Kamis, 19 Januari 2012

MEWASPADAI DOSA-DOSA KECIL

Oleh
Majdi As-Sayyid Ibrahim

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : قَالَ رَسُوْ لُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : يَاعَائِشَةُ إِيَّاكَ وَمُحَقَّرَاتِ
الأعْمَالِ (وَفِى رِوَايَةِ : الذُنُوْبِ) فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ
طَالِبًا

“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, ‘Wahai Aisyah, hindarilah olehmu amal-amal yang
remeh (dan dalam satu lafazh disebutkan dosa-dosa). Karena ada yang akan
menuntut dari Allah terhadap amal-amal itu” [1]

Wahai Ukhti Muslimah !
Ini merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummul
Mukminin, Aisyah. Ini merupakan wasiat yang amat berharga dan berbobot,
yaitu berupa peringatan tentang hal yang seringkali dilalaikan banyak
orang, yaitu dosa-dosa kecil. Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat, Anas berkata, “Sungguh kamu sekalian sudah mengetahui berbagai amal
yang menurut pandangan itu lebih lembut dari sehelai rambut. Apabila kami
menyebutnya pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘al-mubiqat
(perbuatan durhaka)”. Artinya adalah hal-hal yang merusak menurut
Al-Bukhary.

Perhatikanlah wahai ukhi mukminah ! Kalau yang dikatakan Anas seperti itu
pada masa sahabat dan tabi’in, lalu bagaimana andaikata Anas melihat
kondisi orang-orang pada masa sekarang? Tentu seorang mukmin akan merasa
menyesal dan sedih menyaksikan para pemeluk Islam yang meremehkan hak-hak
Allah, dan tidak ada yang dia katakan kecuali ucapan : Alangkah menyesalnya
wahai hamba Allah.

Perhatikan Ummu Darda’ yang berkata, “Pada suatu hari Abu Darda masuk
(rumah) sambil marah-marah. Maka Ummu Darda bertanya, Ada apa engkau ini?”

Abu Darda menjawab, “Demi Allah, aku tidak melihat sedikit pun dari urusan
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallm di antara mereka, melainkan mereka
shalat semuanya” [2]

Lalu apa yang bakal diucapkan Abu Darda andaikata dia melihat kehidupan
orang-orang pada masa sekarang?

Wanita mukminah yang lurus dalam keimanannya tidak akan memandang
kedurhakaan yang terjadi didepannya, lalu dia berkata tanpa menaruh
perhatian, “itu hanya dosa kecil dan remeh”. Tetapi dia harus takut
terhadap siksa Allah, menangis karena takut terhadap penderitaan api neraka
dan merasa rugi andaikata dia terhalang untuk masuk surga.

Dulu, ada seorang zahid, Bilal bin Sa’d yang berkata, “Janganlah engkau
melihat kepada kecilnya kesalahan. Tetapi lihatlah siapa yang engkau
durhakai” [3]

Wanita mukminah yang lurus selalu merasa khawatir terhadap dirinya dan
takut kepada siksa Allah. Maka dari itu dia selalu berada dalam ketaatan
kepada Allah dan melaksanakan kebaikan.

Abu Ja’afr As-Sa’ih rahimahullah juga berkata, “Ada khabar yang sampai
kepada kami, bahwa seorang wanita ahli ibadah yang selalu aktif
melaksanakan shalat-shalat sunat, berkata kepada suaminya, “Celakalah
engkau, bangunlah! Sampai kapan engkau tidur saja? Sampai kapan engkau
selalu dalam keadaan lalai? Aku akan bersumpah demi engkau, janganlah
mencari penghidupan kecuali dengan cara halal. Aku akan bersumpah demi
engkau, janganlah masuk neraka hanya karena diriku. Cobalah berbuat baik
kepada ibumu, sambunglah tali persaudaraan, janganlah memutus mereka
sehingga Allah akan memutus dirimu”[4]

Begitulah yang dilakukan seorang wanita muslimah yang bertakwa dan
merupakan ahli ibadah. Dia menolong suaminya kepada kepentingan urusan
dunia dan akhirat.

Sedangkan pada zaman sekarang, kita melihat wanita-wanita muslimah tidak
memerhatikan dosa-dosa kecil, kecuali orang yang dirahmati Allah. Bahkan
akhirnya mereka berani mengerjakan dosa besar secara terang-terangan pada
siang hari, tidak takut kemarahan Yang Mahapenguasa. Tadinya mereka
meremehkan dosa. Dia tidak sadar bahwa bila seseorang sudah meremehkan
suatu dosa, maka Alllah akan memperbesar dosa itu. Sehingga tidak cukup
sampai di situ saja, sampai akhirnya dia terpuruk dalam dosa besar. Padahal
awal mulanya berangkat dari dosa kecil. Sungguh benar perkataan seorang
penyair.

“Segala kejadian berawal dari pandangan
kobaran api berasal dari keburukan yang kecil

Berapa banyak pandangan yang merusak sang pelaku
bagaikan rusaknya anak panah tanpa busur dan tali”

Maka wanita muslimah harus menjauhi dosa-dosa kecil, apalagi dosa-dosa
besar. Selagi mereka mau meninggalkan dosa besar, taubat dar dosa-dosa
kecil, beristighfar, menyesalinya dan mengakui bahwa meskipun kedurhakaan
itu kecil, toh itu merupakan hak Allah, Pencipta langit dan bumi, yang
memiliki keutamaan dalam segala sesuatu. Dengan adanya penyesalan dan
pengakuan ini, maka sesungguhnya Allah itu Maha luas maghfirah dan
rahmatNya, Dia pasti akan mengampuni. FirmanNya.

إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” [An-Nisa : 31]

Allah juga berfirman.

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا
غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

“Dan, (bagi) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan
keji, dan apabila mereka marah mereka memberi ma’af” [Asy-Syura : 37]

الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ
ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain
dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Mahaluas ampunanNya”
[An-Najm : 32]

Akhirnya sebelum meninggalkan wasiat yang sangat berharga ini, boleh jadi
engkau bertanya-tanya seraya berkata, “Bukankah dosa-dosa kecil itu
diampuni sebagaimana diampuninya kedurhakaan yang lain?

Kami tidak bisa mengatakan kecuali bahwa Allah itu sangat besar
maghfirahNya, Mahaluas rahmatNya, mengampuni siapapun yang dikehendakiNya.
Tetapi hendaklah engkau ketahui, andaikata dosa-dosa kecil itu berkumpul
pada diri seseorang, tentu ia akan membinasakannya dan memasukkannya ke
neraka. Kita berlindung kepada Allah dari hal itu.

Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengira seperti yang
engkau kira. Lalu beliau hendak menjelaskan kepada mereka bahayanya masalah
ini dan besarnya urusan ini. Maka beliau berkata seperti yang diriwayatkan
Sahl bin Sa’d Radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata :

“Jauhilah olehmu sekalin dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa-dosa
kecil itu laksana sekumpulan orang yang singgah di tengah lembah. Yang ini
datang sambil membawa dahan, dan yang ini datang sambil membawa dahan, yang
ini datang membawa dahan, lalu mereka memasak rotinya. Sesungguhnya
dosa-dosa kecil itu perbuatan durhaka" [5]

[Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh Wasiat Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang Majdi As-Sayyid
Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka Al-Kautsar]
________
Footenote
[1]. Isnadnya Shahih, ditakhrij Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimy, Ibnu Hibban
dan Al-Qaha’y dalam Musnadusy-Syihab.
Perkataan muhaqqarat, artinya hal-hal yang remeh. Muhaqqarat al-a’mal
artinya perbuatan yang dilakukan seseorang dan dia tidak terlalu
mempedulikannnya. Menurut Ibnu Bathal, apabila dosa-dosa yang kecil itu
semakin banyak, maka ia menjadi dosa besar apabila dikerjakan terus menerus.
[2]. Ditakhrij Al-Bukhary 8/128
[3]. Az-Zuhd, Ahmad hal. 460. Hilyatulk\ Auliya’, Abu Nu’aim 5/223
[4]. Disebutkan Ibnul Jauzy dalam Shifatush Shafwah 4/437
[5] Isnadnya Shahih, ditakhrij Ahmad, Ath-Thabrany dalam Al-Kabir dan
Ash-Shagir 2/49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar