Jumat, 13 Mei 2016

Menuju Cahaya

Maka bersemayamlah dalam hati
Dimana jiwa tertambat bersama keteguhan
Ada banyak kata terangkum indah. Menambah kekuatan. Merenyuhkan keangkuhan. Mematikan kekakuan. Membuka sekian banyak pintu keputusan. Ya. Dimana cahaya itu menggerakkan seluruh tubuh menuju sumbernya.

Maka tersadarkanlah mata hati
Menyaksikan tanda-tanda dari kalimat suci
Membuka seluruh cakrawala senja
Menyibak tabir kegelapan malam
Semakin mencerahkan cahaya mentari yang benderang
Sejelas-jelasnya risalah
Sekokoh-kokohnya batu karang
Menembus seluruh batas waktu sejak zaman Nabi Adam as.
Akhirnya, jiwa menundukkan dalam keteduhan. Dan hati terpaut pada kalimat-kalimat-Nya. Tiada lagi berkelindan. Terbaurkan. Tidak lagi. Terjauhkan. Bukan waktunya lagi. Ah, banyak sekali kisah keteladanan yang memancarkan cahaya serta menggerakkan.

Maka biarlah bibir ini basah dalam lantunan Dzikrullah...
Dzikrullah... Dzikrullah... Dzikrullah...
Ah, mungkin waktu akan terus mengajarkan
Karena dzikir ternyata tak semua mampu memberikan cahaya pada hati
Hijab...? Mungkin saja.

Selasa, 10 Mei 2016

Dibawah Naungan Cinta - 3

Kali ini, salah satu bait puisi yang hendak kusampaikan. Bukan puisi cinta biasa, karena ia adalah bisikan yang menggugah jiwa. Dan bahwasanya cinta pada-Nya, menunjukkan diri ke arah kebaikan. Dan cinta-Nya, menjaga hamba dari banyak keburukan.

Kepada diriku aku berkata
Antara terang dan gelap tidaklah sama
Camkan! Semua manusia niscaya binasa
Jaga dirimu dari hawa nafsu dan segala cela
Camkan! Itu adalah pintu menuju binasa
Di permulaan ia tawarkan kenikmatan
Sesungguhnya hina dan sesal yang kau dapatkan
Segala kesenangan pastilah berujung kematian
Walau dua kali lipat usia Nuh bin Lamik diberikan

Hidup di negeri fana janganlah terlena
Maut terus ingatkan kita niscaya binasa
Yang tunduk perintah 'Azza Wa Jalla
Ikuti akal, singkirkan hawa nafsu pula
Kan ia raih kemenangan di sisi-Nya, niscaya
Ia kan dapatkan segala nikmat swargaloka
Yang paham hakikat perintah 'Azza Wa Jalla
Kan lihat keelokan yang tak dimiliki siapa saja

Yang mengenal-Nya niscaya tak menentang-Nya
Walau segala kuasa dan tahta menggodanya
Jalan takwa dan ibadah adalah jalan termulia
Hanya pejalan terbaik yang menempuhnya
Selain di jalan kebenaran tak ada yang lebih mulia

Yang tak sanggup kendalikan dirinya
Tak kan raih nikmat akhirat dan hidup mulia
Mulia nian mereka yang jadi panutan
Karena punya kelakukan mulia dan segala kesucian
Yang sukses meredam gejolak nafsu
Kemuliaan dan ketentraman menyertainya selalu
Hidup dan mati yang dicita-citakan mereka dapatkan
Kemenangan hakiki teraih di negeri keabadian

Nafsu yang tawarkan kenikmatan mereka tentang
Melihat cahaya menyapu segala kegelapan
Kalau saja jasad mereka tak punya
Niscaya kau sangka ia malaikat belaka
Tuhan, dahulukan dan limpahi keshalehan mereka
Anugerahi dan berkati mereka semua
Duhai jiwa, siap dan berjuanglah sepenuh nyawa
Janganlah kau bosan raih kenikmatan sesungguhnya

Bila jerihmu kau luluh-lantahkan dengan nafsu
Kebenaran telah kau langgar, sungguh kau tahu itu
Ajaran-Nya telah Ia jelaskan pada manusia
Penjelasan-Nya lebih terang dari bintang di angkasa
Duhai jiwa, berusahalah sekuat tenaga
Tekadmu, tajamkanlah setajam pedang tertajam di dunia

Bila manusia renungkan wujud sejatinya
Ia kan tahu hidup bukan untuk bahan tertawa

(Ibnu Hazm El Andalusy)

Sabtu, 07 Mei 2016

Dibawah Naungan Cinta - 2

Dalam kesempatan berbeda, aku kembali bersajak:

Air mata cinta mengalir sudah
Dan tabir kasih tersingkap indah
Hatimu seumpama kucing saja
Gesit menerkam kala melihat mangsa

Duhai sahabatku, luapkan saja perasaan cintamu
Sungguh, pendapatku tentang cinta tak berbeda denganmu
Sampai kapan kan kau sembunyikan
Tak kan kutinggalkan kau sendirian

Peristiwa seperti itu, hanya terjadi pada orang berusaha mati-matian dalam menyembunyikan perasaan cinta yang menderanya. Ya, hanya terjadi pada orang yang berusaha menyingkirkan cinta dari dalam jiwanya. Sungguh, sekeras apapun dia berusaha. Ia takkan bisa melepaskan jaring cinta yang telah menjeratnya. Sia-sia saja. Ia hanya akan terkurung diantara dua kobaran api : api cinta dan api derita.

Mungkin seseorang menyembunyikan cinta dengan tujuan untuk menjaga keutuhan cintanya kepada sang kekasih. Jika karena alasan ini, berarti ia merupakan seorang pencinta yang setia dan memiliki sifat yang terpuji. Beberapa bait puisiku berujar tentang hal ini:

Mereka tahu aku ini pemuda yang dilanda cinta
Tapi kusembunyikan segala rahasia cinta
Kecuali pada mereka yang tahu keadaanku sepenuhnya

Bagi mereka yang tak tahu diriku sebenarnya
Cukuplah mereka tahu aku sedang mencinta
Seumpama garis yang terlihat nyata
Namun mereka tak perlu tahu hakikat guratannya
Atau seumpama suara perkutut yang indah suaranya
Tapi tak bisa dipahami hakikat maknanya

Mereka berkata,
Demi Allah, cintamu bukanlah racun binasa
Ia adalah hajat mulia
Amboi, cinta itu bukan perangai orang gila
Melainkan mutiara yang bikin orang tergila-gila
Selamanya, mereka tergetar dalam syakwa
Syakwa yang terputus atau terputusnya syakwa

Mengenai cinta yang dirahasiakan, akupun memiliki puisi yang lain:

Untuk rahasia cinta, telah kusiapkan tempatnya
Kala ada orang yang mengetahuinya, aduhai betapa sedihnya
Tersingkapnya rahasia cinta seumpama diserang kematian
Kala rahasianya utuh terjaga, kebahagiaan
Sungguh tak terlukiskan

Namun, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tetaplah yang utama. Cinta kita kepada kedua orang tua adalah perbuatan mulia. Cinta yang terjaga dalam koridor adalah kebahagiaan sejati. Ia tak meledak, namun melembutkan hati. Karena cinta yang besar kepada-Nya melahirkan kebaikan. Sebagaimana cinta-Nya kepada segenap makhluk membawa keteduhan.

Referensi : Dibawah Naungan Cinta (Ibnu Hazm El Andalusy)

Jumat, 06 Mei 2016

Dibawah Naungan Cinta - 1

Namun, jikalau kautemukan ada orang yang tak membalas cinta seseorang yang mencintainya, sesungguhnya hal itu terjadi lantaran jiwa orang itu tertutupi tabiat-tabiat dan sifat-sifat keduniaan. Jiwanya tak dapat merasakan ketersambungan getaran cinta yang disampaikan oleh jiwa orang yang mencintainya. Kalau saja, segala tabir penutup itu sirna, niscaya jiwa keduanya akan tersambung. Cinta mereka akan terjalin dalam kadar derajat dan kekuatan yang sama.

Tatkala hal itu terjadi, segenap perhatian, cinta dan kasih sayangnya akan tercurah pada sang kekasih tercinta. Ia curahkan segalanya dengan kesadaran penuh akan adanya "sesuatu" yang mempersatukan jiwanya dengan jiwa sang kekasih tercinta. Kala terpisah, ia akan mencarinya, mendatanginya dan merindukan pertemuan dengannya. Kalau bisa, tak perlulah ada perpisahan. Ia ingin selalu menempel di samping sang kekasih tercinta, seumpama magnet yang terus menempel pada besi.

Atau seumpama api yang terkurung. Kekuatan api untuk bertemu dan bersatu dengan api-api lainnya tak kan terjadi, kecuali ia dilepaskan dari kurungannya. Dua kobaran api, meskipun berdekatan, ia takkan bersatu manakal ada tabir penghalang yang tidak dapat ditembus oleh keduanya.

Banyak dalil yang bisa kukemukakan untuk mendukung pernyataan diatas. Diantaranya, bukankah engkau tak akan menemukan dua orang yang saling mencintai kecuali diantara keduanya terdapat kesamaan tabiat dan kecocokan sifat-sifat alamiah. Pasti ada kesamaan diantara keduanya meskipun sedikit. Semakin banyak kesamaan, semakin besar pula daya tarik diantara keduanya. Semakin banyak kecocokan, semakin kuat pula cinta yang terjalin diantara keduanya.

Diambil dari buku "Dibawah Naungan Cinta" karya Ibnu Hazm El Andalusy.

"Akan ada sesuatu yang sama meski sebelumnya tak banyak mengenal, karena dua jiwa akan bersatu setelah menemukan bait-bait kemiripan atau kesamaan yang semakin menguatkan ikatan. Terlebih, jalinan atas dasar iman itu menjadi awalnya." (Anonim, 2016)