Aku lahir 23 tahun yang lalu, pada pagi hari saat
panggilan Tuhanku, Allah SWT, menggema di waktu Subuh. Suaraku begitu nyaring
terdengar, begitulah rasa bahagianya ibu dan ayah melihatku untuk kali pertama
di dunia ini. Aku adalah manusia, ya… dan oleh sebab itu, aku lebih suka
disandingkan atau dinisbatkan apakah sikap atau perilaku kepada sesame manusia
daripada makhluk ataupun benda lain di dunia ini. Namun untuk filosofi… aku
bisa mengambil perumpamaan atas salah satu makhluk ciptaan Allah yang
mengagumkan… dia adalah ‘POHON’.
Pohon memang terlalu ‘general’, tapi aku lebih suka
menjelaskan mengenai pohon apabila harus lebih spesifik seperti apanya.
Mengapa? Karena semua pohon punya sifat yang sama… bertambah tinggi, bertambah
panjang, bertambah lebar, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan manusia,
termasuk aku dan manusia yang lain tentunya. Kita (manusia) dan pohon sama-sama
memiliki takdir, yakni tumbuh dan berkembang.
Pohon jati memang berbeda dengan pohon-pohon yang
lebih banyak dikenal dengan tanaman yang merambat, seperti semangka, labu,
umbi-umbian, dan lain sebagainya, hingga tanaman rumput. Tapi sebenarnya sama
dalam hal filsafat, yakni tumbuhan, jadi jangan ada pemisahan. Begitu pula
dengan manusia, yang dinilai Allah adalah ketaqwaan pada-Nya, Dia Yang Maha
Besar tidak melihat perbedaan genre, laki-laki dan perempuan, kecuali agama
yang menentukan Allah akan menilai tingkat ketaqwaan manusia kepada-Nya.
Sekarang, kita sempitkan pembahasan pada pohon.
Pohon memiliki bagian yang luar biasa dan memiliki kesinambungan dengan
manusia. Ada daun, buah, batang, akar, ranting dan lain sebagainya. Daun
memiliki alat bantu berupa klorofil, zat hijau daun, dibantu organ-organ yang
lainnya menghasilkan oksigen ketika sang mentari bersinar. Akarnya menghujam
kuat menembus batas tanah hingga membantu proses pelapukan batuan, buahnya yang
memberikan manfaat untuk manusia, ranting dan batangnya bisa digunakan untuk
pembakaran di musim dingin serta membantu proses membangun bangunan seperti
rumah, masjid, sekolah, kantor dan lain sebagainya. Dan Insya Allah semua
bagian pohon bermanfaat baginya maupun manusia seperti kita, bahkan hewan pun
mengambil manfaat atas keberadaan, termasuk para benalu.
Itulah aku, yang apa-adanya serta berusaha untuk
terus memberikan manfaat seperti pohon. Pohon memiliki kecenderungan untuk
tumbuh mengikuti cahaya, makanya tidak heran jika tiba-tiba saat kita
jalan-jalan menemukan pohon yang berbelok batangnya mengikuti arah matahari
terbit. Akupun sama, memiliki kecenderungan untuk terus berada dalam
cahaya-Nya. Akarnya yang kuat menyiratkan prinsip, bahwasanya setiap perbuatan
yang aku kerjakan harus memiliki makna serta kejelasan akibatnya. Buahnya yang
segar dan manis, meskipun tidak semuanya, adalah hasil perpaduan antara
akar-batang-ranting-daun. Begitu pula denganku, apa yang nampak adalah
perpaduan antara prinsip (iman)-kesehatan-amal-ikhlas, yang menjadi pedoman
hidup atas apa yang Allah anugerahkan kepadaku.
Setiap bagian pohon adalah manfaat, maka… akupun harus
sama memberikan manfaat atas segala bagian tubuh yang Allah anugerahkan
kepadaku. Karena sebaik-baik manusia,
adalah mereka yang memberikan manfaat bagi sesamanya. Sebaik-baik manfaat
adalah ilmu, sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang mendekatkanmu dengan Tuhan Sang
Pencipta.