi saya pribadi. Semoga Allah memberikan segala ampunan dan juga kekuatan bagi saya untuk memperbaiki keadaan yang seharusnya menjadi lebih baik, dan yang terpenting adalah memunculkan orang-orang jenius yang dengan lisannya membuat orang lain tersentuh meskipun berupa teguran keras sekalipun.
Dan kehadiran seorang pemimpin yang mampu meyakinkan orang lain, akan membuat tim tersebut menemukan arah tujuan yang pasti dan yang terpenting adalah antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan visi dan misi yang sebenarnya merupakan visi dan misi dari pemimpin yang mereka percayakan. Itulah kiranya yang coba saya telaah dari setiap ucapan yang kan Ucup lontarkan, bagaimana beliau mencoba meyakinkan kami yang notabene adalah peserta sekaligus pemimpin bagi masa depan mampu bersama-sama dalam timnya untuk mencapai sebuah keajaiban yang dalam hal ini adalah tujuan yang mulia. Setidaknya seorang pemimpin diupayakan dengan setiap kata-kata yang dilontarkan mampu menghipnotis orang-orang yang ada di sekitarnya. Begitulah kiranya Barrack Obama, Adolf Hitler, Karl Max, serta pemimpin berpengaruh dalam sejarah dunia. Termasuk sosok Rasulullah SAW yang begitu hebat dalam menggunakan setiap kata demi kata, sehingga setiap ucapan yang beliau lontarkan adalah teladan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Beliau begitu menginspirasi para sahabat dengan keteladanan, dan Insya Allah umat muslim hingga akhir zaman nanti. Karena ketika kita ingin dipercaya oleh lingkungan yang dalam hal ini adalah orang-orang di sekitar kita, maka bangunlah keteladanan, karena dengan itulah kita menjadi semakin dipercaya oleh orang lain terutama setiap perkataan yang kita lontarkan. Penguasaan materi pun menjadi harga mutlak bagi seorang pemimpin, karena dengan ilmu dan wawasan akan membuatnya semakin percaya diri dalam menyampaikan setiap visi maupun tujuan yang hendak dicapai bersama-sama dengan anggotanya. Dan satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwasanya kita diupayakan untuk mengerahkan segenap potensi yang ada pada diri kita, karena seorang pemimpin yang pandai beretorika pun memerlukan banyak jam terbang dalam hal penyampaian gagasan agar ia termasuk dalam orang yang memberikan pengaruh atau menginspirasi bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.
Malam pun semakin larut, saya dan juga yang lainnya masih belum melaksanakan shalat Isya’. Tekanan begitu berat ketika kepala saya pun kembali mengalami kepenatan, namun apa mau dikata, dan inilah konsekuensi yang harus saya terima sebagai peserta. Kali ini Pak Achmad Setiadji dari redaksi Pikiran Rakyat mencoba memberikan materi mengenai pers dan juga berbagai macamm argument yang dilontarkan dalam setiap surat kabar. Tentunya dari materi kali ini diharapkan peserta mampu lebih memahami berbagai artikel surat kabar, pun juga kasus yang berkembang di negeri ini yang lambat laun mulai dipermainkan. Mulai dari perkataan pak Susno Duadji mengenai Cicak vs Buaya, kasus yang menjerat Antasari Azhar yang merupakan ketua KPK atas tuduhan perencanaan pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen hingga Bibit Samad Riyanto dan Hamzah yang kembali sarat dengan manipulasi. Perang peran antara KPK dan Polisi yang belum terselesaikan pun kembali dihebohkan dengan kasus aliran dana Bank Century, tokoh-tokoh seperti Sri Mulyani hingga Boediono pun akhirnya terseret untuk dijadikan saksi. Kembali pula publik digegerkan dengan kasus Sisminbakum yang menyeret Yusril Ihza Mahendra hingga yang hot saat ini adalah kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Dan entah apa maksud yang terkandung, serta campur tangan politik yang begitu kuat. Surat kabar pun tak ubahnya seperti boneka yang dimainkan oleh para pemilik modal yang dengan begitu mudahnya menyebarkan berita yang mungkin hampir 100 persen benar, namun data-data yang keluar pun seperti dikebiri. Agaknya penyampaian oleh pak Achmad Setiadji memberikan penjelasan tersendiri mengenai konspirasi atau permainan politik lewat surat kabar, dan setidaknya membuat rasa kantuk yang saya alami menjadi sebuah kekuatan untuk terus menyimak setiap penyampaian yang dikatakan oleh beliau.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki akhirnya saya dan juga yang lainnya segera menuju kamar untuk melaksanakan shalat Isya berjamaah, dan inilah yang mungkin membuat saya agak sedikit mampu menangkap setiap perkataan dari pak Achmad Setiadji. Dan semakin terus waktu berjalan, semakin deras pula ujian kantuk yang saya rasakan. Akhirnya malam ini pun saya lalui dengan tenang, mencoba untuk lebih rileks lagi dengan kondisi tubuh yang sangat tidak memungkinkan untuk kembali melanjutkan aktivitas.
Sejuknya udara pagi semakin membuat pikiran dan semangat saya kembali, dan kekuatan setelah shalat malam pun kembali dengan berbagai kekuatan yang coba saya munculkan pagi ini. Hujan pun mengiringi kegiatan olahraga kami yang akhirnya menggunakan areal kosong di lantai dua gedung Islamic Center Sumedang untuk sekedar meregangkan otot-otot yang kaku karena tidur. Pagi ini pun saya mencoba menyelesaikan tugas membuat pandangan atas materi yang disampaikan kemarin, dengan segenap kemampuan saya pun mencoba untuk terus menuliskan kata demi kata. Pagi ini apel pun kembali dilakukan seperti biasa, dengan Samsul yang juga kepala sekolah menjadi Pembina apel. Ia pun mencoba memberikan masukan kepada kami semua mengenai 3 hal yang diupayakan ada pada diri pemimpin, yakni kedisiplinan, etika dan komitmen. Tiga yang merupakan satu kesatuan yang kedepannya dapat menjadi pembeda antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya.
Hari ketiga yang merupakan outbond pun diawali dengan materi terakhir dari pak Elmir Amin, yang merupakan direktur dari FIM (Forum Indonesia Muda). Bersamaan dengan itu, akhirnya dua orang peserta terakhir datang, yakni Furkon dan Dina dan juga kepergian Nia yang harus menjalani operasi hari Sabtu ini, semoga Allah memberikan keselamatan dan perlindungan baginya. Pak Elmir pun mulai menyampaikan materi mengenai negosiasi dan lobbying, sesuatu yang tentunya biasa dilakukan oleh mahasiswa yang aktif dalam ranah BEM, BPM, UKM hingga DKM tingkat Fakultas hingga Universitas. Dan setidaknya ada empat komponen utama yang diperlukan bagi seorang negosiator, yakni kemampuan berbicara, menulis, menyimak dan bertanya. Keempat elemen inilah yang akan membantu seorang negosiator dalam menyelesaikan setiap tujuan demi tujuan, yang dapat bersifat perdamaian, tercetusnya sebuah gagasan untuk disikapi, win-win solution dan harapan yang lainnya dalam setiap melakukan negosiasi. Dan yang patut diperhatikan adalah agar kita jangan sampai bersikap menyalahkan orang lain, karena memiliki maksud tidak menghargai orang lain. Seorang negosiator ulung adalah mereka yang mampu memberikan solusi dalam setiap permasalahan yang muncul, dan itulah kiranya yang coba saya kembangkan agar kedepannya mampu lebih bijak dan solutif lagi dalam melakukan negosiasi.
Dan untuk melakukan pembicaraan pun melihat kondisi maupun usia dari lawan bicara kita, karena hal tersebut nantinya menentukan dalam hal bicara apa saja atau bahasa yang seperti apakah yang sebaiknya kita ucapkan. Kemampuan memposisikan diri ini akan membantu kita dalam melakukan negosiasi, baik dengan orang seusia dengan kita, dengan orang tua hingga dengan anak kecil sekalipun. Karena pada dasarnya orang akan tertarik atau menerima setiap putusan atau pilihan yang kita sampaikan manakala kita mampu mencuri hati, yang dalam hal ini adalah menarik perhatian orang lain lewat kata-kata yang keluar dari mulut kita. Itulah kiranya yang coba saya simpulkan untuk sementara lewat materi pagi hari ini, dan mungkin beberapa waktu yang akan datang mampu mewujudkan suatu realisasi untuk menjadi seorang negosiator dalam setiap kesempatan dan dengan kemampuan yang lebih baik lagi tentunya.
Suasana cerah menyelimuti outbond peserta School of Leader pagi ini, dan kami pun sudah bersiap untuk sekedar bermain sambil mengasah otak dan keterampilan. Kembali dengan kelompok 3, saya dan seluruh anggota tim mulai menyusun kalimat yang sudah tercerai-berai. Dan memang agak kesulitan untuk menyusun puzzle dari kertas, serta diperlukan pengarah yang dalam hal ini agak sulit karena kondisi saya sendiri masih kurang baik dan lebih banyak memikirkan bagaimana untuk tetap bisa bertahan dalm kondisi ceria kali ini. Satu per satu pos pun mulai terlewati, dan memang saya dan anggota tim melakukan sedikit kesalahan dengan tidak mengerti bahasa petunjuk yang diberikan. Sehingga ketika di pos pertama yang seharusnya menunjukkan yel-yel dan jargon kelompok, malah akhirnya sibuk untuk mencari pos selanjutnya yang sudah ditempati oleh kelompok lain sesuai dengan petunjuk masing-masing.
Mulai dari pos solusi dengan kasus bagaimana menjual es kepada orang eskimonya, pos terserah namanya apa dengan permainan klasik tutup mata kemudian melewati rintangan dari tali rafia dengan satu orang sebagai pengarah, pos memasukkan air ke dalam botol sebanyak-banyaknya dengan sistem kerjasama menggunakan talinya, hingga pos terakhir kolom air yang mengharuskan peserta mengeluarkan bola pingpong dari pipa yang sudah dilubangi dengan cara memasukkan air kedalam pipa tersebut.
‘Kelompok tiga… terdepan… kelompok tiga… juara… (kelompok tiga) yes we can, we can do it…! Tiga, tiga,tiga… aye!!!’ itulah sedikit celotehan yang disebut yel-yel setiap kami memasuki pos untuk beroutbond ria, yang membuat saya bertahan dengan segala kondisi tubuh yang dialami. Meskipun pada akhirnya saya harus mengalami hal yang cukup membuat saya sensitif, dan sangat membuat saya sedemikian rupa mengatur berbagai rasa yang tidak tenang untuk terus melakukan outbond bersama seluruh anggota tim. Tangan saya mudah gemetar apabila seorang perempuan baik sengaja maupun tidak menyentuhnya, sehingga membuat saya harus ekstra keras untuk memohon ampun kepada Allah atas segala kekhilafan yang membuat saya terdiam cukup lama ketika outbond masih berlangsung. Dan betullah kiranya ajaran Islam memberikan keterangan bahwa seorang muslim dilarang untuk menyentuh muslimah yang bukan mahramnya, dan hal itulah yang membuat saya segera berdo’a agar Allah melindungi saya dari segala hal yang berhubungan dengan sentuhan antara muslim dan muslimah karena efeknya cukup membuat saya kaku dan kebingungan. Dan kiranya pengalaman bersentuhan dengan orang yang sama sebanyak dua kali atau mungkin lebih pada saat mata saya terpejam untuk melindungi air agar tidak masuk cukup kali ini saja dan tidak akan pernah terulang lagi.
Agenda kegiatan saya pun dilanjutkan dengan kemampuan mencari tambahan dana, dengan modal dua puluh ribu rupiah saya dan anggota tim kelompok 3 mulai berbagi tugas. Ada yang mencari bapak polisi dengan kriteria yang disebutkan kertas petunjuk, dan ada yang mencari dana tambahan dengan mengamen dan lain sebagainya. Begitulah saya, Prima dan Indri mulai mencari dana segar dengan mengamen dari satu toko ke toko yang yang lain, kendaraan umum, rumah ke rumah hingga terkumpul empat puluh ribu rupiah. Lagu kemesraan menjadi top hits yang kami dendangkan, terlebih dengan menyanyikan lagi tersebut yang membantu untuk memperoleh dana tambahan yang lainnya dari seorang bapak-bapak beserta keluarga yang hendak pergi dari Islamic Center. Agaknya beliau menyambut persembahan kecil yang coba kami bertiga tampilkan, suara yang mulai menghilang membuat saya lebih fokus untuk memainkan gitar dengan sebaik-baiknya.
Sore hari kembali saya dan teman angkatan SOL 3 mulai di tes dari tugas sebelum masuk masa karantina, sebuah rencana kegiatan atau usulan demi terwujudnya sinergisitas antar lembaga kemahasiswaan. Saya pun mencoba menyampaikan judul ‘Mahasiswa Unpad dalam Aspek Kreativitasnya’, sebuah usulan kegiatan yang melibatkan segenap potensi mahasiswa baik individu, kelompok hingga kelembagaan untuk berbagi dan menunjukkan bakat serta kreativitasnya di depan mahasiswa Unpad yang lainnya. Dengan tujuan yang diantaranya:
1. Menumbuhkan bakat dan kreativitas dari mahasiswa Unpad agar lebih berprestasi lagi.
2. Sinergisitas kegiatan kemahasiswaan tingkat Lembaga Universitas hingga Fakultas, hal ini dalam upaya mewujudkan Unpad satu.
3. Sebagai unjuk kemampuan dari UKM yang memiliki keragaman karakter serta kelompok kajian keilmuan Fakultas untuk lebih berbagi bersama mahasiswa Unpad yang lain dengan keragaman karakter.
4. Pengenalan PKM yang didanai oleh DIKTI, hal ini dengan maksud agar mahsaiswa Unpad tertarik untuk lebih mengkaji disiplin ilmu yang sedang dipelajari maupun membuat karya inovatif yang membanggakan almamater kampus Unpad.
5. Penggunaan fasilitas yang diberikan oleh rektorat, terutama areal dimana banyak mahasiswa yang lalu-lalang namun belum memiliki tujuan yang pasti. Hal ini diharapkan areal gerbang Unpad menjadi tempat yang paling relevan untuk disinggahi sebelum pulang ke kosan atau rumah masing-masing, serta tempat untuk menambah wawasan keilmuan yang tidak diberikan dosen di kelas.
Itulah kiranya yang coba saya gagas demi terciptanya nuansa keilmuan dan kreativitas dari mahasiswa Unpad yang kiranya cukup bagus apabila mampu direalisasikan, baik oleh saya yang menggagas maupun orang lain yang tertarik dengan ide yang coba saya usung.
Malam terakhir sebelum wisuda, kami sebagai peserta pun diminta untuk memberikan persembahan angkatan. Dan itulah yang coba saya, Dhani, Tiara dan Mudin susun, dan mungkin Tiara yang kali ini menjadi aktor sampai dalang utama karena kami akan memberikan kejutan untuk Ade yang ulang tahun pada tanggal 11 November beberapa hari sebelumnya. Dengan model yang mirip dengan OVJ (Opera Van Java), kami pun mulai memainkan peran sesuai dengan kesepakatan bersama. Dimulai dengan saya yang masuk sebagai dalang, tari saman yang dipimpin oleh Tiara hingga Dhani yang menjadi dalang di belakang layar mulai bermain peran dengan dramanya yang agak menyindir panitia dengan latar kegiatan SOL 3 dari masa pra-SOL hingga masa karantina. Samsul, Dita, dan Are pun menjadi sasaran dalam drama kali ini, semuanya tertawa terlebih ketika Tomi masuk dengan ‘iklannya’ yang berpenampilan layaknya monster yang bergerak seperti kepiting. Acara puncak pun segera dimulai, para peserta termasuk saya mulai menyalakan lilin dan perlahan saya pun masuk perlahan sambil memegang lilin diikuti oleh teman-teman yang lainnya. Lagu Harmoni dari Padi pun mengiringi persembahan terakhir kami, dengan lilin-lilin yang kami pegang. Saya pun mulai memainkan peran sebagai orang mengekspresikan lagu yang teman-teman lain nyanyikan, atau dengan kata lain sebagai aktor dalam lagu tersebut. Dan kiranya lagu ini menjadi lagu kenangan angkatan SOL 3, setelah pada SOL 1 adalah Semua Tentang Kita dari Peterpan, dan pada SOL 2 sendiri tidak ada mengingat terciptanya lagu Kamilah Pemimpin Masa Depan dan Hymne SOL yang saya buat tercipta pada waktu tersebut.
Tomi mulai berjalan perlahan sambil membawa bunga, dan langsung diberikan kepada Ade, dan memang setting lagu Harmoni ditujukan kepada Ade yang berulang tahun yang ke 20. Satu per satu lilin pun mulai ditiupnya, terlebih ketika seluruh panitia dan SOL angkatan 2 yang kami beri lilin meminta Ade untuk mematikan apinya. Dan ternyata tidak hanya Ade yang menerima bunga, yang kali ini adalah bunga mawar. Ternyata dari arah yang lain, Indri berjalan perlahan menghampiri saya sambil memberikan bunga diiringi prolog dari Tiara. Sontak yang lain pun mulai tertawa sambil menyindir tentunya, karena cukup banyak yang tahu kalau saya tidak terlalu sering menerima pemberian dari seorang perempuan terlebih bunga dan juga karakter saya yang meskipun sedikit gaul tapi mampu menjaga interaksi dengan perempuan. Mungkin bunga mawar inilah hadiah terbaik yang saya terima malam ini, sehingga membuat saya dan yang lainnya pun terlarut dengan nuansa kegembiraan dan diakhiri dengan menyanyikan lagu Kamilah Pemimpin Masa Depan.
Malam ini pun ditutup dengan kegiatan api unggun, saya kembali memainkan gitar sambil mengisi waktu dan bergantian dengan Prima. Dan waktu setting forum pun dimulai, dan mungkin inilah ujian yang coba disetting oleh panitia agar peserta mampu mengaplikasikan segenap kemampuan dari seluruh materi yang diberikan. Saya, Dina dan Siti pun dipanggil ke belakang oleh panitia, dan saat itu pula kami dinyatakan tidak di wisuda karena total nilai kami dibandingkan peserta yang lain adalah tiga yang terendah sehingga dengan sangat menyesal kami bertiga harus pulang lebih awal. Dan mungkin inilah yang membuat saya bingung, karena mungkin ada kejanggalan atau tidaknya namun karena saya pun menyadari kekurang-maksimalan saya dalam mengikuti kegiatan SOL 3 dan juga kurang bagusnya saya dalam mengarahkan teman seangkatan yang lain sehingga saya pun harus merelakan tujuan yang saya realisasikan berakhir pada malam ini juga. Kami bertiga termasuk Are pun larut dalam kesedihan, dan itulah yang coba saya terima karena semua penilaian saya serahkan kepada panitia. Kemampuan saya sebagai ketua angkatan pun diuji dengan mencoba untuk memberikan penjelasan kepada teman yang lain, termasuk Dina dan juga Siti. Sebagai orang yang dipercaya saya mencoba untuk menenangkan kondisi teman-teman yang mulai memanas. Karena mau tidak mau sebagai satu angkatan adalah masuk bersama-sama dan lolos sebagai angkatan SOL 3 yang diwisuda pun secara bersama. Dimulai dengan keluarnya berbagai pernyataan yang menanyakan konsistensi, bukti riil hingga bahasa yang menyudutkan panitia. Ditambah dengan Irwan sebagai wakil kepala sekolah yang memanas-manasi peserta hingga panitia, agaknya semakin jelas juga arah setting forum malam api unggun kali ini akan seperti apa. Hanya saja saya terus mencoba untuk memainkan peran malam ini sebagai satu dari tiga orang yang dieksekusi. Karena apapun yang terjadi pada diri saya, harapan untuk melihat teman-teman seangkatan menjadi orang hebat di masa depan itulah yang membuat saya malam ini optimis meskipun harus menjadi orang yang gagal dalam masa karantina SOL 3.
Dan malam ini pun saya mencoba untuk membuat hati tenang, karena kondisi tubuh yang semakin memburuk sehingga saya kembali terlelap lebih awal dari teman-teman yang lainnya. Sepertinya mereka mulai membicarakan sesuatu di ruangan yang lain, termasuk menginterogasi Dina dan Siti untuk mencari alasan mengapa kami bertiga tidak diwisuda besok pagi.
Perjalanan waktu malam pun segera berakhir, dan Qiyamul Lail malam ini menjadi ujian terakhir bagi peserta SOL 3. Satu per satu kami harus menjaga tubuh untuk tetap tegak, dan Dharma hari ini menjadi aktor utama yang mengatur jalannya kegiatan para peserta di hari terakhir. Kondisi tubuh saya semakin buruk, namun kekuatan untuk terus bersama teman-teman seangkatan membuat saya berusaha menjadi salah satu dari Jiwa-Jiwa Gagah yang Pantang Menyerah. Dengan kaki yang saya usahakan untuk menopang tubuh agar tetap tegak berdiri, diuji dengan rasa kantuk yang luar biasa sampai-sampai Randi tersujud cukup lama karena menahan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa. Pagi ini pun saya tidak ikut teman-teman yang lain untuk berolahraga, kondisi tubuh pun terus menurun tapi saya mencoba untuk tetap tenang dan yakin bahwa hari ini saya pasti sehat dan mampu memberikan senyuman terbaik untuk orang-orang di sekitar saya. Oki yang juga sekretaris angkatan mencoba membantu saya dengan memberikan kayu putih, terlebih Dharma yang terus menanyakan kondisi saya, dan inilah yang membuat saya tersenyum gembira meskipun kondisi tubuh kali ini sudah cukup buruk dan saya sangat membutuhkan waktu untuk beristirahat.
Sambil menahan rasa sakit, saya bersama Eko diminta Dharma untuk bergabung dengan teman yang lainnya. Dan pagi inilah semua cerita semalam terkuak, setting forum semalam pun akhirnya dijelaskan oleh panitia. Dan memang sesuai dengan dugaan sebelumnya, meskipun saya sudah rela menjadi bagian tersisih dari peserta namun sepertinya malam tadi saya seperti termakan oleh pernyataan Achyar dan Dinda yang menyatakan bahwa saya, Dina dan Siti adalah tiga orang yang tidak diwisuda. Kami semua tertawa pagi ini, dan menjadi bahan pelajaran bersama untuk lebih tenang ketika menghadapi permasalahan. Terlebih ketika pemimpin dalam kelompoknya mengalami masalah atau hampir meninggal atau menghilang entah kemana, kemampuan bekerjasama antara satu dengan yang lainnya akan membantu sang pemimpin tersebut yang dalam hal ini adalah saya untuk lebih menenangkan anggotanya bahwa apapun yang terjadi pada pemimpin kita maka sikapilah secara bijak, tidak terlalu buru-buru menjustifikasi sesuatu atau bahkan melakukan konfrontasi dengan pihak yang lainnya. Dalm malam tadi Randi, Eko, Mudin, Tiara, Sofya dan Reza menjadi aktor yang banyak memainkan peran dari pihak peserta untuk melindungi tiga orang yang dieksekusi oleh panitia. Dan saya pun sangat mengapresiasi seluruh panitia yang memainkan peran semalam, dan jujur saja kemampuan saya untuk membuat hati lebih tenang dalam menghadapi permasalahan menjadi jauh lebih baik, alhamdulillah.
Dan 14 November 2010 menjadi saksi perjuangan Rangers SOL 3 dalam melalui hari demi hari, sebelum masa karantina hingga masa karantina yang memberikan wawasan berikut pengalaman berharga sebelum kami semua mengaplikasikan segala hal yang kami peroleh. Dan kali ini pula saudara yang saya cintai, Randi Purnama dari Fakultas Peternakan menjadi peserta terbaik untuk School of Leader 3. Untuk penyelenggaraan pertama adalah kang Bukhori dari FTIP dan tahun kemarin Dini Faridh Fathurokhman dari Fakultas Pertanian yang menjadi terbaik dari seluruh peserta SOL. Luar biasa, saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, bersama dengan penghargaan peserta Terhebat dan Ter-care versi panitia-peserta tahun ini setelah tahun lalu menjadi panitia Terlebay dan Ternarsis. Kembali dua buah penghargaan yang membuat saya mampu tersenyum bahagia menjadi bagian SOL 3 bersama orang-orang yang penuh semangat. Dan inilah orang-orang yang menginspirasi perjuangan saya untuk merealisasikan target awal tahun 2010 sebagai peserta School of Leader 3, Rangers SOL 3… Pembela Kebenaran… Pembawa Perubahan…!!!
31 teman angkatan SOL 3 yang luar biasa, itulah kiranya yang bisa saya utarakan kali ini, mereka yang membantu saya untuk menjadi diri sendiri. Dengan hanya menyisakan 10 orang yang akhirnya memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan masa karantina SOL 3, saya pun mulai terus membangun kepingan semangat juang tak kenal lelah 31 teman seperjuangan SOL 3 yang tak kenal lelah dan penuh semangat juang yang tinggi. Kekuatan semangat yang coba mereka bangun kembali menorehkan guratan pena kenangan masa lalu saya yang terbaik dan mungkin mengalahkan segala hal yang mampu saya realisasikan untuk tahun 2010. Tak lupa puji syukur atas Rahmat-Nya yang memberikan saya kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat seperti mereka, orang-orang yang mencoba menjadi The Winning Genaration. Generasi juara yang diungkapkan oleh Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya, dan sampai saat ini pun masih terus saya pahami dengan seksama. Jalan dakwah memang terjal dan berliku, untuk menjadi generasi juara seperti para Sahabat Rasul pun membutuhkan pengorbanan jiwa, harta dan tenaga yang tidak terkira. Mungkin banyak buku sampai materi yang bisa kita baca, pelajari, pahami, namun terkadang butuh waktu, komitmen serta istiqomah agar kita mampu menghadirkan nuansa mirip seperti buku yang kita baca. Meskipun tidak dipungkiri bahwa inspirasi bisa dimulai dari membaca buku, hanya saja tetap yang mampu mempengaruhi diri kita adalah pribadi kita sendiri tentunya. Banyak jalan untuk menjadi orang hebat, namun juga banyak jalan untuk menjatuhkan orang hebat. Ada banyak cara untuk menginspirasi, namun banyak tantangan untuk menghambat potensi kita untuk terus menggali inspirasi. Dan usaha terbaik adalah niat ibadah karena Allah semata, untuk mencapai takdir yang Allah tetapkan bagi kita terkadang paradigma bahwa kita mampu merubah takdir adalah yang perlu kita kikis. Allah sudah menetapkan takdir untuk diri kita jauh sebelum kita lahir ke dunia, oleh karenanya tidak ada takdir yang berubah kendati kondisi lahiriah kita berubah dari yang dulunya buruk menjadi baik maupun sebaliknya. Kemampuan memotivasi diri bahwa kita adalah umat terbaik yang Allah ciptakan kedunia adalah keniscayaan dan menjadi keharusan, karena itulah yang membuat kita mampu menggarap ladang amal yang telah Allah sediakan.
For my inspiring friends…:
Indi Pertiwi (Fakultas D3 PAAP/Ekonomi 2009)
Fury Fathul Jannah (Fakultas D3 PAAP/Ekonomi 2009)
Prima Hartri Putra (Fakultas D3 PAAP/Ekonomi 2009)
Ria Rakhmawati (Fakultas D3 PAA/FISIP 2009)
Dina Fitri Wahyuni (Fakultas Kedokteran 2008)
Eko Prasetyo (Fakultas Teknik Geologi 2008)
Mohammad Reza Widiatmo (Fakultas Teknik Geologi 2008)
Sofya Andarina (FMIPA/Kimia 2008)
Firman Nugroho (FMIPA/Kimia 2008)
Irfan Maulana Rahman (FMIPA/Statistika 2008)
Solid Edhar Kamil (Fakultas Pertanian 2008)
Tommy Abdul Thahir (Fakultas Pertanian 2008)
Imam Mudin (Fakultas Pertanian 2008)
Noneng Nurjannah (Fakultas Pertanian 2008)
Fardhani Dwi Aristya Putri (Fakultas Pertanian 2008)
Suci Valerie Casuarina (Fakultas Pertanian 2008)
Sulistiawati Pratiwi (Fakultas Pertanian 2008)
Diatri Mariana H. (Fakultas Farmasi 2007)
Randi Purnama (Fakultas Peternakan 2007)
Ade Wulan (Fakultas Teknologi Industri Pertanian 2008)
Siti Fauziyyah (Fakultas Teknologi Industri Pertanian 2008)
Furkon (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2008)
Indriani Sastrodiharjo (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2008)
Indra Bakti Prakoso (Fakultas Keperawatan 2008)
Kurniawati (Fakultas Keperawatan 2008)
Farah Atiqa (Fakultas Keperawatan 2008)
Saefudin (Fakultas Keperawatan 2008)
Tiara Rachmawati (Fakultas Keperawatan 2008)
Okky Adelirandy (Fakultas Keperawatan 2008)
Nisa Maolinda (Fakultas Keperawatan 2008)
Hilma Zahra (Fakultas Keperawatan 2008)
Dharma Hartono (Fakultas Sastra 2007)
Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html
subhanallah lengkap sekali ceritanyaaa....
BalasHapusalhamdulillah ada nama saya hehehehe
keren kang ceritanya!!
buat dilombain juga dek... do'ain yah... salam rangers...!!!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussubhanallah
BalasHapussemangat asrul..smga berhasil