Senin, 22 Februari 2016

Hijab Hati

Hijab di hati hanya membuat lupa diri, kurang pandai bersyukur, mudah berprasangka buruk, bahkan kelalaian dalam beribadah serta beramal.

Hijab di hati bisa kita sendiri yang menciptakannya, bahkan tak menyadarinya. Karena ia bisa menjadi perkara halus dalam tubuh seorang mukmin sekalipun.

Hijab di hati karena kurangnya istighfar, lupa memohon ampun atas kesalahan kita kepada Allah. Padahal Nabi saw yang kesalahan masa lalu dan yang akan datang saja sudah diampuni, beliau saw tetap beristighfar.

Hijab di hati bisa jadi karena kita sudah terbiasa menganggap remeh atau bahkan rendah orang lain. Padahal kita sudah beramal, beribadah... tak lupa kita berwudlu, bahkan menjalankan shalat, dan ditambah membaca Al-Qur'an. Tapi barangkali godaan syaithan jauh lebih dahsyat sehingga amal kita tak membuahkan keshalehan sosial.

Maka kunci untuk membuka hijab di hati kita adalah dengan perbanyak istighfar, agar Allah membantu untuk melembutkan hati kita. Karena beramal serta beribadah saja tidak cukup.

"Mengikuti Nabi saw tak cukup hanya dengan menjalankan ibadah-ibadah lahiriah. Namun, seperti itulah keadaan sebagian besar kaum muslim. Banyak diantara mereka yang mendirikan shalat, tetapi shalat mereka menjadi bencana. Alih-alih mendekatkan diri kepada Allah, shalat yang ditunaikannya justru semakin menjauhkan dirinya dari Allah." (Ibnu Atthailah)

Barangkali memang hati kita sedang kering. Ah, bukankah kita sudah berusaha melakukan ketaatan...? Lalu bagaimana dengan buah dari amal yang kita kerjakan...? Barangkali dari awal ada sesuatu yang salah dari niat kita.

Atau mungkin hati sudah terlalu terhijab. Atau barangkali diri kita sendiri yang belum menyadarinya.

"Hati bagaikan sebatang pohon yang disirami air ketaatan. Keadaan hati memengaruhi buah yang dihasilkan anggota tubuh. Buah dari mata adalah perhatian untuk mengambil pelajaran. Buah dari telinga adalah perhatian terhadap Al-Qur'an. Buah dari lidah adalah dzikir. Kedua tangan dan kaki membuahkan amal-amal kebajikan. Sementara, bila hati dalam keadaan kering, buah-buahnya pun akan rontok dan manfaatnya hilang. Karena itu, ketika hatimu kering, siramilah dengan memperbanyak dzikir." (Ibnu Atthailah)

Siramilah hati kita dengan dzikir agar ia semakin lembut, jauh lebih teduh dan terasa nikmat setelah menjalankan ibadah. Karena keadaan hati kita akan menjadi cerminan bagaimana jasad itu sendiri.

#muhasabah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar