Sebagai seorang jinchuriiki, Naruto menjadi bagian terpenting untuk menjaga
kestabilan Desa Konohagakure dari ancaman musuh-musuh terutama dari kalangan Akatsuki. Pagi ini ia berlatih seperti
biasanya untuk menguasai elemen angin, sebagai latihan tingkat tinggi dari
teknik Rasengan yang sudah ia kuasai
sebelumnya. Pertarungan melawan Hidan serta Kakuzu membuatnya harus merelakan
teknik Rasengan-Shuuriken yang menjadi
teknik terkuat Rasengan miliknya
untuk tidak kembali digunakan.
‘Kalau
sampai kau menggunakan teknik itu lagi... tidak ada jaminan kecepatan
penyembuhan dari Kyuubi. Atau bahkan... kamu tidak akan pernah bisa menggunakan
tanganmu untuk selama-lamanya,’ terang Tsunade yang tak lain adalah Hokage kelima, sesaat setelah operasi
yang dilakukannya kepada Naruto berhasil sebulan yang lalu.
Naruto masih terdiam, ia
berkali-kali mengeluarkan cakra angin namun kembali ia hentikan aliran
cakranya. Antara keraguan dan juga harapan, artinya ia harus menemukan teknik
baru sebagai penggunaan elemen angin yang selama ini menjadi bagian latihan
yang dilakukan oleh Kakashi dan juga Jiraiya yang kini entah ada dimana.
Guru pertamanya, yakni Jiraiya,
tidak begitu banyak mengajarkan pengembangan teknik Rasengan. Bahkan Naruto lebih banyak mengembangkan metode latihan
dengan menggunakan teknik Kagebunshin,
yang tak lain agar ia bisa mencari metode yang tepat untuk mengalirkan elemen
angin sebelum mengembangkan teknik Rasengan.
“Hei, Naruto...,”
Kakashi sudah nampak dihadapannya,
seperti biasa sambil membaca buku Icha-Icha
Paradise. Pandangan hampa Naruto sempat ia tangkap beberapa saat sebelum
sapaan hangat itu menyapa murid kesayangannya. Dan pagi ini ia akan kembali
menemani latihan Naruto, meskipun ia masih belum mampu menemukan kombinasi
elemen yang cocok. Penggunaan elemen air seperti saran dari Jiraiya beberapa
waktu sebelumnya masih belum menemukan titik temu, apalagi Naruto bukanlah
pengguna elemen angin.
“Hei... apa yang sedang kau pikirkan...
Naruto?”
“Aku... masih belum memahami kata-kata Sanin Mesum,” jawab Naruto datar-datar
saja, ia masih menunduk.
Kakashi menepuk perlahan bahu kanan
Naruto, ia pun mulai menggerakkan tangannya untuk membuka Kunci Segel.
“Kuchiyose
no Jutsu...!”
Tangan kanan Kakashi menapak tanah,
bersamaan dengan keluarnya asap. Seperti biasa ia memanggil keenam anjing yang
menjadi senjata saat bertarung maupun mencari lokasi persembunyian dari musuh.
“Wraf...!”
Anjing-anjing milik Kakashi terus
menggonggong, dan untuk kali ini ia akan mengajari Naruto teknik kombinasi
antara Kuchiyose no Jutsu dengan elemen yang dikuasai. Sebagai pengguna elemen
petir, Kakashi menggabungkan teknik bola api yang dikeluarkan oleh keenam
anjingnya yang kemudian dialiri cakra elemen petirnya sehingga menghasilkan
badai api-petir yang menghasilkan kekuatan dahsyat.
Naruto terus memperhatikan setiap
gerakan yang dilakukan oleh Kakashi. Teknik penggabungan elemen sebenarnya
sudah diminta oleh Jiraiya agar Naruto mampu menguasainya, namun hingga dua
minggu berjalan ia masih belum bisa melakukannya. Gamakichi dan Gamachan yang
selama ini menjadi teman berlatih Naruto masih belum mampu berbuat banyak.
Teknik penggabungan elemen air dan angin memang teknik yang cukup sulit untuk
dikuasai oleh Naruto. Kendati demikian, ia harus segera menguasai teknik ini
agar dapat menggunakan metode pertarungan jarak jauh yang lebih kuat.
“Baiklah... huft.. Kuchiyose no Jutsu!”
Naruto mengeluarkan cakra pembuka
segelnya, sesaat kemudian muncullah dua ekor katak besar yang tak lain adalah
Gamakichi dan Gamachan.
“Yo... Naruto... apa kau siap untuk
berlatih lagi?!” tanya Gamakichi.
“Kakak, apakah nanti kita dapat cemilan?”
tanya Gamachan pada Gamakichi.
“Tenang saja... kalau latihan ini berhasil,
nanti Gamachan akan dapat hadiah cemilan yang banyak.” Terang Naruto.
Naruto pun kembali memulai
latihannya, dengan jurus seribu bayangan atau Tajuu Kagebunshin no Jutsu ia
mulai mengeluarkan cakra angin untuk mengelurkan jurus Rasengan. Kakashi hanya
melihat sambil duduk tenang diatas cabang pohon, tentunya dengan membaca buku
yang ia bawa.
“Naruto... sebagai Jinchuriiki, kau sudah
berkembang sangat pesat. Tapi... untuk menjadi ninja yang hebat, kau harus
lebih banyak berlatih untuk menguasai kekuatan yang ada di dalam tubuhmu.”
Gumam Kakashi yang kali ini memikirkan sosok Kyuubi yang disegel dalam tubuh
Naruto.
“Jurus elemen air.. tembakan bola air!” teriak
Gamakichi.
‘Poof...
poof... poof...’
Satu per satu bayangan Naruto
menghilang, bersamaan dengan cakra angin yang kini berkumpul di telapak tangan
kanannya. Gamakichi sudah siap dengan kuda-kudanya, begitu pula dengan Naruto.
“Hea...!!!”
“Putaran
angin topan...!”
“Tembakan bola air...!”
Dua jurus pun berpadu, elemen air
milik Gamakichi berpadu dengan elemen angin milik Naruto. Menghasilkan putaran
angin topan yang cukup besar, hingga menghantam sebuah gundukan batu besar yang
akhirnya hancur berkeping-keping.
‘Hos... hos... hos...’
Naruto pun terengah, begitu pula
dengan Gamakichi. Banyaknya cakra yang dikeluarkan cukup membuat keduanya harus
menghela nafas sebelum kembali mengeluarkan cakra baru selama latihan hari ini.
“Bagus... Naruto,” puji Kakashi
setelah melakukan gerak pindah cepat dari cabang pohon kemudian mendekat ke
arah Naruto.
“Tapi... cakra yang keluar tidak dalam bentuk
memotong obyek, malah menghancurkannya. Sementara... Sannin Mesum mengajarkan
teknik untuk memotong aliran cakra lawan dengan kombinasi dua elemen air dan
angin...,”
“Naruto... teknik ini memang sulit untuk
dikuasi. Tapi, gunakanlah cara yang memang kau mudah untuk dikuasai... seperti
teknik Rasengan dengan jurus bayanganmu.” Potong Kakashi.
“Baiklah... Gamakichi ayo kita mulai lagi!”
“Yo...!!!” teriak Gamakichi.
Tiba-tiba seekor burung merpati
hingga di bahu Kakashi, tampaknya ada pesan yang ingin disampaikan dari Tsunade
selaku Hokage. Kakashi terdiam sejenak, ia pun akhirnya meninggalkan Naruto
yang masih berlatih bersama Gamakichi dan juga Gamachan. Kedua ekor katak ini
secara bergantian mengalirkan cakra airnya untuk dipadukan dengan cakra angin
milik Naruto. Hari yang cukup panjang untuk Naruto, dan mungkin ada perjalanan
hebat yang akan dilaluinya untuk menguji keberhasilan dan kehebatan
penggabungan jurus yang kini coba dikuasainya.
*****
“Baiklah... Hokage meminta kita untuk
menyelesaikan misi ke Desa Kumogakure,” terang Kakashi kepada Naruto, Sai dan
Sakura.
“Guru Kakashi... apakah Naruto berhasil
menyelesaikan jurusnya? Bukankah nona Tsunade meminta Naruto untuk menguasai
jurusnya sebelum melaksanakan misi...?” tanya Sakura.
Kakashi mulai teringat akan
percakapan dengan Tsunade kemarin sebelum mengumpulkan timnya. Misi kali ini
untuk mengetahui siapa orang yang mencoba untuk membunuh Tsucikage atau
pemimpin Desa Kumogakure. Dan juga mengetahui perkembangan jurus yang sedang
dipelajari oleh Naruto.
‘Kakashi...
misi kali ini cukup berat, terlebih kondisi tim Konoha yang lain sedang
menjalankan misi. Tapi, apakah Naruto sudah siap dengan jurus barunya?’
‘Hmm... kalau boleh dibilang, dia sudah mampu
menguasai tekniknya. Tinggal bagaimana dia bisa melakukan kombinasi dengan
cepat sebelum musuh tiba-tiba menyerang. Jurus kombinasi antara dua elemen
memang cukup sulit, tapi... Naruto bukan orang yang sembarangan.’
‘Aku mengerti... baiklah, laksanakan misi ini!
Nanti akan kukirim bantuan dari tim Shikamaru yang sedang menuju kemari setelah
bertemu dengan Kazekage.’
“Guru Kakashi...?”
Tampaknya kali ini Kakashi melamun,
“Hokage sudah memberikan persetujuan untuk
mengajak Naruto dalam misi ini... dan juga menguji sejauh mana keberhasilan
jurus baru yang ia pelajari.”
Sai mulai memperhatikan wajah Naruto
yang terdiam, termasuk Sakura.
“Baiklah... ayo kita selesaikan misi ini!”
kata Naruto dengan penuh semangat setelah sebelumnya hanya mampu tertunduk.
Tim Kakashi pun akhirnya berangkat
cepat menuju Kumogakure, sebuah desa yang memang sangat jauh dari Konoha.
Menurut kabar, Akatsuki pernah
menggunakan desa ini sebagai markas atau tempat persembunyian yang kemudian
pindah entah kemana. Dan musuh yang akan dihadapi kali ini pun bisa saja dari
kelompok Akatsuki, karena hanya
merekalah yang mampu menembus barisan pertahanan pasukan khusus Kumogakure.
Tapi menurut laporan, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa tiga orang
yang menyerang dan mencoba membunuh Tsucikage adalah kelompok Akatsuki. Karena mereka tidak
menggunakan jubah layaknya Akatsuki.
Perjalanan yang panjang membuat tim
Kakashi bermukim di sebuah hutan, mereka beristirahat malam sebelum kembali
melanjutkan perjalanan.
“Guru Kakashi... apakah yang akan kita hadapi
adalah kelompok Akatsuki?” tanya Sai.
“Entahlah, tapi... menurut laporan memang
tidak ada tanda-tanda dari mereka. Dan... orang yang akan kita hadapi mungkin
sama hebatnya dengan Akatsuki.” Jawab
Kakashi sambil memasukkan kayu untuk dibakar.
Sakura dan Naruto sudah terlelap, tinggal
Kakashi dan Sai yang kebagian untuk berjaga. Keduanya banyak berbincang
mengenai jurus baru Naruto, dan lebih dari itu, mempelajari lebih dalam
kekuatan musuh yang akan dihadapi dari laporan ninja desa Kumogakure.
“Tiga orang musuh... pengguna tiga elemen
berbeda dengan tiga buah pedang sebagai senjata. Hmm... mirip dengan
orang-orang dari Kirigakure yang pernah kita temui sebelumnya,” tutur Sai
sambil mengamati tulisan yang dibuat oleh Kakashi di lembaran kertas.
“Ya, seperti itulah... tapi ada yang aneh
dalam aliran cakra mereka. Tapi memang orang-orang dari Kumogakure tidak ada
yang mengenal jurus-jurus mereka... karena sudah cukup lama jurus yang mereka
gunakan tidak lagi dipakai.”
“Apakah jurus terlarang...?” tanya Sai
kemudian.
Kakashi hanya menggelengkan kepala,
ia kembali memasukkan kayu kedalam kobaran api untuk menghangatkan badan. Tim
dari Konoha ini memang berada dalam kondisi yang kurang memahami kondisi lawan
serta mode pertarungan yang akan dipakai. Namun lebih dari itu, kondisi Naruto
lebih dikhawatirkan baik oleh Tsunade maupun Kakashi, dan juga Jiraiya yang
masih belum diketahui keberadaannya.
*****
“Baiklah... kita berangkat...!” seru Naruto
dengan semangatnya.
Tim Kakashi akhirnya kembali
berangkat, keempat orang ini melaju harmoni menuju desa Kumogakure sekaligus
mengatur aliran cakra selama perjalanan menuju kesana. Naruto sendiri
melemparkan beberapa bola angin untuk menguji kestabilan aliran cakra
pengendali elemen angin yang dimilikinya.
Perjalanan yang cukup panjang pun
akhirnya selesai juga, dan tim Kakashi sudah tiba di desa Kumogakure lengkap
dengan kerusakan-kerusakan yang ada didalamnya. Namun agaknya cukup aneh,
mengingat ada kerusakan baru yang muncul di beberapa bangunan serta beberapa
ninja desa ini yang terluka.
“Oh... tim dari Konoha, mereka... sudah
kembali menyerang... Tsucikage... Tsucikage...,” kata salah seorang ninja dari
Kumogakure sambil menahan rasa sakit.
“Kita terlambat...,” tutur Kakashi.
Mereka berempat pun berpencar,
Kakashi bersama Sakura dan Sai bersama Naruto. Bersamaan dengan itu Tsucikage
dan keempat ninja yang selalu bersamanya, yakni Tetsuo, Yujin, Go dan Ima
bertarung bersama dengan dua orang musuh. Pengendali elemen petir dan juga
elemen tanah yang kali ini mereka hadapi, sementara yang satu lagi sebagai
pengendali elemen api masih bertarung dengan beberapa ninja dari Kumogakure
yang sudah banyak dikalahkan olehnya.
“Goukakyo
no Jutsu...!”
Bola api besar kembali membakar
bangunan-bangunan yang ada di desa Kumogakure, dan sepertinya tiga orang ini
sengaja dikirimkan entah oleh siapa untuk menghancurkan desa ini. Kakashi dan
Sakura akhirnya menemukan orang ini, keduanya segera membantu.
‘Trang...
trang... trang...!’
Kakashi mengayunkan shuuriken yang beradu denga pedang milik
musuh yang belum diketahui dari mana asalnya.
“Jurus api naga...!”
Musuh yang satu ini kembali membuka
segel dan akhirnya mengeluarkan kobaran api berbentuk naga dari kedua telapak
tangannya, namun masih belum bisa mengenai baik Kakashi maupun Sakura. Sesaat
kemudian,
‘Dug...!!!’
‘Zum...!!!’
‘Gubrak...!!!’
Sebuah pukulan dari Sakura yang
tidak disadari tepat mengenai bagian punggung musuh, dan tak pelak membuatnya
menghujam dan membentur bangunan yang sudah rusak.
“Cih... serang dari belakang,”
Orang ini akhirnya kembali berdiri
sambil menghela nafasnya, Sakura masih memperhatikan kondisi musuh dari atap
gedung dan juga Kakashi yang mulai menggunakan mata Saringhannya untuk mengetahui aliran cakra milik musuh yang ada di
hadapannya.
“Oh tidak... ini Kekkai... Orochimaru...,”
Tampaknya musuh yang kali ini
dihadapi bukanlah musuh yang sebenarnya, atau dengan kata lain orang ada
dihadapannya yang juga musuh sebenarnya sudah mati dan dibangkitkan dengan
jurus terlarang.
“Baiklah...,”
‘Zum...!!!’
Musuh ini kembali menyerang, Kakashi
kembali menangkis dengan shuuriken.
“Hmm... rambut putihmu mengingatkanku pada
seorang ninja... Konoha no Shiroi Kiba,”
Kakashi tersentak, tak lain karena
kalimat terakhir yang diucapkan oleh musuh ini. Ia mengetahui sosok ayahnya
yang juga seorang ninja hebat yang pernah dimiliki oleh Konoha.
“Ha... ha... ha... ha...! akhirnya aku kembali
bisa menyerang desa ini setelah sekian lamanya terbenam dalam kegelapan...
kau... kau!!!”
“Konoha
no Shiroi Kiba adalah ayahku... kalau kau sudah pernah mati karena
perbuatan ayahku, maka aku akan membuatmu merasakan kematian sebanyak dua kali.
Bersiaplah...,”
Kakashi membuka segel Raikiri, jurus favoritnya untuk
menjatuhkan lawan pun juga jurus bayangan untuk mengecoh pergerakan lawan.
“Anak Shiroi
Kiba... ha... ha... ha... ha...!!! kau akan jadi mangsa pedangku,”
Pertarungan kembali dimulai, salah
satu bayangan Kakashi mulai membuka segel bersamaan dengan musuh ini yang masih
belum diketahui namanya.
‘Crat...!’
Ayunan pedang musuh ini melukai
tubuh Kakashi, kecepatan gerak yang tak mampu dibaca olehnya. Tampaknya
pengalaman melawan ayah Kakashi sebelumnya cukup untuk membaca gerakan Kakashi
yang memang punya gerakan yang hampir sama.
“Guru Kakashi...!!!” teriak Sakura.
*****
Naruto dan Sai akhirnya bertarung
bersama Tsucikage.
“Jurus ninja... Chouju Giga...,”
Sai mulai bergerak, bersamaan dengan
jurus lukisannya yang membentuk hewan-hewan untuk menyerang musuh.
‘Goarrr...!’
“Elemen tanah... jurus seribu tombak tanah,”
Salah seorang musuh akhirnya kembali
memulai pertarungan, bersamaan dengan serangan tanah runcing berbentuk tombak
yang muncul dari tanah. Empat orang yang bersama Tsucikage langsung membuat
perisai untuk melindungi Tsucikage dan juga Naruto yang mulai mengumpulkan
cakranya.
“Kuchiyose
no Jutsu!”
‘Poof...!’
Gamakichi dan Gamachan akhirnya
muncul, mereka pun diminta Naruto untuk kembali menggunakan jurus elemen
airnya.
“Kau yang bernama Naruto kan...?” tanya
Tsucikage.
“Iya benar...,”
“Hmm... elemen petir lemah terhadap elemen
angin, dan kau adalah pengendali elemen angin... gunakanlah untuk mengalahkan
dia,” kata Tsucikage sambil menunjuk kearah seorang musuh yang memegang pedang
besar.
“Hiya...!”
Sang pemilik pedang besar itu
kembali bergerak, dan kali ini sangat cepat serta hampir melukai Naruto yang
masih mengumpulkan cakra anginnya. Sai sendiri bersama jurus lukisannya masih
bertarung sengit, dibantu Go dan Ima yang memiliki elemen air untuk menutup
pergerakan pengguna elemen tanah dengan dua pedangnya.
“Tiger...!”
Sai kembali membuka segel serta
melukiskan sesuatu diatas kanvasnya, hingga kembali muncul bayangan besar
menyerupai seekor harimau besar. Ia pun kembali mengumpulkan cakra di kedua
telapak tangannya.
“Tsuginomai
Hakuren...!”
Go melepaskan gumpalan es melalui
telapak tangan kanannya, dibantu Ima dengan pusaran air. Orang dengan dua
pedang itu masih mencoba menahan dengan kedua pedang dan jurus elemen tanahnya.
“Jurus ninja... teknik pembangkit
kehidupan...,”
Secara tiba-tiba pohon demi pohon
besar bermunculan dari dalam tanah, mirip dengan jurus yang dimiliki oleh
Hokage pertama, Senju Hashirama. Sai melihat ada celah ketika orang dengan dua
pedang ini mengeluarkan teknik pembangkit kehidupan, ia pun bergerak dengan
mengayunkan pedang yang sudah dialiri cakra.
‘Syat...!’
‘Crat...!!!’
Ayunan pedang milik Sai mengenai
punggung orang dengan dua pedang ini, sontak membuat musuh tersebut agak
terhuyung. Meskipun demikian, ia kembali mencoba untuk menebas tubuh Sai dengan
kedua pedangnya. Pertarungan sengit pemilik pedang ini diakhiri dengan jurus
kuncian air milik Go.
Musuh pun terperangkap dalam air
yang sudah dialiri cakra sehingga tidak mempu keluar, dan ‘Bom Air’ yang
dikeluarkan oleh Ima menghujam keras ke arah musuh. Tak pelak orang dengan dua
pedang ini terpental, menubruk sebuah pohon besar dan kedua pedangnya pun
terpental jauh.
‘Pof...!’
Tiba-tiba orang pemilik dua pedang
ini berubah wujud menjadi seorang laki-laki dengan lambang desa Ottogakure pada
pelindung kepalanya. Mirip dengan prediksi Kakashi bahwa mereka bertiga adalah
orang yang sudah mati dan dibangkitkan kembali dengan jurus terlarang.
Ditempat Naruto pertarungan sengit
masih berlangsung, semburan air Gamakichi masih belum mengenai sasaran, begitu
pula dengan Naruto yang masih belum berhasil menemui sasaran tembak dengan
elemen anginnya.
‘Pof...!!!’
“Rasengan...!!!”
“Pusaran air Gamakichi...!!!”
Kombinasi gerak tipu Kagebunshin
Naruto membuat orang dengan pedang besar yang juga pengendali elemen petir tak
mampu menghindar. Serangan dari elemen angin yang menjadi kelemahannya begitu
telak, terlebih pusaran air yang dibuat oleh Gamakichi mengenai tubuhnya. Ia
pun terpental dan kembali berubah wujud menjadi ninja Ottogakure, sama dengan
yang terjadi pada pertarungan Sai, Ima dan Go.
“Orochimaru...,” kata Naruto sambil
mengepalkan kedua telapak tangannya.
*****
Kakashi masih bertarung sengit, ia
agak kesulitan menghadapi musuh pengendali elemen api meskipun sudah
menggunakan Saringhan pemberian temannya.
“Guru Kakashi, apa yang harus kita
lakukan...?” tanya Sakura sambil terus memperhatikan gerakan serangan bola api
dari musuh.
“Baiklah...,”
Kakashi mulai kembali menggunakan
teknik Kuchiyose no Jutsu, memanggil
anjing-anjing yang menjadi senjata ampuhnya untuk melumpuhkan lawan dari jarak
jauh.
“Pakun... pandu teman-temanmu untuk mengecoh
pergerakan lawan,” kata Kakashi pada salah satu anjingnya yang bernama Pakun.
Enam ekor anjing bergerak cepat
untuk mengecoh pergerakan musuh, seperti instruksi dari Kakashi yang kini terluka
akibat sabetan pedang beberapa saat yang lalu.
“Jurus anjingmu tidak akan mampu
mengalahkanku...!”
Gerakan musuh sangat cepat, dan ia
mampu mengelak setiap terkaman maupun cakaran anjing-anjing milik Kakashi.
Sementara itu, Kakashi mulai mengumpulkan cakra ke telapak tangan kanannya.
“Raikiri...
Rasengan...,”
Pusaran angin kecil berpadu dengan
cakra petir, perpaduan antara elemen angin dan petir. Kakashi pun bersiap untuk
menerjang musuh. Diawali dengan gerak cepat Sakura yang menghujamkan pukulan
telak ke arah punggung, Kakashi langsung menerjang dengan jurusnya.
‘Zum...!’
‘Crat...!’
Tangan kanan Kakashi menembus dada
kiri musuh dan melumpuhkannya, musuh pun tak mampu melancarkan serangan balik.
“Hmm... Konoha
no Shiroi Kiba, ternyata anakmu sama hebatnya. Hei kau... siapa namamu?”
“Aku Kakashi... Hatake Kakashi...,” jawab
Kakashi tenang.
“Hatake Kakashi... nama yang bagus...
baiklah... rasanya aku kembali pada masa perang dunia ninja kedua...
hahahaha...,”
Tubuh orang ini pun kembali berubah
menjadi sosok ninja Ottogakure. Sama halnya dengan dua orang yang dilumpuhkan
oleh Sai dan Naruto beserta ninja desa Kumogakure.
“Guru Kakashi... apakah ini ulah Orochimaru?”
“Mungkin... tapi orang itu tidak muncul, ada
apa ini sebenarnya...?”
Seseorang yang tak dikenal berjalan
tenang di atas reruntuhan bangunan desa Kumogakure. Ia seperti tersenyum dengan
hal yang ada dihadapannya, dan orang ini mirip dengan sosok Kabuto yang
merupakan anak buah dari Orochimaru, orang yang memang memiliki teknik untuk
membangkitkan kembali orang yang sudah mati atau Kekkai.
“Hmm... sepertinya kau berhasil Kakashi...
hahahaha... Naruto... Jinchuriiki... apa kau sudah lebih hebat dari Sasuke...
baiklah...,”
Orang dengan jubah ini pun segera
menghilang untuk keluar dari desa Kumogakure, melesat jauh meninggalkan Naruto
yang mencari Kakashi dan juga Sakura di tempat pertarungan yang lainnya. Tim
Shikamaru pun tiba, mereka membawa banyak perlengkapan medis untuk mengobati
tim Kakashi dan juga membantu ninja medis desa Kumogakure.
Pertarungan di desa ini masih
menyimpan misteri, terlebih dengan semakin tidak diketahuinya pergerakan
Akatsuki. Entah apa yang terjadi kali ini, yang pasti tim Kakashi harus
memberikan informasi yang lengkap kepada Hokage setelah sampai di Konoha.