Selasa, 28 Desember 2010

Management Stress

By: M. Agus Syafii

Ada seorang dosen sedang memberi materi kuliah tentang management stress, dosen itu menangkat segelas air dan berkata kepada para mahasiswanya, 'Kira-kira seberapa berat apa segelas air ini?' Para Mahasiswa menjawabnya beragam, ada yang menjawab 'itu sih ringan.' yang lainnya menyebutnya hanya 30 gram tidaklah berat.

Sang dosen kemudian menjelaskan bahwa ini bukanlah berat absolut segelas air melainkan berapa lama anda memegangnya, 'bila kita memegang satu menit, tidak ada masalah. Bila satu jam saya memegangnya maka lengan saya sakit, bila satu hari penuh maka saya bisa pingsan, bila satu minggu, maka anda harus segera memanggil ambulan untuk saya.' 'Beratnya sama namun semakin lama kita memegangnya, beban akan semakin berat, Hal yang terbaik yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, sejenak beristirahat sebelum mengangkat kembali.' tutur sang dosen.

Teman, Hampir setiap hari kita sengaja membawa beban hidup kita terus menerus, akibatnya kita cenderung khawatir, susah, hidup terasa berat dan stress karena beban yang menekan kita. Semakin hari beban itu semakin berat karena kita khawatir esok hari. Allah mengingatkan kita agar kita menyerahkan segala beban hidup kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemampuan berserah diri kepada Allah inilah yang mampu membuat kita terhindar dari tekanan hidup yang berlebihan. Sebagaimana firmanNya.

'Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? dan Kami pun telah menurunkan beban darimu yang memberatkan punggungmu dan Kami tinggikan sebutanmu bagimu. Sebab sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (urusan dunia)  maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Dan hanya kepada TuhanMulah kamu berharap. (QS. al-Insyirah : 1-8).

Kamis, 23 Desember 2010

Cara Mengatasi Kesepian Dan Tekanan Kejiwaan

By: agussyafii

Sesudah kehilangan sesuatu yang kita cintai, hidup kita biasanya berubah. Kebiasaan hidup yang awalnya bersama dengan seseorang tiba-tiba harus berubah karena kepergiannya. Dapat dimaklumi adanya perubahan ini namun hendaknya tidak terlalu drastis dan mendadak.  Seperti, biasanya orang yang periang, ramah dan mudah bergaul, tiba-tiba menjadi pemurung, penyendiri, pendiam dan tidak mau ketemu dengan siapapun setelah kehilangan orang yang dicintai atau perginya pasangan hidup kita. Bila hal terjadi waktu sementara dan kembali berangsur kembali tentunya dapat dimaklumi. Namun bila berlangsung bertahun-tahun tetap mengurung diri di kamar tentunya bisa berakibat mengalami tekanan kejiwaan.

Terlebih dulu kita harus mengenali sebab-sebab kesepian dan tekanan kejiwaan serta mencari cara yang tepat untuk mengatasinya.

1. Harapan Orang Disekeliling Kita. Kita malu dan kecewa disebabkan kenyataan hidup kita tidak sesuai dengan harapan keluarga, termasuk orang tua, saudara dam juga harapan teman-teman kita sehingga tidak dapat membanggakan diri dihadapan mereka. Kita bisa memahami dan memaklumi apa yang menjadi harapan mereka, tentunya kita juga tidak dapat menyenangkan hati semua orang. Anda sudah sampai pada satu kondisi harus menghadapi dan mengatasinya. Sebaiknya mampu melepaskan diri dari pendapat dan harapan orang lain, berusaha untuk bangkit dan tetap tegak dalam menjalani hidup ini.

2. Keuangan dan Aktifitas. Bila kondisi perpisahan dan kehilangan maka terjadi perubahan keuangan keluarga, terlebih jika sumber pendapatan adalah orang yang meninggalkan kita. Kesulitan keuangan tidak pernah terpikirkan dan tidak mempersiapkan diri sama sekali, tentunya hal ini membuat kita menjadi tertekan dan teramat menderita. Kesulitan ini haruslah diatasi dengan aktifitas yang bisa menambah penghasilan agar tetap bertahan hidup. Kondisi seperti ini bisa jadi sangatlah menguntungkan karena membuat kita menjadi lebih mandiri.

3. Perasaan Bersalah. Mungkin saja anda merasa bersalah atas terjadi meninggalnya atau perpisahan orang yang anda cintai. 'Ah, seandainya aku tidak berbuat itu, mungkin saja dia masih hidup.' 'Andaikan aku tak terburu-buru untuk bercerai, tentunya akan menjadi lain.' 'Andaikan saja aku tidak kehilangan, hidupku akan bahagia.' Berpikir seandainya tentu saja tidak akan memecahkan persoalan dan rasa bersalah yang menghantui kita tidak akan mengurangi rasa kesepian dan tekanan kejiwaan yang kita derita., juga tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang bahkan menambah derita. Apapun yang terjadi, tidak perlu anda begitu tertekan dan terus menyesali apa yang telah terjadi karena memang tidak membawa perbaikan.

Menerima kehidupan, apapun yang telah terjadi sebagai sebuah ketetapan Allah adalah cara yang paling mudah agar kita mengatasi rasa kesepian dan tekanan kejiwaan. Berdoa mengajukan permohonan-permohonan positif kepada Allah dan penyerahan diri secara total kepadaNya mengurangi tekanan kejiwaan yang kita alami sekaligus menghilangkan rasa kesepian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan membiarkan anda berjalan dalam kesendirian dan kesepian.

'Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. AKu mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran.' (QS. al-Baqarah : 186).

Beberapa Kesesatan Paham Islam Liberal (SEPILIS: Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme)

Assalamu’alaikum wr wb,
Sesungguhnya amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran) adalah tugas setiap Muslim. Kita wajib mencegah kemungkaran dengan tangan, lisan, dan selemah-lemahnya membenci kemungkaran tersebut dalam hati kita.

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dengan kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.” [Al ‘Ashr 2-3]

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]

Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)

http://media-islam.or.id/2009/10/19/amar-ma%E2%80%99ruf-nahi-munkar-memerintahkan-kebaikan-dan-mencegah-kemungkaran/

Pokok-pokok aqidah/keyakinan Islam Liberal adalah Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme (SEPILIS).

Sebagaimana KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 7/MUNAS VII/MUI/II/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA:

1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga.
3. Liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnaah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.
4. sekularisme adalah memisahkan urusan dunia dari agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesame manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.

Itu bertentangan dengan Firman Allah yang tertera dalam Al Qur’an:
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan terima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS. Ali Imaran [3]: 85)

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (QS. Ali Imran [3]: 19)

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. al-Kafirun [109] : 6).

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. al-Azhab [33:36

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta. (terhadap Allah). (QS. al-An’am [6]: 116).

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Q. al-Mu’minun [23]: 71).

1. Hadis Nabi saw :
1. Imam Muslim (w. 262 H) dalam Kitabnya Shahih Muslim, meriwayatkan sabda Rasulullah saw :
”Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorangpun baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni Neraka.” (HR Muslim).
2. Nabi mengirimkan surat-surat dakwah kepada orang-orang non-Muslim, antara lain Kaisar Heraklius, Raja Romawi yang beragama Nasrani, al-Najasyi Raja Abesenia yang beragama Nasrani dan Kisra Persia yang beragama Majusi, dimana Nabi mengajak mereka untuk masuk Islam. (riwayat Ibn Sa’d dalam al-Thabaqat al-Kubra dan Imam Al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari).
http://media-islam.or.id/2007/09/27/fatwa-mui-pluralismeislam-liberal-sesat/

Wihdatul Adyan
Wihdatl Adyan menyatakan semua agama itu satu atau sama benarnya, dengan alasan, sesungguhnya Tuhan yang kita puja itu satu adanya.

Alasan itu meski benar, tapi salah kesimpulannya. Benar Tuhan itu satu. Dalam Al Qur’an, surat Al Ikhlas ayat 1 juga dinyatakan: “Qul huwallahu ahad” (Katakanlah Allah itu satu). Yang jadi masalah adalah, masing-masing agama itu menyembah Tuhan yang berbeda.

Islam menyembah satu Tuhan semata, yaitu Allah. Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:

“Katakanlah: Allah (Tuhan) itu esa

Allah tempat bergantung

Tidak beranak dan diperanakkan

Dan tak satupun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]

Adakah agama lain hanya menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan atau justru mereka menyembah Tuhan yang lain (misalnya matahari atau manusia) atau bahkan menyembah lebih dari satu Tuhan?

Ada agama yang menyembah Matahari sebagai Tuhan, ada juga yang menyembah tiga oknum Tuhan sebagaimana Agama Kristen yang menyembah Tuhan Bapa, Tuhan Anak (Yesus), dan Roh Kudus. Adakah agama-agama ini sama dengan agama Islam? Adakah Tuhan yang mereka sembah sama dengan Tuhan yang disembah oleh ummat Islam? Beda bukan? Itulah kekeliruan kelompok Islam Liberal yang berusaha mempropagandakan paham “Wihdatul Adyan” di situs mereka.

Kelompok Islam Liberal berusaha mempropagandakan bahwa semua agama itu sama dan benar, termasuk ajaran Kristen, padahal Allah sendiri dalam Al Qur’an menegur perbuatan Ahli Kitab/Kristen yang memper-Tuhankan Yesus sebagai hal yang melampaui batas. Adakah kelompok Islam Liberal ingin menandingi Allah?

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” [An Nisaa’:171]

Allah menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mau beriman kepada ajaran Nabi Muhammad / Islam sebagai kafir dan akan dimasukkan ke neraka:

“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur’an), di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.

Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” [Al Bayyinah 1-8]
http://media-islam.or.id/2007/10/16/islam-liberal-wihdatul-adyan-bertentangan-dengan-al-qur%E2%80%99an/

Dalam beberapa hal, kaum Islam Liberal kerap bertentangan dengan mayoritas ummat Islam seperti MUI, NU, Muhammadiyah, dsb.
Sebagai contoh, saat ummat Islam memperjuangkan RUU Anti Pornografi, bersama kaum Non Muslim kaum Islam Liberal ini menentangnya.
Bahkan ada satu tokoh Islam Liberal yang mendukung Pelacuran. Selama pelacur itu dibayar, itu tidak masalah bagi dia. Tapi jika ada yang tidak membayar Pelacur, baru Negara boleh mengaturnya, begitu tulisnya.

Padahal Allah melarang keras zina/pelacuran. Bahkan mendekatinya pun tidak boleh!
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32]

Musdah Mulia satu tokoh Islam Liberal yang jadi dosen di Universitas Islam Negeri Hidayatullah menyatakan bahwa Islam tidak melarang homoseks. Homoseks itu HALAL, katanya.
http://kabarislam.wordpress.com/2010/09/14/musdah-mulia-homoseks-tidak-dilarang-islam

Padahal di Al Qur’an Allah melaknat kaum Luth yang melakukan homoseks dan lesbian sehingga menyiksa mereka hingga mati!

“Ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu
Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki (homosex), menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” [Al 'Ankabuut 28-29]

“Dan Kami mengutus Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. ” [Al A'raaf 81-82]

“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?”

“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).”
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih.”
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). ” [An Naml 54-57]

Saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) berfatwa tentang kesesatan Ahmadiyah karena mereka menganggap ada Nabi setelah Nabi Muhammad, yaitu Ghulam Mirza Ahmad, kaum Islam Liberal menentang Fatwa MUI tersebut sambil melecehkan dan mendiskreditkan MUI.
http://media-islam.or.id/2007/09/26/fatwa-mui-ahmadiyah-qadiyan-sesat

Padahal mayoritas ulama Islam di seluruh dunia sudah berfatwa bahwa Ahmadiyah itu sesat. Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia) juga berfatwa Ahmadiyah sesat:
http://media-islam.or.id/2007/09/26/fatwa-liga-muslim-dunia-ahmadiyah-sesat

Di Pakistan dan Inggris Ahmadiyah dikelompokkan sebagai agama tersendiri. Agama Ahmadiyah. Bukan Islam. Sementara di Arab Saudi dan Iran dilarang sama sekali.

Paling tidak ada 17 dalil tak ada Nabi baru setelah Muhammad.

1. QS AL AHZAB 40: ” Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi”

2. Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi”

3. Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jubair bin Mut’im RA bahwa Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya saya mempunyai nama-nama, saya Muhammad, saya Ahmad, saya Al-Mahi, yang mana Allah menghapuskan kekafiran karena saya, saya Al-Hasyir yang mana manusia berkumpul di kaki saya, saya Al-Aqib yang tidak ada Nabi setelahnya”

4. Abu Daud dan yang lain dalam hadist Thauban Al-Thawil, bersabda Nabi Muhammad SAW:

“Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku”

Baca selanjutnya di:
http://media-islam.or.id/2007/09/27/dalil-nabi-muhammad-nabi-terakhir

Tidak jarang karena ulah segelintir orang, kaum Islam Liberal menempelkan stigma teroris, anarkis, fundamentalis pada ummat Islam.

Mereka juga mengolok-olok ummat Islam yang mengikuti ayat-ayat Al Qur’an yang jelas (Muhkamaat) sebagai “Pemuja Teks.” Padahal Al Qur’an itulah pedoman kita. Bukan hawa nafsu mereka.

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[“ [Al Baqoroh 2]

“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali ‘Imran 7]

Kaum Liberal menganggap semua agama benar dan kita tidak boleh menyatakan agama lain atau aliran sesat sebagai sesat. Padahal itu bertentangan dengan Al Qur’an:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah” [Al Kaafiruun 1-2]

Begitulah beberapa kesesatan dari paham Islam Liberal. Semoga kita dan keluarga kita tidak terjerumus ke dalamnya. Semoga mereka yang terjerumus dalam paham yang sesat bisa sadar dan mendapat hidayat Allah.

Mohon disampaikan kepada yang lain.
Sumber:
http://kabarislam.wordpress.com/2010/10/08/beberapa-kesesatan-paham-islam-liberal-sepilis-sekularisme-pluralisme-liberalisme

Wassalamu’alaikum wr wb

Nikmatnya Iman

By: M. Agus Syafii

Malam yang sepi, udara terasa dingin. Hujan mengguyur jalanan tampak basah kuyup. Seorang bapak yang berprofesi pengusaha menikmati teh hangat, setiap sruputannya terasa nikmat. Malam itu di Rumah Amalia bertutur, sudah lama dirinya bertaubat, tidak mau lagi berkumpul-kumpul untuk melakukan hal-hal yang negatif. Teman-temannya selalu mengejek dengan tujuan agar dia mau ke jalan yang lama. Teman-temannya merasa kehilangan, melontarkan cemohan. 'Nggak usah sok alim lah.' 'Apa kamu sudah yakin akan masuk surga? 'Sudah hapal belum Juz Amma?' 'Apa kamu sudah ngerti tuh isi al-Quran?'

Setelah menghela napas, matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba air matanya menetes deras. 'Saya memang bukanlah orang Islam yang baik Mas Agus. Namun yang jelas dulu saya adalah pemabuk, alhamdulillah sekarang tidak lagi. Dulu, saya suka memukul istri dan menghajar anak-anak karena hal-hal yang sepele. Saya mudah marah tapi sekarang tidak lagi. Dulu saya tidak pernah pulang, sekarang kalo tidak pulang, saya kangen dengan anak-anak dan istri saya.' ucapnya. 'Saya bisa merasakan nikmatnya iman kepada Allah dan itu telah merubah segalanya yang ada pada diri saya menjadi lebih baik.' Lanjutnya.

Teman, iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala hanya bisa dirasakan bukan diperdebatkan. Iman menjadikan hidup kita, transformasi diri sehingga kita bisa berubah dan berguna bagi sesama. Iman adalah sebuah perubahan dari benci menjadi cinta, hina menjadi mulia, sengsara menjadi bahagia, tangisan menjadi senyuman. keburukan menjadi kebaikan.

'Barang siapa mengerjakan amal sholeh, baik laki2 maupun perempuan, dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami balas mereka dengan pahala yang lebih baik atas apa yang telah dikerjakan.'  (QS. an-Nahl :97).

Senin, 22 November 2010

Miskin Tak Menghalangi Dakwah


Assalamualaikum wr.wb.


Rasulullah SAW. sering mengalami lapar dalam hidupnya karena sejak semula
memang Beliau berniat untuk puasa. Tak jarang pula Nabi Muhammad SAW. tak
bermaksud puasa, namun karena tak ada makanan di rumahnya, beliau pun lantas
berpuasa. Malahan, perut Rasulullah kadangkala diganjal batu akibat menahan
lapar yang mendera, sementara Beliau tak punya sesuatu yang bisa dimakan.

Suatu hari Rasulullah SAW. bertemu Abu bakar dan Umar sahabatnya, lantas
menyapa, " Apakah yang menyebabkan kalian berdua keluar pada siang terik
ini?"

Kedua sahabat menjawab kompak, " Kami lapar wahai Rasul."
Berkata Rasulullah, " Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-NYA, saat ini
saya sedang lapar juga." Setelah itu Rasulullah mengajak kedua sahabat nya
beranjak, bermaksud mencari rizqi.
Kebetulan mereka bertiga lewat di depan rumah seorang Anshor bernama Abu
Hisam bin At tijihan, dan kebetulan pula istri Abu Hisam melihat Nabi SAW.
yang sedang melintasi. " Ahlan Wa Sahlan ," seru sang istri Anshor tadi
menegur

Mendengar teguran ini, Nabi Muhammad SAW. bertanya menimpali, " Kemana Abu Hisam?"

Wanita itu menjawab, " Ia sedang mengambil air untuk kami."
Lalu tak lama Abu Hisam muncul.Ketika melihat siapa tamunya, ia amat bahagia
sambil berkata " Alhamdulillah, hari ini tidak ada seorangpun yang lebih
mulia tamunya, selain daripada tamuku." Hisam segera mempersilahkan mereka
masuk, lantas iapun segera pergi mengambil kurma yang kemudian dihidangkan
kepada ketiga tamunya. Sementara Rasulullah dan kedua sahabatnya menyantap
kurma, Abu hisam menyembelih kambing , secepatnya dimasak, dan akhirnya
dihidangkan pula. Lantas Abu Hisam bersama ketiga tamu mulia menyantap
hidangan dengan secukupnya.

Selesai bersantap Rasululllah bersabda kepada kedua sahabatnya, " Demi
Allah yang jiwaku berada ditangan-NYA. Pada hari kiamat nanti, kalian pasti
akan ditanya tentang nikmat yang kalian rasakan tadi. Kalian telah didorong
keluar rumah oleh rasa lapar, kemudian tidaklah kalian kembali melainkan
sesudah mengecap rasa nikmat tadi."

HIKMAHNYA :

1. Nabi Muhammad SAW. dan kedua sahabatnya adalah orang kaya, tapi hartanya
dihabiskan untuk berjihad.
Ingatlah, khadijah istri Nabi Muhammad SAW. adalah konglomerat Mekkah.
Sedangkan, Abu bakar adalah orang kaya yang hartanya dimanfaatkan untuk
kepentingan Islam termasuk membebaskan budak belian yang masuk Islam lantas
disiksa sang majikan.

Bilal misalnya, dibebaskan Abu Bakar dari Umayyah bin Khalaf dengan harga
berlipat ganda dari harga kebiasaan. Ketika berhijrah ke Madinah Abu Bakar
membawa serta kekayaannya yang berlimpah.

Namun, saat menjelang Perang Badar, dia menyerahkan seluruh harta untuk
mobilisasi biaya perang.
Kala itu Rasulullah SAW. sempat bertanya kepadanya, " Apakah yang engkau
tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakar ?" Dengan mantap Abu Bakar
menjawab, " Aku tinggalkan mereka Allah dan Rasul-NYA. "
Singkat kata, " Kemiskinan" Rasul dan sahabatnya bukan karena mereka malas
bekerja, tapi seluruh hartanya dibelanjakan untuk menyebarkan Risalah Allah
SWT. Barangkali kita tak mampu mencontoh sepenuhnya sikap Nabi Muhammad SAW
dan dua sahabatnya tadi. Tapi, semangat mereka tetap harus diteladani,
walaupun pada level yang lebih rendah.

2. Kemiskinan tidak menjadi penghalang untuk menyebarkan kebenaran. Nabi
Muhammad SAW. dan sahabat adalah orang tak berpunya, tapi tak berhenti
dakwah kepada umatnya. Kemiskinan tak boleh menjadi penghalang untuk ibadah
dan berbuat kebajikan, meski dilakukan sesuai kapasitas dan kemampuan.
Keberhasilan dakwah bukan ditentukan oleh kekayaan dan kepangkatan, tapi
oleh keyakinan dan kesungguhan.

Orang kaya dan berpangkat belum tentu berhasil dalam dakwah jika tak
dilandasi kesungguhan dan suri tauladan. Orang tua tak cukup mendakwahi
anaknya untuk beriman hanya dengan memberi segala permintaan yang bersifat
kebendaan.Yang paling penting adalah keteladanan dan kasih sayang.

3. Rizqi yang diberi Allah kepada Umat-NYA dapat melalui siapa saja, dan
penyebabnya bisa apa saja. Risqi bisa datang dari sumber yang tak diduga
duga. Tapi yang terpenting orang harus berusaha sambil berdoa, bukan hanya
duduk di rumah saja. Terkait dengan kemiskinan, Nabi Muhammad SAW memang
menyatakan " Kefakiran dapat mendekatkan pada kekufuran." Terbukti, tak
sedikit orang sampai rela menjual aqidahnya hanya untuk mendapatkan harta
yang tak seberapa.

Namun, yang lebih menakutkan Nabi Muhammad SAW. bukanlah kemiskinan, tapi
justru kekayaan berlebihan sebagaimana telah disabdakan,
" Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku kwatirkan atas kamu, tetapi aku
khwatir bila terhampar luas bagimu dunia ini, sebagaimana telah terhampar
pada orang orang sebelum kamu. Kemudian kamu berlomba-lomba sehingga Allah
membinasakan kamu, sebagaimana Dia membinasakan mereka." (H.R. Muslim dan
Bukhari).

Ingatkah anda akan kisah Qarun dan Tsa'labah ? Jadi, harta kekayaan
hakekatnya juga cobaan atau bahkan fitnah, apakah kita sabar dan bersyukur
terhadap kekayaan tersebut atau malah sebaliknya kufur pada nikmat Allah
dengan kekayaan yang kita miliki itu.

4. Pemuliaan tamu adalah wujud keimanan,

" Barangsiapa yang mengklaim sebagai orang beriman hendaknya
memuliakan tamunya, tamu dalam perspektif Islam wajib dimuliakan, namun si
tamu harus pula tahu diri dan aturan. Sebab, kewajiban memuliakan dikenakan
dalam waktu tiga hari, sedangkan hari keempat dan seterusnya hukumnya
berubah sunah. Pemuliaan tamu diupayakan sesuai kemampuan, bukan berlebihan
apalagi sampai berhutang. Jika yang dipunyai hanya air putih belaka, asalkan
dalam penerimaan dan penyuguhan dengan roman berseri tanda ketulusan hati,
itulah yang lebih utama dilakukan daripada hidangan lezat tanpa ketulusan
hati.

Jika punya kelebihan, suguhan hendaknya bisa lebih menyenangkan namun tetap
dengan keikhlasan tanpa perhitungan. Imam Syafi'i berkata, suguhan dari
orang pemurah menjadi obat, sedangkan suguhan orang pelit bin kikir dapat
menjadi penyakit.

5. Tamu mulia bukanlah mereka yang berpangkat dan berharta, tapi tamu yang
shalih, baik budi pekerti, serta mempunyai hikmah kebijakan (ilmu
pengetahuan) yang mumpuni.

Tamu yang datang dari kalangan orang kaya dan bertakhta, pada umumnya topik
pembicaraan lebih banyak pada kebendaan dan jabatan sehingga mendorong hati
kita merasa kurang, sementara tamu ahli kebijakan (ilmuan dan ulama) yang
diperbincangkan adalah kebenaran, kebajikan, dan ilmu pengetahuan yang dapat
merangsang kita mendapat ketentraman.

Sumber : Kisah dan Hikmah (Seri Khasanah Islam)
Dhurorudin Mashad


Wassalam
Siti Nurjannah
----------------------------------------------------------------------
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S. An Nuur 24:35).

"Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu ungkapan tentang Islam,
yang saya tidak memintanya kepada siapapun kecuali kepadamu." Rasulullah saw bersabda, "Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah,' kemudian Istiqamahlah." (H.R. Muslim)
-----------------------------------------------------------------------

NGASIH MAAF ITU LEBIH BAEK LHO…^_^


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash[1] berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (Q.S. Al-Baqarah 178)
            Pesan yang ada dalam ayat ini adalah bahwa jika kita didzalimi seseorang, kita berhak ngebalas, asal balasan tersebut sesuai serta seimbang, dengan kata lain tidak berlebih-lebihan. Butwait guys…!!! Islam ngajarin kalo kita mesti bersabar, ato bahkan ngasih maaf sama orang yang tega menzalimi kita maka itu adalah lebi baik. Lebih afdal. Hal ini pernah terjadi kok dalam sejarah. Gini nich ceritanya…
            Seorang Arab Badui pergi ke Madinah mengendarai seekor kuda, pengen dagang. Pas nyampe disono (Madinah), tuh kuda die iket kenceng dan akhirnya tuh orang pergi ke pasar buat jualan. Karena ni orang lama banget jualan di pasarnya, kudanya lepas dan masuk ke dalam sebuah taman elit milik orang kaya disana. Sang pemilik teman nyoba buat ngusir tuh kuda, tapi si kuda ternyata ngeyel and balik lagi buat makanin tanaman disono. Akhirnya orang ntu kesel bukan main, singkatnya tuh kuda langsung ditombak ampe mati, “elu sih kuda… tau udah ane usir, eh masih ngeyel aje ngerusak tanaman ane… mampus dah elu…!!!”
            Sekembalinya dari pasar, si Badui kaget pas liat kudanya kaga ade ditempat asal, ilang entah kemana. Ampe pusing bukan kepalang, si Badui akhirnya jalan-jalan nyari tuh kuda, mpe akhirnya dia nyampe disebuah taman dimana ada seorang laki-laki tua lagi duduk santai disono.
             “Permisi engkong… liat kuda kaga lewat sini?” Tanya si badui sambil menjelaskan ciri-ciri kuda miliknya.
            Akhirnya si Engkong pun marah, “Ente gimana sih…?? Kuda dibiarin lepas… liatin tuh taman ane jadi berantakan gara-gara tuh kuda… emang kaga ente ikat napa…??!!!”
             Sorry kong… ane juga kaga tau kalo tuh kuda bisa lepas, ane minta maaf banget karena tuh kuda dah berantakin taman engkong, tapi ane mau nanya… sekarang kudanya mana?”
            Si engkong langsung nunjukin bangkai kuda yang udeh dia tombak ‘mantep’, “Tuh kuda akhirnya ane bunuh, abis kesel banget sih… dah ratusan kali diusir malah tetep ngeyel ngerusak tanaman ane…!!!”
             “Hah… apa…??!!” eh akhirnya si Badui yang balik marah, terjadi pertarungan sengit diantara keduanya. Saling cakar, tabok, tinju, pukul ampe kungfu ‘wong fei hung’ dikeluarkan masing-masing. Dasar si engkong udah cukup tua, akhirnya kalah juga ama si Badui mpe akhirnya nyusul arwah si kuda yang barusan dia bunuh.
            Ternyata salah seorang sahabat Rasul, Abu Dzar Al-Ghiffari, ngeliat dari kejauhan. Pas mau ngelerai dia terlambat dan akhirnya menemukan engkong tadi dah tewas ditangan sang pemilik kuda alias si badui. Abu Dzar nanyain si Badui masalahnya apa mpe gulet segala, apalagi lawannya dan dipanggil ma Allah SWT. Si Badui pun sadar atas kesalahan besar yang dah dia lakuin, melanggar KUHT (Kitab Undang-Undang Hukum Tuhan) pasal 2 ayat 178, dia nyesel banget coz dah kebawa emosi. Sambil beristigfar hampir ribuan kali kayaknya di langsung ngomong, “waduh… ane harus tanggung jawab, tuan anterin ane ngadep khalifah dong…!!!”
            Abu Dzar langsung nganterin tuh orang ngadep khalifah Umar yang mimpin umat muslim saat itu. Pas dah nyampe diceritakanlah maksud dan tujuan diadakannya pertemuan kedua orang ini, sang khalifah mutusin agar perkara ini diselesaikan dengan Al-Qur’an. Melalui sidang akhirnya ditetapkan bahwa si Badui harus mati juga, sesuai yang dah dia lakuin ma tuh Engkong, menurut KUHT pasal 2 ayat 178. Sebelum menerima semua keputusan hakim atas perintah khalifah Umar, si Badui minta izin buat balik bentar ngasih tau semua anggota keluarga kalo dia harus nerima hukuman mati (qishas) atas perbuatan yang dah dia lakuin beberapa jam yang lalu. Selain istri, dia punya seorang ibu yang dah tua, tiga anak yang masih imut-imut dan beberapa anak angkat laen. Ternyata si Badui baik hati juga.
            Ternyata kebanyakan orang Madinah nolak, alasannya takut si Badui kabur and kaga mau tanggung jawab trus bisa aja alasannya boong banget. Mirip kayak koruptor Indonesia yang seneng entah kemana ampe kagak ketahuan kalo mereka dan makanin duit rakyat. Dalam situasi seperti ini, tampil seorang Abu Dzar yang mau jadi jaminan kalo si terpidana nti kabur. Khalifah Umar marahnya bukan main, beliau merasa kalo sohibnya main-main, “Eh ente jangan maen-maen ama masalah serius ini… wahai Abu Dzar, ente salah seorang sahabat Rasul yang sangat ane cintai dan sayangi. Ane kaga mau kaga mau kehilangan ente, ane hormati ente… tapi kalo ente bener-bener dah bulet ngambil keputusan kayak gini… ane terima ente jadi jaminan orang ini.” Sang khalifah terus beristigfar sambil menitikkan air mata yang entah berapa liter jumlahnya.
            Dengan adanya jaminan Abu Dzar, Badui itu langsung balik kampung. Pas nyampe rumah didapatinya sang istri tercinta bersama anak-anaknya menunggu dengan perasaan cemas. Diceritakanlah kepada seluruh keluarga tentang hal yang baru dialami, hingga tangis meledak diantara mereka. Bagaimanapun juga, mereka nggak mau kehilangan tulang punggung keluarga. Ibu si Badui yang sudah renta kemudian ngasih nasihat, “Duhai anakku, kamu harus datang untuk mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Jika kamu nggak datang, berarti kamu bakal ngebunuh seorang lagi, orang yang sudah rela menjadi jaminan atas kepergianmu kemari. Takutlah kepada Allah, jangan kau pikirkan ibumu ini, anak-anakmu, istri serta anak-anak angkatmu. Serahkanlah semuanya kepada Allah.”
            Setelah semua urusannya kelar, si badui itu pamit kepada keluarga dan tetangganya. Tak lupa, ia minta maaf atas segala kesalahan. Kepergiannya diiringi dengan derai air mata. Anak gadisnya menjerit-jerit sambil menarik-narik bajunya karena nggak mau kehilangan sang ayah. Namun, dengan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, si Badui ngelepasin tangan anak gadisnya lalu segera bergerak cepat menuju Madinah, sebab waktu yang diberikan untuknya sudah hampir habis. Sudah tiga hari masyarakat Madinah menunggu datangnya si Badui. Mereka gelisah karena si Badui lama gak nongol batang idungnya. Abu Dzar Al-Ghifari yang sudah jadi jaminan udah siap untuk dieksekusi. Di tengah situasi yang serba menegangkan, datanglah si Badui sambil berteriak, “Wahai penduduk Madinah, hentikan penangkapan terhadap Abu Dzar… ane udah datang and siap buat mempertanggungjawabkan perbuatan yang dah ane lakuin…!!!”
            Setibanya di depan publik, Badui itu ditanya bapak hakim tentang keterlambatannya. Ia pun menjelaskan bahwa di rumah ia harus mengurusi keluarga dan beberapa anak yatim. Masalah itu sudah selesai karena sudah ada tetangga yang bersedia dititipi tanggung jawab. Sekarang semuanya udah jelas, dan eksekusi pun siap untuk dilaksanakan. Ketika algojo dah siap dengan kapak sakti 212nya, tiba-tiba ahli waris sang pemilik kebun alias almarhum engkong ntu datang sambil berteriak kencang, “Hentikan eksekusi ini. Kami sebagai ahli waris korban telah memaafkannya. Bebaskan Badui itu…!!!”
            Suasana berubah menjadi hening. Orang-orang yang hadir di alun-alun tempat akan berlangsungnya eksekusi diam seribu bahasa. Mereka tak mampu menahan derai air mata. Haru menyelimuti seluruh masyarakat Madinah yang hadir saat itu.


Ali Imron Syarief (Ali Topan). Tafsir Gaul 1 (Seri Pengembangan Pribadi Remaja). Halaman 38-46, penerbit Eureka. “Dengan sedikit perubahan”


[1] Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.

Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra


Author: Abu Aufa

Jemari itu tak lagi lentik, terasa beda saat pertama
kali disentuh kala malam pertama. Kulitnya bersisik
dan berkerut, karena getir kehidupan. Guratan bekas
parutan pun membuatnya bertambah kasar. Tak jarang
jemari itu basah, menahan kristal-kristal bening yang
menggenang di telaga mata, pedih... teringat pedasnya
kata-kata yang pernah menusuk hati.

Kala keheningan malam menjamu temaramnya rembulan,
diukirnya do'a-do'a dengan goresan harapan, khusyu',
berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta.
Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan
jiwa dengan tatapan cinta, kemudian perlahan
dikecupnya sang kakanda dengan mesra.

Indah...
Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka
itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka." [Al-Baqarah 187]

Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang
diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah
ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza
(perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi
halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi
kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung
jawab.
Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan, ibadah...
hanya itu yang dijadikan alasan.

Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan
adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat
seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya,
sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam
keluarga, dan seorang suami tentu akan mengutamakan
perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri
tercinta.

Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang,
kehangatan, dan perhatian, namun bunga cinta tetaplah
membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah.
Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan
kebesaran jiwa, bahkan air mata yang mengalir itu pun
adalah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala, karena IA telah memberikan pasangan hidup
yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya.

Lalu, masihkah kehangatan itu nyata seiring
bertambahnya usia pernikahan?

Aaah...
Kadang kita sebagai suami lebih sering bersikap
dzalim. Kesibukan tiada henti, rutinitas yang selalu
dijumpai, lebih menjadi 'istri' daripada makna istri
itu sendiri. Masihkah ada curahan kelembutan dari
seorang qowwam (pemimpin) yang teduh? Adakah belaian
kasih sayang yang begitu hangat seperti kala pertama
kedua hati bersatu?

Saat-saat awal pernikahan, duhai sungguh romantis.
Rona mata penuh makna cinta terpancar saat saling
berpandangan, kedua tangan saling bergandengan, hingga
jemari tersulam mesra. Tak lupa bibir melantunkan
seuntai nada ...Sambutlah tanganku ini / Belailah
dengan mesra / Kasihmu hanya untukku / Hingga akhir
nanti...
Amboi... sungguh membuat iri mata yang memandang.

Malam dan siang silih berganti mewarnai hari, susah
senang hilang timbul bagaikan gelombang laut, keluh
dan bosan pun kadang menelusup, hingga akhirnya lirik
lagu cinta pun meredup ...Sepanjang jalan kenangan
kita selalu bergandeng tangan / Sepanjang jalan
kenangan kupeluk dirimu mesra / Hujan yang
rintik-rintik di awal bulan itu / Menambah nikmatnya
malam syahdu...
Akhirnya kemesraan pun hanyalah sekedar kenangan.

Entahlah...
Entah kemana canda yang dahulu pernah membuat istri
kita tertawa bahagia, ciuman di kening seraya berpesan
"Baik-baik ya di rumah," atau pun sekedar ucapan salam
"Assalaamu alaykum ummi," saat akan keluar rumah.
Bahkan, lupa kapan terakhir tangan ini menyentuh,
menggenggam mesra jemari istri tercinta. Padahal
dosa-dosa akan berguguran dari sela-sela jemari saat
kedua tangan disatukan.

Duhai Allah,
Airmata itu pernah tumpah, deras bercucuran
Luruh dalam isakan, menyayat kepedihan
Hanya karena enggan jemari ini bersentuhan

Ampuni diri yang dzalim ini yaa Allah
Sadarkan, sebelum saatnya harus beranjak pergi
Jauh, dan... tak akan pernah kembali

Wallahua'lam bi showab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,