Rasulullah menulis surat kepada penduduk Kristen Najran (sebuah Negara berjarak sekitar 7 marhalah dari Mekkah ke arah Yaman) dengan isi sebagai berikut :
"Amma ba'du. Sesungguhnya saya mengajak kepada kalian menuju kepada penyembahan kepada Allah dari penyembahan kepada hamba. Dan saya juga mengajak kalian kepada kekuasaan Allah dari kekuasaan hamba. Jika kalian menolak ajakan tersebut, atas kalian wajib membayar jizyah. Dan jika kalian menolak membayar jizyah, maka saya nyatakan perang terhadap kalian. Wassalam."
Ketika surat tersebut diterima Uskup, ia kemudian segera mengumpulkan umat kristiani dan membacakan isi surat tersebut kepada mereka. Setelah dibacakan, ia pun meminta pendapat dari mereka. Setelah mereka bermusyawarah, mereka memutuskan untuk mengirim utusan kepada Nabi Muhammad saw yang terdiri dari 14 tokoh diantara mereka. Ada yang mengatakan 60 tokoh diantara mereka. Diantara mereka ada 3 orang yang ditunjuk menjadi kepercayaan mereka dan mereka menyerahkan urusan mereka kepada ketiganya. Pertama, Al-Qalib; ia adalah pemimpin dan penasehat mereka. Orang yang menjadi kepercayaan untuk mewakili pendapat-pendapat mereka. Kedua, Sayid; pemimpin perjalanan mereka. Ketiga, Abu Al-Harits; Uskup dan pemimpin lembaga pendidikan mereka. Ketika datang utusan Kristen Najran menghadap Rasulullah saw di Madinah, mereka kemudian melepaskan baju musafir yang mereka kenakan dan berganti dengan pakaian kebesaran yang megah serta memakai cincin-cincin emas, setelah itu baru mereka menghadap Rasulullah.
Dihadapan Rasulullah mereka mengucapkan salam kepada beliau, tetapi tidak dijawab salamnya oleh Rasulullah saw. Mereka mengulang-ulang ucapan salam tersebut hingga lama tetapi tetap saja Rasulullah tidak mengucapkan apa-apa kepada mereka. Kemudian mereka pergi menemui Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf yang telah mereka kenal sebelumnya. Di zaman Jahiliyah Utsman dan Abdurrahman sering datang ke Najran bersama kafilah untuk membeli gandum dan buah-buahan mereka, Ternyata mereka berdua sedang berada dikumpulan orang-orang Anshar dan Muhajirin. Mereka berkata, "Hai Utsman dan Abdurrahman, nabi kalian telah mengirim surat kepada kami sehingga kami datang kemari. Kami telah mengucapkan salam tetapi tidak dijawab, bahkan kami telah lama menunggu jawaban hingga lelah. Apa sebaiknya kami pulang saja?"
Mereka berdua berkata kepada Ali yang berada diperkumpulan itu juga, "Hai ayah Hasan, sebaiknya bagaimana mereka ini? Ali bin Abi Thalib menjawab, "Sebaiknya mereka melepas baju mewah mereka lalu berganti dengan busana yang mereka kenakan di dalam perjalanan, baru kemudian datang kepada baginda Rasulullah."
Para tamu itu melaksanakan anjuran Ali, lalu datang menghadap Nabi. Ternyata Nabi menjawab salam dan menerima kehadiran mereka. Nabi dan mereka pun berdiskusi dalam waktu yang cukup lama, masing-masing pihak saling bertanya mengenai beberapa masalah. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami terlebih dahulu muslim sebelum kalian." Nabi menimpali, "Kalian tidak mau mengikuti kebenaran Islam disebabkan 3 hal. Pertama, karena kalian menyembah Salib. Kedua, karena kalian memakan daging babi. Dan ketiga, karena anggapan kalian bahwa Allah memiliki anak." Setelah itu terjadilah perdebatan dan saling adu argumen antara Nabi dengan mereka. Nabi membacakan kepada mereka ayat-ayat Al-Qur'an dan menepis kesesatan-kesesatan mereka dengan hujah. Diantara ucapan yang mereka katakan kepada Nabi adalah, "Kenapa engkau mencela Tuhan kami (Isa) dan engkau mengatakannya sebagai hamba Allah?!" Nabi pun menjawab ucapan mereka itu dengan mengatakan, "Betul. Dia adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam." Mendengar jawaban dari nabi itu mereka makin marah dan murka. Mereka berkata kepada Nabi, "Apakah engkau pernah melihat ada manusia tanpa ada bapak? Jika engkau benar-benar seorang nabi maka tunjukkan kepada kami contohnya!" Maka kemudian Allah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw ayat Al-Qur'an untuk menjawab pertanyaan mereka itu. Allah berfirman :
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah!' (seorang manusia), maka jadila dia. (Apa yang telah kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Rabbmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu." (Ali Imran : 59-60)
Ayat ini menjadi hujjah yang telak bagi mereka. Seolah membuat keragu-raguan dan ketidak-jelasan keyakinan mereka menjadi semakin meragukan dan tidak meyakinkan diri mereka. Ketika mereka tidak mampu menghadapi hujjah dan perdebatan yang ada dengan cara bijaksana dan nasehat yang baik, maka mereka menantang nabi dengan Bermuhabalah (sumpah saling melaknat). Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala : "Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa setelah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya) : 'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (Ali Imran : 61)
Selanjutnya Nabi keluar dengan mengajak Hasan, Husain dan Fathimah. Beliau berkata, "Jikalau saya membacakan do'a, maka katakanlah amin!" Melihat sikap nabi itu, mereka mengadakan musyawarah untuk menentukan sikap. Mereka takut dengan kehancuran yang kelak menimpa mereka, karena sebenarnya mereka meyakini kebenaran Nubuwwah Muhammad saw. Dan mereka tahu bahwa setiap kaum yang pernah bermubahalah dengan nabinya pasti mereka hancur. Akhirnya mereka menolak bermubahalah. Mereka lebih memilih jalan damai dengan syarat mereka membayar denda kepada kaum muslimin 2000 Hullah. Seribu dibayarkan di bulan Rajab dan seribu laginya dibayar di bulan Shafar.
# Diambil dari buku "Biografi Ali bin Abi Thalib", Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar