Kamis, 17 November 2011

Battle in Kumogakure


            Sebagai seorang jinchuriiki, Naruto menjadi bagian terpenting untuk menjaga kestabilan Desa Konohagakure dari ancaman musuh-musuh terutama dari kalangan Akatsuki. Pagi ini ia berlatih seperti biasanya untuk menguasai elemen angin, sebagai latihan tingkat tinggi dari teknik Rasengan yang sudah ia kuasai sebelumnya. Pertarungan melawan Hidan serta Kakuzu membuatnya harus merelakan teknik Rasengan-Shuuriken yang menjadi teknik terkuat Rasengan miliknya untuk tidak kembali digunakan.
            Kalau sampai kau menggunakan teknik itu lagi... tidak ada jaminan kecepatan penyembuhan dari Kyuubi. Atau bahkan... kamu tidak akan pernah bisa menggunakan tanganmu untuk selama-lamanya,’ terang Tsunade yang tak lain adalah Hokage kelima, sesaat setelah operasi yang dilakukannya kepada Naruto berhasil sebulan yang lalu.
            Naruto masih terdiam, ia berkali-kali mengeluarkan cakra angin namun kembali ia hentikan aliran cakranya. Antara keraguan dan juga harapan, artinya ia harus menemukan teknik baru sebagai penggunaan elemen angin yang selama ini menjadi bagian latihan yang dilakukan oleh Kakashi dan juga Jiraiya yang kini entah ada dimana.
            Guru pertamanya, yakni Jiraiya, tidak begitu banyak mengajarkan pengembangan teknik Rasengan. Bahkan Naruto lebih banyak mengembangkan metode latihan dengan menggunakan teknik Kagebunshin, yang tak lain agar ia bisa mencari metode yang tepat untuk mengalirkan elemen angin sebelum mengembangkan teknik Rasengan.
             “Hei, Naruto...,”
            Kakashi sudah nampak dihadapannya, seperti biasa sambil membaca buku Icha-Icha Paradise. Pandangan hampa Naruto sempat ia tangkap beberapa saat sebelum sapaan hangat itu menyapa murid kesayangannya. Dan pagi ini ia akan kembali menemani latihan Naruto, meskipun ia masih belum mampu menemukan kombinasi elemen yang cocok. Penggunaan elemen air seperti saran dari Jiraiya beberapa waktu sebelumnya masih belum menemukan titik temu, apalagi Naruto bukanlah pengguna elemen angin.
             “Hei... apa yang sedang kau pikirkan... Naruto?”
             “Aku... masih belum memahami kata-kata Sanin Mesum,” jawab Naruto datar-datar saja, ia masih menunduk.
            Kakashi menepuk perlahan bahu kanan Naruto, ia pun mulai menggerakkan tangannya untuk membuka Kunci Segel.
             Kuchiyose no Jutsu...!
            Tangan kanan Kakashi menapak tanah, bersamaan dengan keluarnya asap. Seperti biasa ia memanggil keenam anjing yang menjadi senjata saat bertarung maupun mencari lokasi persembunyian dari musuh.
             “Wraf...!”
            Anjing-anjing milik Kakashi terus menggonggong, dan untuk kali ini ia akan mengajari Naruto teknik kombinasi antara Kuchiyose no Jutsu dengan elemen yang dikuasai. Sebagai pengguna elemen petir, Kakashi menggabungkan teknik bola api yang dikeluarkan oleh keenam anjingnya yang kemudian dialiri cakra elemen petirnya sehingga menghasilkan badai api-petir yang menghasilkan kekuatan dahsyat.
            Naruto terus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Kakashi. Teknik penggabungan elemen sebenarnya sudah diminta oleh Jiraiya agar Naruto mampu menguasainya, namun hingga dua minggu berjalan ia masih belum bisa melakukannya. Gamakichi dan Gamachan yang selama ini menjadi teman berlatih Naruto masih belum mampu berbuat banyak. Teknik penggabungan elemen air dan angin memang teknik yang cukup sulit untuk dikuasai oleh Naruto. Kendati demikian, ia harus segera menguasai teknik ini agar dapat menggunakan metode pertarungan jarak jauh yang lebih kuat.
             “Baiklah... huft.. Kuchiyose no Jutsu!
            Naruto mengeluarkan cakra pembuka segelnya, sesaat kemudian muncullah dua ekor katak besar yang tak lain adalah Gamakichi dan Gamachan.
            “Yo... Naruto... apa kau siap untuk berlatih lagi?!” tanya Gamakichi.
             “Kakak, apakah nanti kita dapat cemilan?” tanya Gamachan pada Gamakichi.
             “Tenang saja... kalau latihan ini berhasil, nanti Gamachan akan dapat hadiah cemilan yang banyak.” Terang Naruto.
            Naruto pun kembali memulai latihannya, dengan jurus seribu bayangan atau Tajuu Kagebunshin no Jutsu ia mulai mengeluarkan cakra angin untuk mengelurkan jurus Rasengan. Kakashi hanya melihat sambil duduk tenang diatas cabang pohon, tentunya dengan membaca buku yang ia bawa.
             “Naruto... sebagai Jinchuriiki, kau sudah berkembang sangat pesat. Tapi... untuk menjadi ninja yang hebat, kau harus lebih banyak berlatih untuk menguasai kekuatan yang ada di dalam tubuhmu.” Gumam Kakashi yang kali ini memikirkan sosok Kyuubi yang disegel dalam tubuh Naruto.
             “Jurus elemen air.. tembakan bola air!” teriak Gamakichi.
            ‘Poof... poof... poof...’
            Satu per satu bayangan Naruto menghilang, bersamaan dengan cakra angin yang kini berkumpul di telapak tangan kanannya. Gamakichi sudah siap dengan kuda-kudanya, begitu pula dengan Naruto.
             Hea...!!!
             “Putaran angin topan...!”
             “Tembakan bola air...!”
            Dua jurus pun berpadu, elemen air milik Gamakichi berpadu dengan elemen angin milik Naruto. Menghasilkan putaran angin topan yang cukup besar, hingga menghantam sebuah gundukan batu besar yang akhirnya hancur berkeping-keping.
             ‘Hos... hos... hos...’
            Naruto pun terengah, begitu pula dengan Gamakichi. Banyaknya cakra yang dikeluarkan cukup membuat keduanya harus menghela nafas sebelum kembali mengeluarkan cakra baru selama latihan hari ini.
            “Bagus... Naruto,” puji Kakashi setelah melakukan gerak pindah cepat dari cabang pohon kemudian mendekat ke arah Naruto.
             “Tapi... cakra yang keluar tidak dalam bentuk memotong obyek, malah menghancurkannya. Sementara... Sannin Mesum mengajarkan teknik untuk memotong aliran cakra lawan dengan kombinasi dua elemen air dan angin...,”
             “Naruto... teknik ini memang sulit untuk dikuasi. Tapi, gunakanlah cara yang memang kau mudah untuk dikuasai... seperti teknik Rasengan dengan jurus bayanganmu.” Potong Kakashi.
             “Baiklah... Gamakichi ayo kita mulai lagi!”
             “Yo...!!!” teriak Gamakichi.
            Tiba-tiba seekor burung merpati hingga di bahu Kakashi, tampaknya ada pesan yang ingin disampaikan dari Tsunade selaku Hokage. Kakashi terdiam sejenak, ia pun akhirnya meninggalkan Naruto yang masih berlatih bersama Gamakichi dan juga Gamachan. Kedua ekor katak ini secara bergantian mengalirkan cakra airnya untuk dipadukan dengan cakra angin milik Naruto. Hari yang cukup panjang untuk Naruto, dan mungkin ada perjalanan hebat yang akan dilaluinya untuk menguji keberhasilan dan kehebatan penggabungan jurus yang kini coba dikuasainya.
*****
             “Baiklah... Hokage meminta kita untuk menyelesaikan misi ke Desa Kumogakure,” terang Kakashi kepada Naruto, Sai dan Sakura.
             “Guru Kakashi... apakah Naruto berhasil menyelesaikan jurusnya? Bukankah nona Tsunade meminta Naruto untuk menguasai jurusnya sebelum melaksanakan misi...?” tanya Sakura.
            Kakashi mulai teringat akan percakapan dengan Tsunade kemarin sebelum mengumpulkan timnya. Misi kali ini untuk mengetahui siapa orang yang mencoba untuk membunuh Tsucikage atau pemimpin Desa Kumogakure. Dan juga mengetahui perkembangan jurus yang sedang dipelajari oleh Naruto.
            ‘Kakashi... misi kali ini cukup berat, terlebih kondisi tim Konoha yang lain sedang menjalankan misi. Tapi, apakah Naruto sudah siap dengan jurus barunya?’
             ‘Hmm... kalau boleh dibilang, dia sudah mampu menguasai tekniknya. Tinggal bagaimana dia bisa melakukan kombinasi dengan cepat sebelum musuh tiba-tiba menyerang. Jurus kombinasi antara dua elemen memang cukup sulit, tapi... Naruto bukan orang yang sembarangan.’
             ‘Aku mengerti... baiklah, laksanakan misi ini! Nanti akan kukirim bantuan dari tim Shikamaru yang sedang menuju kemari setelah bertemu dengan Kazekage.’
             “Guru Kakashi...?”
            Tampaknya kali ini Kakashi melamun,
             “Hokage sudah memberikan persetujuan untuk mengajak Naruto dalam misi ini... dan juga menguji sejauh mana keberhasilan jurus baru yang ia pelajari.”
            Sai mulai memperhatikan wajah Naruto yang terdiam, termasuk Sakura.
             “Baiklah... ayo kita selesaikan misi ini!” kata Naruto dengan penuh semangat setelah sebelumnya hanya mampu tertunduk.
            Tim Kakashi pun akhirnya berangkat cepat menuju Kumogakure, sebuah desa yang memang sangat jauh dari Konoha. Menurut kabar, Akatsuki pernah menggunakan desa ini sebagai markas atau tempat persembunyian yang kemudian pindah entah kemana. Dan musuh yang akan dihadapi kali ini pun bisa saja dari kelompok Akatsuki, karena hanya merekalah yang mampu menembus barisan pertahanan pasukan khusus Kumogakure. Tapi menurut laporan, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa tiga orang yang menyerang dan mencoba membunuh Tsucikage adalah kelompok Akatsuki. Karena mereka tidak menggunakan jubah layaknya Akatsuki.
            Perjalanan yang panjang membuat tim Kakashi bermukim di sebuah hutan, mereka beristirahat malam sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
             “Guru Kakashi... apakah yang akan kita hadapi adalah kelompok Akatsuki?” tanya Sai.
             “Entahlah, tapi... menurut laporan memang tidak ada tanda-tanda dari mereka. Dan... orang yang akan kita hadapi mungkin sama hebatnya dengan Akatsuki.” Jawab Kakashi sambil memasukkan kayu untuk dibakar.
            Sakura dan Naruto sudah terlelap, tinggal Kakashi dan Sai yang kebagian untuk berjaga. Keduanya banyak berbincang mengenai jurus baru Naruto, dan lebih dari itu, mempelajari lebih dalam kekuatan musuh yang akan dihadapi dari laporan ninja desa Kumogakure.
             “Tiga orang musuh... pengguna tiga elemen berbeda dengan tiga buah pedang sebagai senjata. Hmm... mirip dengan orang-orang dari Kirigakure yang pernah kita temui sebelumnya,” tutur Sai sambil mengamati tulisan yang dibuat oleh Kakashi di lembaran kertas.
             “Ya, seperti itulah... tapi ada yang aneh dalam aliran cakra mereka. Tapi memang orang-orang dari Kumogakure tidak ada yang mengenal jurus-jurus mereka... karena sudah cukup lama jurus yang mereka gunakan tidak lagi dipakai.”
             “Apakah jurus terlarang...?” tanya Sai kemudian.
            Kakashi hanya menggelengkan kepala, ia kembali memasukkan kayu kedalam kobaran api untuk menghangatkan badan. Tim dari Konoha ini memang berada dalam kondisi yang kurang memahami kondisi lawan serta mode pertarungan yang akan dipakai. Namun lebih dari itu, kondisi Naruto lebih dikhawatirkan baik oleh Tsunade maupun Kakashi, dan juga Jiraiya yang masih belum diketahui keberadaannya.
*****
             “Baiklah... kita berangkat...!” seru Naruto dengan semangatnya.
            Tim Kakashi akhirnya kembali berangkat, keempat orang ini melaju harmoni menuju desa Kumogakure sekaligus mengatur aliran cakra selama perjalanan menuju kesana. Naruto sendiri melemparkan beberapa bola angin untuk menguji kestabilan aliran cakra pengendali elemen angin yang dimilikinya.
            Perjalanan yang cukup panjang pun akhirnya selesai juga, dan tim Kakashi sudah tiba di desa Kumogakure lengkap dengan kerusakan-kerusakan yang ada didalamnya. Namun agaknya cukup aneh, mengingat ada kerusakan baru yang muncul di beberapa bangunan serta beberapa ninja desa ini yang terluka.
             “Oh... tim dari Konoha, mereka... sudah kembali menyerang... Tsucikage... Tsucikage...,” kata salah seorang ninja dari Kumogakure sambil menahan rasa sakit.
             “Kita terlambat...,” tutur Kakashi.
            Mereka berempat pun berpencar, Kakashi bersama Sakura dan Sai bersama Naruto. Bersamaan dengan itu Tsucikage dan keempat ninja yang selalu bersamanya, yakni Tetsuo, Yujin, Go dan Ima bertarung bersama dengan dua orang musuh. Pengendali elemen petir dan juga elemen tanah yang kali ini mereka hadapi, sementara yang satu lagi sebagai pengendali elemen api masih bertarung dengan beberapa ninja dari Kumogakure yang sudah banyak dikalahkan olehnya.
             Goukakyo no Jutsu...!
            Bola api besar kembali membakar bangunan-bangunan yang ada di desa Kumogakure, dan sepertinya tiga orang ini sengaja dikirimkan entah oleh siapa untuk menghancurkan desa ini. Kakashi dan Sakura akhirnya menemukan orang ini, keduanya segera membantu.
             ‘Trang... trang... trang...!’
            Kakashi mengayunkan shuuriken yang beradu denga pedang milik musuh yang belum diketahui dari mana asalnya.
             “Jurus api naga...!”
            Musuh yang satu ini kembali membuka segel dan akhirnya mengeluarkan kobaran api berbentuk naga dari kedua telapak tangannya, namun masih belum bisa mengenai baik Kakashi maupun Sakura. Sesaat kemudian,
             ‘Dug...!!!’
             ‘Zum...!!!’
             ‘Gubrak...!!!’
            Sebuah pukulan dari Sakura yang tidak disadari tepat mengenai bagian punggung musuh, dan tak pelak membuatnya menghujam dan membentur bangunan yang sudah rusak.
             “Cih... serang dari belakang,”
            Orang ini akhirnya kembali berdiri sambil menghela nafasnya, Sakura masih memperhatikan kondisi musuh dari atap gedung dan juga Kakashi yang mulai menggunakan mata Saringhannya untuk mengetahui aliran cakra milik musuh yang ada di hadapannya.
             “Oh tidak... ini Kekkai... Orochimaru...,”
            Tampaknya musuh yang kali ini dihadapi bukanlah musuh yang sebenarnya, atau dengan kata lain orang ada dihadapannya yang juga musuh sebenarnya sudah mati dan dibangkitkan dengan jurus terlarang.
             “Baiklah...,”
             ‘Zum...!!!’
            Musuh ini kembali menyerang, Kakashi kembali menangkis dengan shuuriken.
             “Hmm... rambut putihmu mengingatkanku pada seorang ninja... Konoha no Shiroi Kiba,”
            Kakashi tersentak, tak lain karena kalimat terakhir yang diucapkan oleh musuh ini. Ia mengetahui sosok ayahnya yang juga seorang ninja hebat yang pernah dimiliki oleh Konoha.
             “Ha... ha... ha... ha...! akhirnya aku kembali bisa menyerang desa ini setelah sekian lamanya terbenam dalam kegelapan... kau... kau!!!”
             Konoha no Shiroi Kiba adalah ayahku... kalau kau sudah pernah mati karena perbuatan ayahku, maka aku akan membuatmu merasakan kematian sebanyak dua kali. Bersiaplah...,”
            Kakashi membuka segel Raikiri, jurus favoritnya untuk menjatuhkan lawan pun juga jurus bayangan untuk mengecoh pergerakan lawan.
             “Anak Shiroi Kiba... ha... ha... ha... ha...!!! kau akan jadi mangsa pedangku,”
            Pertarungan kembali dimulai, salah satu bayangan Kakashi mulai membuka segel bersamaan dengan musuh ini yang masih belum diketahui namanya.
             ‘Crat...!’
            Ayunan pedang musuh ini melukai tubuh Kakashi, kecepatan gerak yang tak mampu dibaca olehnya. Tampaknya pengalaman melawan ayah Kakashi sebelumnya cukup untuk membaca gerakan Kakashi yang memang punya gerakan yang hampir sama.
             “Guru Kakashi...!!!” teriak Sakura.
*****
            Naruto dan Sai akhirnya bertarung bersama Tsucikage.
             “Jurus ninja... Chouju Giga...,”
            Sai mulai bergerak, bersamaan dengan jurus lukisannya yang membentuk hewan-hewan untuk menyerang musuh.
             ‘Goarrr...!’
             “Elemen tanah... jurus seribu tombak tanah,”
            Salah seorang musuh akhirnya kembali memulai pertarungan, bersamaan dengan serangan tanah runcing berbentuk tombak yang muncul dari tanah. Empat orang yang bersama Tsucikage langsung membuat perisai untuk melindungi Tsucikage dan juga Naruto yang mulai mengumpulkan cakranya.
             Kuchiyose no Jutsu!
             ‘Poof...!’
            Gamakichi dan Gamachan akhirnya muncul, mereka pun diminta Naruto untuk kembali menggunakan jurus elemen airnya.
             “Kau yang bernama Naruto kan...?” tanya Tsucikage.
             “Iya benar...,”
             “Hmm... elemen petir lemah terhadap elemen angin, dan kau adalah pengendali elemen angin... gunakanlah untuk mengalahkan dia,” kata Tsucikage sambil menunjuk kearah seorang musuh yang memegang pedang besar.
             “Hiya...!”
            Sang pemilik pedang besar itu kembali bergerak, dan kali ini sangat cepat serta hampir melukai Naruto yang masih mengumpulkan cakra anginnya. Sai sendiri bersama jurus lukisannya masih bertarung sengit, dibantu Go dan Ima yang memiliki elemen air untuk menutup pergerakan pengguna elemen tanah dengan dua pedangnya.
             “Tiger...!”
            Sai kembali membuka segel serta melukiskan sesuatu diatas kanvasnya, hingga kembali muncul bayangan besar menyerupai seekor harimau besar. Ia pun kembali mengumpulkan cakra di kedua telapak tangannya.
             Tsuginomai Hakuren...!
            Go melepaskan gumpalan es melalui telapak tangan kanannya, dibantu Ima dengan pusaran air. Orang dengan dua pedang itu masih mencoba menahan dengan kedua pedang dan jurus elemen tanahnya.
             “Jurus ninja... teknik pembangkit kehidupan...,”
            Secara tiba-tiba pohon demi pohon besar bermunculan dari dalam tanah, mirip dengan jurus yang dimiliki oleh Hokage pertama, Senju Hashirama. Sai melihat ada celah ketika orang dengan dua pedang ini mengeluarkan teknik pembangkit kehidupan, ia pun bergerak dengan mengayunkan pedang yang sudah dialiri cakra.
             ‘Syat...!’
             ‘Crat...!!!’
            Ayunan pedang milik Sai mengenai punggung orang dengan dua pedang ini, sontak membuat musuh tersebut agak terhuyung. Meskipun demikian, ia kembali mencoba untuk menebas tubuh Sai dengan kedua pedangnya. Pertarungan sengit pemilik pedang ini diakhiri dengan jurus kuncian air milik Go.
            Musuh pun terperangkap dalam air yang sudah dialiri cakra sehingga tidak mempu keluar, dan ‘Bom Air’ yang dikeluarkan oleh Ima menghujam keras ke arah musuh. Tak pelak orang dengan dua pedang ini terpental, menubruk sebuah pohon besar dan kedua pedangnya pun terpental jauh.
             ‘Pof...!’
            Tiba-tiba orang pemilik dua pedang ini berubah wujud menjadi seorang laki-laki dengan lambang desa Ottogakure pada pelindung kepalanya. Mirip dengan prediksi Kakashi bahwa mereka bertiga adalah orang yang sudah mati dan dibangkitkan kembali dengan jurus terlarang.
            Ditempat Naruto pertarungan sengit masih berlangsung, semburan air Gamakichi masih belum mengenai sasaran, begitu pula dengan Naruto yang masih belum berhasil menemui sasaran tembak dengan elemen anginnya.
             ‘Pof...!!!’
             Rasengan...!!!
             “Pusaran air Gamakichi...!!!”
            Kombinasi gerak tipu Kagebunshin Naruto membuat orang dengan pedang besar yang juga pengendali elemen petir tak mampu menghindar. Serangan dari elemen angin yang menjadi kelemahannya begitu telak, terlebih pusaran air yang dibuat oleh Gamakichi mengenai tubuhnya. Ia pun terpental dan kembali berubah wujud menjadi ninja Ottogakure, sama dengan yang terjadi pada pertarungan Sai, Ima dan Go.
             “Orochimaru...,” kata Naruto sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.
*****
            Kakashi masih bertarung sengit, ia agak kesulitan menghadapi musuh pengendali elemen api meskipun sudah menggunakan Saringhan pemberian temannya.
             “Guru Kakashi, apa yang harus kita lakukan...?” tanya Sakura sambil terus memperhatikan gerakan serangan bola api dari musuh.
             “Baiklah...,”
            Kakashi mulai kembali menggunakan teknik Kuchiyose no Jutsu, memanggil anjing-anjing yang menjadi senjata ampuhnya untuk melumpuhkan lawan dari jarak jauh.
             “Pakun... pandu teman-temanmu untuk mengecoh pergerakan lawan,” kata Kakashi pada salah satu anjingnya yang bernama Pakun.
            Enam ekor anjing bergerak cepat untuk mengecoh pergerakan musuh, seperti instruksi dari Kakashi yang kini terluka akibat sabetan pedang beberapa saat yang lalu.
             “Jurus anjingmu tidak akan mampu mengalahkanku...!”
            Gerakan musuh sangat cepat, dan ia mampu mengelak setiap terkaman maupun cakaran anjing-anjing milik Kakashi. Sementara itu, Kakashi mulai mengumpulkan cakra ke telapak tangan kanannya.
             Raikiri... Rasengan...,”
            Pusaran angin kecil berpadu dengan cakra petir, perpaduan antara elemen angin dan petir. Kakashi pun bersiap untuk menerjang musuh. Diawali dengan gerak cepat Sakura yang menghujamkan pukulan telak ke arah punggung, Kakashi langsung menerjang dengan jurusnya.
             ‘Zum...!’
             ‘Crat...!’
            Tangan kanan Kakashi menembus dada kiri musuh dan melumpuhkannya, musuh pun tak mampu melancarkan serangan balik.
             “Hmm... Konoha no Shiroi Kiba, ternyata anakmu sama hebatnya. Hei kau... siapa namamu?”
             “Aku Kakashi... Hatake Kakashi...,” jawab Kakashi tenang.
             “Hatake Kakashi... nama yang bagus... baiklah... rasanya aku kembali pada masa perang dunia ninja kedua... hahahaha...,”
            Tubuh orang ini pun kembali berubah menjadi sosok ninja Ottogakure. Sama halnya dengan dua orang yang dilumpuhkan oleh Sai dan Naruto beserta ninja desa Kumogakure.
             “Guru Kakashi... apakah ini ulah Orochimaru?”
             “Mungkin... tapi orang itu tidak muncul, ada apa ini sebenarnya...?”
            Seseorang yang tak dikenal berjalan tenang di atas reruntuhan bangunan desa Kumogakure. Ia seperti tersenyum dengan hal yang ada dihadapannya, dan orang ini mirip dengan sosok Kabuto yang merupakan anak buah dari Orochimaru, orang yang memang memiliki teknik untuk membangkitkan kembali orang yang sudah mati atau Kekkai.
             “Hmm... sepertinya kau berhasil Kakashi... hahahaha... Naruto... Jinchuriiki... apa kau sudah lebih hebat dari Sasuke... baiklah...,”
            Orang dengan jubah ini pun segera menghilang untuk keluar dari desa Kumogakure, melesat jauh meninggalkan Naruto yang mencari Kakashi dan juga Sakura di tempat pertarungan yang lainnya. Tim Shikamaru pun tiba, mereka membawa banyak perlengkapan medis untuk mengobati tim Kakashi dan juga membantu ninja medis desa Kumogakure.
            Pertarungan di desa ini masih menyimpan misteri, terlebih dengan semakin tidak diketahuinya pergerakan Akatsuki. Entah apa yang terjadi kali ini, yang pasti tim Kakashi harus memberikan informasi yang lengkap kepada Hokage setelah sampai di Konoha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar