Kamis, 15 September 2016

Warna Kehidupan

Melengganglah
Seumpama gumpalan awan yang tak terusik laju angin
Setenang aliran sungai yang mendekati muara
Dalam keteduhan wangi bunga perjalanan menuju takdir kehidupan
Berlarilah
Seirama arah mata angin
Mengantarkan jiwa-jiwa kedalam titik pusat pertemuan
Penghentian laju
Terpatri dalam pahatan tak terhapus lagi lapuk

Semua tertata dalam bayang
Mengiringi ribuan bahkan jutaan langkah ke belakang
Teruskanlah
Mengiringi setiap masa tanpa perasaan senja
Pagi terus menyingsing
Tak henti meski selalu ada jeda
Perjuangkanlah
Seumpama hari esok bukanlah milikmu kembali

Lalu
Sekilat lintasan pikiran
Melaju bagai badai pasir
Kembalilah
Meniti setiap goresan tinta bernama waktu
Mempelajari aliran darah dalam irama seragam desah nafas
Memastikan kekuatan hati
Menjaga kekuatan hati
Membersihkan kekuatan hati
Memantapkan kekuatan hati

Cinta yang tumbuh itu
Kemaslah dengan baik
Menjaganya dengan ruang lingkup kebaikan
Cinta yang bermekaran itu biarlah abadi dalam rasa keindahan
Merengkuh dengan jiwa yang tak terlalaikan
Melapisinya dengan jalinan iman agar tak berkarat lagi merapuh

**********

"Ketika ada orang bicara mengenai Anda di belakang, itu adalah tanda bahwa Anda sudah ada di depan mereka.

Saat orang bicara merendahkan diri Anda, itu adalah tanda bahwa Anda sudah berada di tempat yang lebih tinggi dari mereka.

Saat orang bicara dengan nada iri mengenai Anda, itu adalah tanda bahwa Anda sudah jauh lebih baik dari mereka.

Saat orang bicara buruk mengenai Anda, padahal Anda tidak pernah mengusik kehidupan mereka, itu adalah tanda bahwa kehidupan Anda sebenarnya lebih indah dari mereka.

"Payung tidak dapat menghentikan hujan tapi membuat Anda bisa berjalan menembus hujan untuk mencapai Tujuan".

Orang pintar bisa gagal, orang hebat bisa jatuh, tapi orang yang rendah hati dalam segala hal akan selalu mendapat jalann untuk menempatkan diri dengan seimbang karena kokohnya pijakannya.

Semoga bermanfaat & selamat beraktivitas yg berguna bagi orang banyak!!!"

Senin, 05 September 2016

Titik Persimpangan

"Waktu yang kau taklukkan, atau kau yang dikalahkan oleh waktu?!"

Kalimat yang selalu relevan, terus terjaga sepanjang zaman, tak lekang oleh waktu. Selalu beri ruang untuk tekad terus membuncah, harapan terjaga dan mimpi terus diperjuangkan. Jangan biarkan sedikitpun celah bernama keraguan itu membisikkan kelemahan diri serta ketidak-mampuan hati dan raga dalam bait keselarasan. Teruslah berjuang!

Ya, setiap apapun yang kita kerjakan akan selalu ada lidah tak terjaga. Abaikan... abaikan... abaikan...!!! Selama tidak ada aturan yang dilanggar, selama kebaikan dan kebajikan adalah tujuan... selama akhlak yang baik adalah sarana untuk digunakan... teruskanlah. Boleh jadi, itu menjadi sebab hadirnya cahaya hidayah dari-Nya, semangat menjaga kebaikan serta mengikuti kebaikan. Karena dakwah adalah juga keteladanan.

Seruan kebaikan adalah juga yang mengutamakan akhlak, tak melulu soal dalil yang menjadi pijakan (dalil yang bisa dipertanggung-jawabkan keshahihan serta kebenaran tafsir tentunya). Ya, semua itu bisa tetap memunculkan celah untuk lisan tak terjaga. Bersabarlah... iringi dengan do'a, mudah-mudahan Dia Yang Maha Membolak-balikkan Hati memberi jalan dan menjaga keistiqomahan kita dalam jalan kebaikan.

Lalu, soal mimpi, harapan... biarkan mereka berceloteh tentang apapun. Baik kau tahu ataupun sengaja Dia hijab agar hatimu terjaga. Teruslah memperjuangkan, karena kita tidak pernah tahu akhir dari perjuangan akan seperti apa. Optimislah... terjaga kedekatan hati dengan-Nya... berdo'alah di waktu-waktu mustajab... yakinlah akan takdir terbaik dari-Nya.

"Qad aflahaa manzakkaaha waqad khaabaman dastsaaha..." (As-Syams : 6-7)

"Wa 'ashr... innal insaanalafii khusr..." (Al-'Ashr : 1-2)

Jumat, 02 September 2016

Jangan Sakiti Hatimu

Ustadz Isham Athar dalam kitab 'Azmah Ruhiyah (Krisis Ruhani) menasihatkan, "Apabila hati seorang muslim kosong dari iman akan sirna pula pengaruhnya. Islam lenyap dari kehidupannya. Pada akhirnya tiada lagi amal yang dipersembahkan untuk-Nya. Laksana sebatang pohon yang kering akarnya, habis sumber kehidupan dan pertumbuhannya, serta rapuh dasar pijaknya. Akhirnya ia layu dan mati. Berubahlah menjadi kayu bakar yang kering dan tidak bisa dimanfaatkan kecuali untuk kayu bakar.

Apabila cahaya iman telah redup di hati, hubungan dengan Rabbnya mulai lemah, dan tali ikatannya mulai kendur, mulailah jiwanya cenderung pada harta dunia dengan wujud cinta dan kesungguhan untuk meraihnya. Ketika itu, layulah pohon Islam pada kehidupannya dan jadilah sebuah patung tak bergerak. Tiada kehangatan didalamnya, dan tiada pula ruh dan semangat. Ia kembali dengan derajat terendah yang tidak mampu bangkit kembali serta tidak lagi punya barometer nilai yang layak untuk mengukurnya...,"

Jangan kau sakiti hatimu dengan keburukan. Jangan pula kau sakiti hatimu dengan pesona duniawi yang menipumu. Bila tak hati-hati menahan kuatnya tarikan dunia, akan membawa wanita kita menjerumuskan diri.

Jangan sakiti hatimu. Kita mesti mendidik diri agar hati harmoni karena selalu dilandasi cinta dan tsiqah, rasa saling percaya, bukan rasa saling curiga. Cinta yang memunculkan ketaatan asli. Ketaatan murni mengharap ridha Allah. Jika cinta dan ketaatan menyatu lahirlah percaya (tsiqah). Tenang dalam keimanan. Senang dalam kepercayaan.

Berjamaah di jalan dakwah seperti berkeluarga. Kita tidak saling mengharap kesempurnaan dari pasangan kita, namun saling melengkapi dan menyempurnakan meski masing-masing dalam keterbatasan.

Alhamdulillah. Sesungguhnya ketaatan itu bisa mendatangkan kekuatan badan, ketampanan di wajah dan kecintaan pada diri makhluk.

Belajar menginspirasi tanpa menggurui. Memberi keteladanan bukan memaksakan. Mengajak bukan mengejek. Mendidik diri, menata potensi, meniti hari agar selalu happy full prestasi. Orang lain bisa mencaci kita, memaki kita, memfitnah kita, membenci kita, mendengki kita, namun mereka tidak akan mampu melawan do'a-do'a kita.

Sumber : Back To Tarbiyah, Solikhin Abu Izzudin.

Kelalaian adalah petaka
Seumpama jarum yang menusuk seluruh telapak kaki saat menapaki perjalanan
Dunia bisa menjadi kesenangan yang melenakan
Namun juga sarana pengabdian agar kekal bahagia di alam kehidupan sana
Hati adalah kunci
Hati adalah penjagaan
Hati adalah kekuatan
Maka dengan melalaikan kekuatannya ia akan melemahkan seluruh badan
Maka dengan menyakitinya, pupus sudah kesempatan semakin melejitkan daya juang

Lalu...
Mau sampai kapan...?
Jika dunia mampu mengarahkanmu pada akhirat, maka jagalah hatimu.
Namun, ia bisa menghancurkan.

Bandung, 2 September 2016.

Kamis, 01 September 2016

Jalan Lurus

"Ringkasan Hasil Pembacaan Tafsir Badiuzzaman Said Nursi Tentang ash-Shiraath al-Mustaqiim"

Di antara karakteristik agama Islam adalah sikap pertengahan. Pertengahan dalam aspek manapun. Ia tidak condong ke kanan atau ke kiri. Tetapi tengah-tengah. Ia tengah-tengah antara asketik Nasrani dan pragmatisme Yahudi. Tengah-tengah antara ifrâth (sikap berlebihan/excess) dan tafrîth (sikap melalaikan/deficiency). Sikap tengah-tengah yang tidak ke kiri dan ke kanan ini juga selalu lurus seperti jalan yang lurus. Oleh karenanya Islam juga identik dengan ungkapan "Jalan Lurus".

Mengenai "Jalan Lurus" atau ash-Shirâth al-Mustaqîm, Syaikh Said Nursi pernah menerangkannya dalam Isyârâtul-I'jâz karyanya.

Beliau berkata:

Perlu Anda ketahui, jalan lurus adalah keadian yang merupakan rangkuman hikmah (kebijaksanaan), 'iffah (menjaga harga diri), dan syajâ'ah (keberanian). Tiga hal ini adalah sikap tengah-tengah pada masing-masing dari tiga daya dalam diri manusia.

Jelasnya, Allah swt. ketika meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia yang selalu berubah, membutuhkan dan berpotensi binasa, Dia meletakkan tiga daya ke dalamnya demi kelanggengannya.

1. Daya nafsu kebinatangan, untuk memperoleh manfaat;

2. Daya emosional kebuasan, untuk menolak bahaya;

3. Daya intelektual kemalaikatan, untuk membedakan baik dan buruk.

Tetapi Allah dengan kebijaksanaan-Nya yang memberi kesempurnaan manusia melalui rahasia kompetisi (dalam beramal), tidak memberikan batasan bagi daya-daya tersebut saat pertama kali menciptakan manusia, seperti pembatasan daya pada makhluk hidup lain. Batasan-batasan tersebut disebutkan dalam Syariat untuk mencegah ifrâth dan tafrîth, dan memerintahkan bersikap pertengahan.

Prinsip ini besumber pada firman-Nya, 'Maka bersikap luruslah seperti yang diperintahkan kepadamu' (QS. Hûd: 112)

Ketiadaan pembatasan daya-daya tersebut saat penciptaan manusia, menghasilkan tiga level. Yaitu level pengurangan atau tafrîth, level penambahan atau ifrâth, dan level pertengahan atau keadilan.

Pengurangan pada daya intelektual akan melahirkan kebodohan dan kedunguan. Sedangkan penambahannya melahirkan kelicikan yang menipu dan bertele-tele dalam hal-hal remeh. Adapun pertengahannya adalah kebijaksanaan. Allah berfirman, 'Siapa yang diberikan kebijaksanaan, dia telah diberikan kebaikan yang banyak....'"

Beliau lalu menjelaskan daya nafsu kebinatangan:

"Pengurangan daya nafsu kebinatangan melahirkan hilangnya semangat dan hilangnya hasrat mendapatkan sesuatu. Penambahannya menyebabkan kejahatan, yakni rakus terhadap apapun yang ditemui, entah halal atau haram. Pertengahannya menumbuhkan sikap menjaga diri ('iffah), yakni mengambil yang halal dan menghindari yang haram. Selanjutnya silahkan dengan kaidah pokok ini takar setiap cabangnya, seperti dalam hal makan, minum, berpakaian dan lain-lain."

Tentang daya emosional, beliau berkata:

"Pengurangan daya emosional melahirkan sifat pengecut, yakni ketakutan terhadap hal yang tidak patut ditakuti, dan prasangka. Penambahannya memunculkan sikap nekat yang menyebabkan kecerobohan, kesewenang-wenangan, dan kelaliman. Sedangkan pertengahannya menumbuhkan keberanian, yakni mencurahkan jiwa dengan penuh cinta dan rindu (kepada Allah) untuk melindungi harga diri Islam dan meninggikan kalimat tauhid. Selanjutnya dengan kaidah pokok ini silahkan Anda mengukur cabang-cabangnya."

Kemudian beliau menutup pembahasan tiga daya ini dengan menjelaskan bahwa enam sisi yang disebutkan tadi (3 tafrîth: kebodohan, hilangnya semangat dan sifat pengecut; 3 ifrâth: kelicikan, kerakusan dan kenekatan) adalah kezaliman. Sedangkan 3 sikap tengah (kebijaksanaan, 'iffah dan keberanian) adalah keadilan yang merupakan jalan lurus dan merupakan pengamalan firman Allah, "Maka bersikap luruslah seperti yang diperintahkan kepadamu" (QS. Hûd: 112).

Syaikh Said berkata, "Siapa yang meniti jalan ini, dia berjalan di atas jalan yang terbentang di atas jurang neraka."

Bisa jadi maksudnya, berjalan di atas jalan tersebut akan membutuhkan perjuangan dan kehati-hatian. Jika melenceng ke kanan atau ke kiri, bisa-bisa akan terjatuh ke jurang tersebut.

Wallâhu a'lam.

Note : catatan dari seorang ikhwan dengan sedikit perubahan dan penyesuaian.

Senin, 11 Juli 2016

GRIYA CANTIK WEDDING ORGANIZER

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin niscaya Allah akan memampukan mereka (menjadikan mereka kaya) dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur : 32)

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An-Nisaa' : 1)

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhari-Muslim)

"Jika seorang hamba menikah, maka sesungguhnya separuh agamanya telah sempurna. Oleh karena itu, hendaknya dia bertakwa kepada Allah pada separuh agama sisanya." (HR. Baihaqi)

     Menikah melaksanakan perintah-Nya, mengikuti sunnah Nabi saw dengan banyak keutamaan serta kemuliaannya. Menikah tak hanya menggabungkan dua hati, tapi juga dua keluarga besar yang sebelumnya belum saling mengenal dengan baik. Pernikahan menghimpun dua kebaikan, dua sisi yang saling menguatkan dari kelebihan serta kekurangan. Dan juga, menikah membuka banyak pintu rezeki atas izin-Nya apabila diawali niat yang benar, Insya Allah.

       Kami, GRIYA CANTIK SALON, menawarkan kepada sahabat sekalian yang hendak menjalankan salah satu ibadah yang dianjurkan (pernikahan) yakni "Paket Walimathul 'Ursy", Pesta Pernikahan yang meliputi :
1. Tata Rias dan Tata Busana Pengantin (Dengan/Tanpa Hijab)
2. Wedding Organizer
3. Catering
4. Dekorasi
5. Konsultan Pra Wedding


         Kami Insya Allah siap melayani konsep Pesta Pernikahan, Tradisional atau Modern, dengan adat Jawa, Sunda, Melayu, dll. Termasuk Pesta dengan gaya Asia, Barat, Eropa dan Timur Tengah. Selain itu, kami juga melayani untuk acara Khitanan, Rosulan, 7 Bulanan dan Berbagai Pesta Adat Lainnya. Sesuai dengan tagline kami;
"Kami ada untuk Sahabat. Kepuasan Sahabat adalah Kebahagiaan Kami. Jadikan momen di hari spesial Sahabat menjadi hal yang tak pernah terlupakan."  

Berikut ini adalah beberapa "Paket" yang kami tawarkan :
1. Paket Hemat A
Fasilitas yang akan diterima Sahabat berupa Dekorasi Bunga Plastik, Perlengkapan Prasmanan, Tenda 2 set + 100 Kursi, Lampu + Diesel dan Foto + Video Shooting (1 kaset). Untuk paket ini Sahabat cukup merogoh kocek Rp 6.000.000,-

2. Paket Hemat B
Fasilitas yang akan diterima Sahabat berupa Dekorasi Bunga Hidup, Perlengkapan Prasmanan, Tenda 2 set + 100 kursi lapis kain, Lampu + Diesel dan Foto + Video Shooting (1 kaset). Dengan biaya sebesar Rp 7.000.000,-

3. Paket Eksklusif 1
Fasilitas sama dengan Paket Hemat dengan tambahan Tenda 3 set + karpet lantai. Biaya untuk paket ini sebesar Rp 10.000.000,-

4. Paket Eksklusif 2
Dengan biaya sebesar Rp 15.000.000,-, Sahabat akan memperoleh fasilitas tambahan berupa Karpet Lantai + Foto Pra-Wedding

5. Paket Eksklusif 3
Fasilitas Tambahan berupa Karpet Lantai + Foto Pra- Wedding 2, dengan total biaya Rp 20.000.000,-

6. Paket Eksklusif 4
Fasilitas Tambahan berupa Bonus Foto Box, dengan total biaya Rp 25.000.000,-

7. Paket Eksklusif 5
Fasilitas Tambahan berupa Bonus 2 setel Kebaya, dengan total biaya Rp 30.000.000,-

8. Paket Eksklusif 6
Fasilitas Tambahan berupa Hiburan Musik, dengan total biaya Rp 35.000.000,-

Catatan : Harga diatas sewaktu-waktu bisa berubah.

      Tunggu apa lagi, Kepuasan Sahabat adalah Kebahagiaan Kami, Insya Allah kami akan melayani Sahabat dengan pelayanan yang memuaskan.

Griya Cantik Salon
Alamat : Jalan Raya Widasari No. 16 Indramayu

Cabang kami di wilayah Karangampel (Indramayu)
Alamat : Jalan Raya Selatan Karangampel Gang Hj. Sarinten (Pinggir Kali) RT 23/ RW 05, Desa Karangampel Kidul Kabupaten Indramayu. HP : 087710434372 (Mbak Eva)



 Contoh Foto Pelaminan



Contoh Foto Kostum (Busana Pengantin) dan Acara Walimathul 'Ursy

Jumat, 13 Mei 2016

Menuju Cahaya

Maka bersemayamlah dalam hati
Dimana jiwa tertambat bersama keteguhan
Ada banyak kata terangkum indah. Menambah kekuatan. Merenyuhkan keangkuhan. Mematikan kekakuan. Membuka sekian banyak pintu keputusan. Ya. Dimana cahaya itu menggerakkan seluruh tubuh menuju sumbernya.

Maka tersadarkanlah mata hati
Menyaksikan tanda-tanda dari kalimat suci
Membuka seluruh cakrawala senja
Menyibak tabir kegelapan malam
Semakin mencerahkan cahaya mentari yang benderang
Sejelas-jelasnya risalah
Sekokoh-kokohnya batu karang
Menembus seluruh batas waktu sejak zaman Nabi Adam as.
Akhirnya, jiwa menundukkan dalam keteduhan. Dan hati terpaut pada kalimat-kalimat-Nya. Tiada lagi berkelindan. Terbaurkan. Tidak lagi. Terjauhkan. Bukan waktunya lagi. Ah, banyak sekali kisah keteladanan yang memancarkan cahaya serta menggerakkan.

Maka biarlah bibir ini basah dalam lantunan Dzikrullah...
Dzikrullah... Dzikrullah... Dzikrullah...
Ah, mungkin waktu akan terus mengajarkan
Karena dzikir ternyata tak semua mampu memberikan cahaya pada hati
Hijab...? Mungkin saja.

Selasa, 10 Mei 2016

Dibawah Naungan Cinta - 3

Kali ini, salah satu bait puisi yang hendak kusampaikan. Bukan puisi cinta biasa, karena ia adalah bisikan yang menggugah jiwa. Dan bahwasanya cinta pada-Nya, menunjukkan diri ke arah kebaikan. Dan cinta-Nya, menjaga hamba dari banyak keburukan.

Kepada diriku aku berkata
Antara terang dan gelap tidaklah sama
Camkan! Semua manusia niscaya binasa
Jaga dirimu dari hawa nafsu dan segala cela
Camkan! Itu adalah pintu menuju binasa
Di permulaan ia tawarkan kenikmatan
Sesungguhnya hina dan sesal yang kau dapatkan
Segala kesenangan pastilah berujung kematian
Walau dua kali lipat usia Nuh bin Lamik diberikan

Hidup di negeri fana janganlah terlena
Maut terus ingatkan kita niscaya binasa
Yang tunduk perintah 'Azza Wa Jalla
Ikuti akal, singkirkan hawa nafsu pula
Kan ia raih kemenangan di sisi-Nya, niscaya
Ia kan dapatkan segala nikmat swargaloka
Yang paham hakikat perintah 'Azza Wa Jalla
Kan lihat keelokan yang tak dimiliki siapa saja

Yang mengenal-Nya niscaya tak menentang-Nya
Walau segala kuasa dan tahta menggodanya
Jalan takwa dan ibadah adalah jalan termulia
Hanya pejalan terbaik yang menempuhnya
Selain di jalan kebenaran tak ada yang lebih mulia

Yang tak sanggup kendalikan dirinya
Tak kan raih nikmat akhirat dan hidup mulia
Mulia nian mereka yang jadi panutan
Karena punya kelakukan mulia dan segala kesucian
Yang sukses meredam gejolak nafsu
Kemuliaan dan ketentraman menyertainya selalu
Hidup dan mati yang dicita-citakan mereka dapatkan
Kemenangan hakiki teraih di negeri keabadian

Nafsu yang tawarkan kenikmatan mereka tentang
Melihat cahaya menyapu segala kegelapan
Kalau saja jasad mereka tak punya
Niscaya kau sangka ia malaikat belaka
Tuhan, dahulukan dan limpahi keshalehan mereka
Anugerahi dan berkati mereka semua
Duhai jiwa, siap dan berjuanglah sepenuh nyawa
Janganlah kau bosan raih kenikmatan sesungguhnya

Bila jerihmu kau luluh-lantahkan dengan nafsu
Kebenaran telah kau langgar, sungguh kau tahu itu
Ajaran-Nya telah Ia jelaskan pada manusia
Penjelasan-Nya lebih terang dari bintang di angkasa
Duhai jiwa, berusahalah sekuat tenaga
Tekadmu, tajamkanlah setajam pedang tertajam di dunia

Bila manusia renungkan wujud sejatinya
Ia kan tahu hidup bukan untuk bahan tertawa

(Ibnu Hazm El Andalusy)

Sabtu, 07 Mei 2016

Dibawah Naungan Cinta - 2

Dalam kesempatan berbeda, aku kembali bersajak:

Air mata cinta mengalir sudah
Dan tabir kasih tersingkap indah
Hatimu seumpama kucing saja
Gesit menerkam kala melihat mangsa

Duhai sahabatku, luapkan saja perasaan cintamu
Sungguh, pendapatku tentang cinta tak berbeda denganmu
Sampai kapan kan kau sembunyikan
Tak kan kutinggalkan kau sendirian

Peristiwa seperti itu, hanya terjadi pada orang berusaha mati-matian dalam menyembunyikan perasaan cinta yang menderanya. Ya, hanya terjadi pada orang yang berusaha menyingkirkan cinta dari dalam jiwanya. Sungguh, sekeras apapun dia berusaha. Ia takkan bisa melepaskan jaring cinta yang telah menjeratnya. Sia-sia saja. Ia hanya akan terkurung diantara dua kobaran api : api cinta dan api derita.

Mungkin seseorang menyembunyikan cinta dengan tujuan untuk menjaga keutuhan cintanya kepada sang kekasih. Jika karena alasan ini, berarti ia merupakan seorang pencinta yang setia dan memiliki sifat yang terpuji. Beberapa bait puisiku berujar tentang hal ini:

Mereka tahu aku ini pemuda yang dilanda cinta
Tapi kusembunyikan segala rahasia cinta
Kecuali pada mereka yang tahu keadaanku sepenuhnya

Bagi mereka yang tak tahu diriku sebenarnya
Cukuplah mereka tahu aku sedang mencinta
Seumpama garis yang terlihat nyata
Namun mereka tak perlu tahu hakikat guratannya
Atau seumpama suara perkutut yang indah suaranya
Tapi tak bisa dipahami hakikat maknanya

Mereka berkata,
Demi Allah, cintamu bukanlah racun binasa
Ia adalah hajat mulia
Amboi, cinta itu bukan perangai orang gila
Melainkan mutiara yang bikin orang tergila-gila
Selamanya, mereka tergetar dalam syakwa
Syakwa yang terputus atau terputusnya syakwa

Mengenai cinta yang dirahasiakan, akupun memiliki puisi yang lain:

Untuk rahasia cinta, telah kusiapkan tempatnya
Kala ada orang yang mengetahuinya, aduhai betapa sedihnya
Tersingkapnya rahasia cinta seumpama diserang kematian
Kala rahasianya utuh terjaga, kebahagiaan
Sungguh tak terlukiskan

Namun, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tetaplah yang utama. Cinta kita kepada kedua orang tua adalah perbuatan mulia. Cinta yang terjaga dalam koridor adalah kebahagiaan sejati. Ia tak meledak, namun melembutkan hati. Karena cinta yang besar kepada-Nya melahirkan kebaikan. Sebagaimana cinta-Nya kepada segenap makhluk membawa keteduhan.

Referensi : Dibawah Naungan Cinta (Ibnu Hazm El Andalusy)

Jumat, 06 Mei 2016

Dibawah Naungan Cinta - 1

Namun, jikalau kautemukan ada orang yang tak membalas cinta seseorang yang mencintainya, sesungguhnya hal itu terjadi lantaran jiwa orang itu tertutupi tabiat-tabiat dan sifat-sifat keduniaan. Jiwanya tak dapat merasakan ketersambungan getaran cinta yang disampaikan oleh jiwa orang yang mencintainya. Kalau saja, segala tabir penutup itu sirna, niscaya jiwa keduanya akan tersambung. Cinta mereka akan terjalin dalam kadar derajat dan kekuatan yang sama.

Tatkala hal itu terjadi, segenap perhatian, cinta dan kasih sayangnya akan tercurah pada sang kekasih tercinta. Ia curahkan segalanya dengan kesadaran penuh akan adanya "sesuatu" yang mempersatukan jiwanya dengan jiwa sang kekasih tercinta. Kala terpisah, ia akan mencarinya, mendatanginya dan merindukan pertemuan dengannya. Kalau bisa, tak perlulah ada perpisahan. Ia ingin selalu menempel di samping sang kekasih tercinta, seumpama magnet yang terus menempel pada besi.

Atau seumpama api yang terkurung. Kekuatan api untuk bertemu dan bersatu dengan api-api lainnya tak kan terjadi, kecuali ia dilepaskan dari kurungannya. Dua kobaran api, meskipun berdekatan, ia takkan bersatu manakal ada tabir penghalang yang tidak dapat ditembus oleh keduanya.

Banyak dalil yang bisa kukemukakan untuk mendukung pernyataan diatas. Diantaranya, bukankah engkau tak akan menemukan dua orang yang saling mencintai kecuali diantara keduanya terdapat kesamaan tabiat dan kecocokan sifat-sifat alamiah. Pasti ada kesamaan diantara keduanya meskipun sedikit. Semakin banyak kesamaan, semakin besar pula daya tarik diantara keduanya. Semakin banyak kecocokan, semakin kuat pula cinta yang terjalin diantara keduanya.

Diambil dari buku "Dibawah Naungan Cinta" karya Ibnu Hazm El Andalusy.

"Akan ada sesuatu yang sama meski sebelumnya tak banyak mengenal, karena dua jiwa akan bersatu setelah menemukan bait-bait kemiripan atau kesamaan yang semakin menguatkan ikatan. Terlebih, jalinan atas dasar iman itu menjadi awalnya." (Anonim, 2016)

Rabu, 27 April 2016

Memaknai Teguran-Nya

Teguran dari-Nya bisa bermacam-macam, halus... bahkan keras sekalipun. Disitulah letak keadilan-Nya, sebagai ujian serta rahmat bagi siapapun yang mengikrarkan janji keimanan.

Bisa jadi... hilangnya sebagian hafalan Qur'an... terlambat tiba saat shalat berjamaah di masjid ketika ada kesempatan datang lebih awal... ataupun cara2 halus lain yang tiada kita sadari. Bahkan, bisa jadi dengan rasa sakit yang diderita (meski pada dasarnya itu bisa menggugurkan dosa2 kecil atas izin-Nya), menjauhnya sahabat yang dulu saling membantu dan menasehati dalam kebaikan-ketaqwaan, konflik, lambatnya rezeki... serta hantaman badai ujian lainnya.

Ya... kesemuanya itu butuh kepekaan. Salah satu pembukanya adalah dengan perbanyak istighfar, memohon ampun pada-Nya. Karena boleh jadi, kita sendiri penyebab terhijabnya diri atas segala keburukan yang menimpa dan membuat tak sadarkan diri (terlena oleh dunia). Kepekaan kita akan tanda2 kekuasaan-Nya hanya mampu dibuka, meski secara perlahan, dengan Dzikrullah. Oleh sebab itu, Nabi saw mengajarkan dzikir2 yang bisa dilantunkan pada waktu pagi dan petang.

Beruntunglah kita atas teguran-Nya lalu tersadar, melangkahkan kaki agar segera kembali pada-Nya. Beruntunglah kita masih diberi kesempatan mentaubati diri... memohon ampun... melantunkan bait do'a agar diselamatkan-Nya dari musibah dunia serta akhirat. Ah... kita memang perlu banyak belajar agar lebih peka. Dan teguran-Nya adalah salah satu cara agar hijab yang meneror hati kita terlepas, meski pada awalnya... terasa sulit.

#MakanMalam

Selasa, 26 April 2016

Ridha

Ya, ridha dengan apa yang Allah tetapkan... pilihkan... adalah sebenarnya menumbuhkan sakinah dalam hati kita, dan di waktu-waktu kedepannya pun kelak Allah jaga ketenangan bathin atas upaya hamba-Nya.

Tidak ada ruginya seorang yang melakukan istikharah dan musyawarah. Kita diajarkan Nabi saw tentang bagaimana membuat pilihan, merumuskan pilihan dan juga menerima setiap pilihan-Nya. Salah satunya adalah mengambil ibrah, pelajaran berharga, yang bahkan tidak semua orang mampu memperolehnya. Namun sakinah dalam hati hanya mampu terasa apabila diri telah ridha atas pilihan-Nya.

Ada banyak bait do'a yang diajarkan Nabi saw kepada kita, maka lantunkanlah agar menembus langit. Namun, bukanlah suatu halangan apabila kita menyampaikan permohonan dengan bahasa kita karena Allah Maha Mengetahui. Iringilah do'a2 kita dengan lafadz yang sudah Nabi saw ajarkan, serta memanfaatkan waktu2 mustajab terkabulnya do'a atas izin-Nya.

Lalu, teruslah ridha dengan apa yang Allah tetapkan untuk kita. Mungkin ada saja kepahitan, rasa sakit serta bahkan pilu yang menusuk dan hampir mematikan. Itulah hidup. Ya, barangkali memang akan berat pada awalnya. Tapi yakinilah... di ujung lorong gua yang gelap dan pengap niscaya kita akan menemukan setitik cahaya hingga bertemu jalan keluar. Dimana... salah satu ikhtiar menapaki jalan juang itu adalah ridha dengan apa yang Allah tetapkan meski tak sesuai dengan do'a dan ikhtiar yang telah dipanjatkan. Jika sudah ada tawakkal mengapa kita harus takut...? Sementara rizki dari-Nya yang lain masih kita nikmati dengan suka cita.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat'." (QS ; Ibrahim : 7)

#RidhasahabatSyukurdanSabar

Selasa, 22 Maret 2016

Inilah Kehidupan

Semua cara-Nya dalam mendidik para 'abid agar peka dengan tanda-tanda kebesaran-Nya tidak sama. Ada yang diuji lalu diberikan kesenangan karena ia mampu mempertahankan keimanan serta kedekatan hubungan dengan-Nya. Ada pula yang harus melalui rangkaian panjang, pematang perjalanan kisah Nabi Ayyub as., lalu diujung ada rona kebahagiaan karena keimanan yang terjaga.

Setiap muslim diuji dengan cara-Nya yang berbeda, bahkan dengan kesenangan, agar bermuara pada kesabaran dan kesyukuran atas segala nikmat atau bahkan kesusahan yang diberikan. Alih-alih untuk menambah ilmu, bahkan sebaiknya kita mengosongkan gelas diri dari segala rasa. Lalu biarlah dengan kehendak-Nya kita menerima segala rasa dengan lapang dada, bahkan sesulit apapun, raga dan jiwa kita sudah dipersatukan karena gelas diri kita kosong dari kepercayaan kepada selain-Nya. Ini adalah cara-Nya menempa mukmin, lalu 'abid berupaya menemukan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Apakah sulit...? Tidak... asalkan tidak mempersulit diri atau memperkeruh suasana. Bahkan, dalam perjalanan itu kita bisa dibantu dengan kehangatan ukhuwah yang saling menjaga, mengingatkan, menguatkan, meneduhkan. Ukhuwah dalam rangkaian do'a yang terus terjaga. Tapi meskipun demikian, ada saja riak-riak dari prasangka yang bermunculan. Buanglah rasa itu jauh-jauh, agar nuansa kebaikan itu terus terjaga dengan baik. Agar bisikan syaithan tak merusak hangatnya kebersamaan yang ada.

Lalu nikmatilah apa yang sedang Allah berikan kepada kita, apapun itu rasanya, karena bersama segenap pemberian-Nya kita hidup di dunia hingga kematian tiba.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (Ali Imran : 190-191)

"Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?" (Al Ankabut : 2)

Maka, bersiap dirilah agar tidak gagal dalam merencanakan yang kelak membuahkan merencanakan kegagalan.

#SarapanPagi

Senin, 21 Maret 2016

Sajak Persimpangan

Pasti
Ini tak hanya tentang kematian
Jodoh...?
Bukan...
Selalu ada hal lain
Banyak
Hingga bermuara pada satu kenyataan
Karena ini semua tentang keyakinan

Kadang mengharu-biru
Lalu lambat laut mengeja banyak waktu
Melewati batas senja
Menembus tembok segala jenis kekhawatiran
Karena kenyataan tentang keyakinan ada ilmu didalamnya
Maka biarlah kita bertemu dalam batas waktu-Nya

Takdir itu mengeja makna. Menuntut kesiapan, apapun kondisi kita saat ini. Takdir itu mengajarkan tentang hidup. Apapun ilmunya, selamilah maknanya. Karena takdir itu membawa bait-bait perjalanan yang tak pernah hilang sampai ajal menjelang. Titian maknanya terlampau jauh melebihi luasnya samudera. Bahkan, aku kira hampir seluas langit. Ah, biarlah kicauan tentang takdir ini mengajarkanku dan kita semuanya.

Pada titik persimpangan
Dimana syair keyakinan dan keraguan berpadu
Maka selamilah makna hidup yang sebenarnya
Allah sedang mengajarkan kita
Dia Yang Maha Pengasih terus mendidik kita
Bahwa hidup adalah merangkai bait perjuangan
Melalui tanda-tanda kebesaran-Nya

Masalahnya adalah...
Sudah sejauh mana kepekaan kita...?

Senin, 21 Maret 2016. Indramayu, tanah kelahiran, tanah dimana awal mula perjuangan dan ridha kedua orang tua diperoleh dan semoga... ridha-Nya pun berpadu.

Thanks Dad, you're always inspiring and remember me to keep strong and stay endure.

Thanks Mom... you're always kind and support my dream... my feeling... my choice... (Semoga do'amu yang menjadi perantara kehadiran seorang terbaik dari-Nya... ya... pilihan-Nya bagi putra pertamamu).

Senja Bukan Kelam

Bila waktu terus berlalu
Akankah kenikmatan menjadi kekuatan?
Tapi
Bukankah setiap berlalunya waktu adalah pelajaran?

Maka nikmat yang seperti apa dulu? Kawankah? Kebersamaan kah? Petualangan kah? Atau bait-bait sajak yang meneduhkan. Melambat lalu melambai dari setiap aliran darah, melalui arteri dan sisanya masuk ke vena. Lambat laun. Setiap rasanya menelisik jiwa dan mencoba menggugah banyak rasa.

Hei...
Ini tentang perjalanan waktu
Dan kita terus bergerak untuk mencapai batas senja
Hingga pada satu titik pertemuan
Kita membawa banyak kisah yang telah diperjuangkan

Senja bukan kelam
Dan tiap malam tak selamanya kita melihat bintang serta rembulan
Hei
Inilah jalan kita
Dan inilah kisah yang terukir
Meski selalu ada batas
Dan
Takdir adalah sesuatu yang harus dihadapi

Biar ukiran sejarah pada kanvas perjalanan hidup kita, menjadi kekuatan, ya. Menghadapi senja yang jadi batas antara keyakinan melawan kekhawatiran. Lalu yakinkanlah kekuatan hati. Karena disaat yang sama, ujian adalah kenikmatan tersendiri. Dari setiap batas waktu yang dilalui. Senja mengajarkan kita tentang makna persiapan.

Senja bukan kelam
Ya
Di batas waktu
Di persimpangan yang membuat kita berdiri
Lalu tersenyumlah
Agar kita mampu menikmati perjalanan yang akan dilalui

Indramayu, 21 Maret 2016. Hari Sastra Sedunia. Saat senja semakin datang, namun keyakinan akan takdir terbaik-Nya adalah sebuah kenikmatan.

Selasa, 08 Maret 2016

Keheningan

Barangkali kita memang butuh kepekaan
Ya...
Saat diri belum menyadari hati sedang terhijab
Saat diri belum memahami bahwa kesalahan itu baru saja dilakukan

Kita perlu berhenti sejenak
Menarik napas jauh lebih panjang
Lalu menghembuskannya secara perlahan
Barangkali memang benar kepekaan hati kita masih terbatas
Ya...
Dibatasi oleh ego dan prasangka
Mungkin saja kita belum semangat dalam berusaha

Lalu kita hendak kemana?
Mau apa...?
Saat yang dulu beriringan kini bertebaran bebas dengan minimnya kebajikan
Lalu dimanakah kita...?
Saat saudara seperjuangan yang dulu membersamai menjadi gundah lalu pergi
Saat yang membersamai kita masih ada namun kita seolah tak peduli

Kapan terakhir kita menyapa...?
Kapan pesan singkat itu terkirim...?
Kapan salam jarak jauh itu terucap...?
Masihkah ada do'a... adakah?
Lalu mau sampai kapan kepekaan pada diri itu hendak dihijab
Lalu dimanakah amal ibadah serta kesalehan yang terus dijaga...?
Dimanakah itu semua...?

Dan seberapa kuatkah prasangka itu...?

#SajakPagi
#Keheningan

Senin, 07 Maret 2016

Perindu Surga

Malam ini biarlah kami mengeja lubang atsmosfer
Mungkin dengannya kami mampu bertahan hidup
Karena kesenjaan adalah bukan suatu akhir
Lalu derap langkah adalah keyakinan
Maka biarlah hati kami berseru

Jiwa-jiwa ini pun tertambat
Mungkin ikatan melingkupi sedemikian eratnya
Selalu ada bait-bait kata hati dalam sujud
Lalu kami pun bangkit untuk kembali mengeja kata
Maka biarlah kami berjalan bersama peluh

Sampaikanlah...
Serukanlah...
Berjalanlah...

Dan tiada jeda bagi Tuhan mengajarkan kami
Meski kadang meluruhkan sendi
Lalu kami memilih untuk bangkit
Jiwa-jiwa kadang berpaling
Meski rerumputan selalu memaksa tumbuh
Barangkali cara Tuhan mengajarkan kami bertahan adalah seperti ini

Lalu biarlah barisan ini terus bertahan
Dan jeda demi jeda kata menjadi bait kiasan

Hingga malam semakin menggigit
Kami tetap ada disini
Kami menatap langit malam ini
Lalu jiwa kami berpadu
Lalu lantunan ayat surgawi semakin mengisi
Dan hati-hati kami semakin tertambat

Maka biarlah pelajaran tentang hidup membuat kami tertatih
Namun selalu ada akhir yang baik
Ada akhir yang jauh lebih baik
Lalu biarlah kami menjadi pemimpi
Karena memimpikan surga bukanlah larangan
Karena mengusahakannya membutuhkan energi tak terhingga
Meski selalu ada batas
Walau terkadang labirin menghalangi

Inilah kami
Ya...
Raga dan jiwa yang berpadu
Inilah kami
Ya...
Para perindu surga

Bandung, 7 Maret 2016. (Area Front Line Bintang Pelajar Cabang Tubagus Ismail Bandung)

Selasa, 01 Maret 2016

Selalu Ada Akhir Yang Baik

Kita memang tak pernah tahu sampai kapan kita harus berjuang, menjaga teroptimalkannya ikhtiar serta tetap optimis tentang hasil yang baik. Ya, kita belum bisa memastikannya.

Tapi Allah selalu memberikan kepastian bahwa apa yang kita perjuangkan tidaklah sia-sia. Ikhtiar kita bisa menjadi amal shaleh apabila diniatkan dengan baik dan melibatkan-Nya dalam langkah dan keputusan diambil. Ya, Allah tidak akan menyia-nyiakan upaya yang dilakukan hamba-Nya.

Kalaupun tak sesuai dengan keinginan, Allah sudah persiapkan ganti yang lebih baik bagi mereka yang ridha. Ya, bagi mereka yang menerima keputusan-Nya. Dan juga ikhtiar kita bernilai ibadah di sisi-Nya, dengan syarat yang terpenuhi, Insya Allah.

Lalu iringilah ikhtiar kita dengan do'a dan keyakinan. Petunjuk dari-Nya kadang memerlukan kepekaan kita setelah menjaga kontinuitas amal.

Maka apabila hasil ikhtiar kita sesuai keinginan, iringilah dengan tidak hanya syukur, tapi terus jaga kontinuitas amal2 saleh yang pernah dikerjakan sepanjang jalan ikhtiar. Karena ujian-Nya yang baru segera dimulai.

Jadikanlah dua kendaraan, sabar dan syukur, sebagai teman perjalanan hidup kita.

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah beriman' dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (Al-Ankabut : 2-3)

"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran." (Al-'Ashr : 1-3)

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim : 7)

Jumat, 26 Februari 2016

Hati Yang Terjaga

Ibnu Athaillah berkata, "Keadaan hati bagaikan atap rumah. Bila kau menyalakan api di dalam rumah, asapnya akan membumbung ke atap dan membuatnya hitam. Seperti itu pulalah api syahwat berkobar dalam tubuh, asap-asap dosa akan naik ke hati dan menghitamkannya."

Artinya, amal kebaikan akan melahirkan cahaya dalam hati, kekuatan pada tubuh, sinar pada wajah, kelapangan rezeki, serta kecintaan di hati makhluk. Sebaliknya, amal keburukan melahirkan kegelapan dalam hati, kelam pada wajah, kelemahan badan, merasa kekurangan dalam urusan rezeki, serta kebencian di hati makhluk.

Hal ini diperkuat sabda Nabi saw, "Jika seorang mukmin berbuat dosa, terdapat goresan hitam di hatinya. Jika bertobat, sadar, dan meminta ampunan, hatinya kembali bersih. Namun, jika dosanya bertambah maka bertambah pulalah goresan tersebut hingga mendominasi hati. Itulah hijab yang disebutkan oleh Allah, 'Sekali-kali tidak (demikian). Sebenarnya apa yang selalu merek kerjakan telah menutupi hati mereka' (Al-Muthaffifin : 14)." (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

Diriwayatkan dari Hudzaifah ibn al-Yaman ra., bahwa Rasulullah saw bersabda, "Fitnah dan ujian menyerang hati seperti jalinan tikar yang terangkai seutas demi seutas. Ketika hati menerima fitnah, goresan hitam melekat padanya. Sedangkan ketika hati tidak menerimanya, akan tergores titik-titik putih. Dengan demikian, hati terbagi menjadi dua macam. Pertama, hati yang putih bersih laksana pualam bening yang tidak ternodai fitnah selama bumi dan langit terbentang. Kedua, kalbu yang hitam legam dan cekung bagaikan gayung tertungkup sehingga ia tidak mengenal yang makruf dan tidak mengingkari yang mungkar, kecuali apa-apa yang diserap oleh hawa nafsunya." (HR. Muslim)

Jadi, maksiat akan mengotori dan menghitamkan hati. Sebaliknya, mengingkari maksiat dan bertobat darinya akan membersihkan dan memutihkan hati. Hati seperti itulah yang dipenuhi keimanan, kecintaan kepada Allah, dan rasa takut kepada-Nya.

Mari berupaya menjaga hati, menatanya dengan kebaikan serta amal, membersihkannya dengan taubat serta syukur. Dan menjaganya dari apa-apa yang semakin mengeruhkannya setelah Allah bersihkan dengan ketaqwaan.

"Diadaptasi dari buku 'Mengaji Tahul 'Arus' karya Ibnu Athaillah"

Rabu, 24 Februari 2016

Setiap Perjalanan Adalah Pembelajaran

Sudah cukup banyak petualangan yang dilalui, pelajaran yang diambil. Maka sepatutnya, semakin banyak pula ilmu itu memberi dan kebermanfaatan dalam hidup.

Jiwa petualang tidak akan pernah hilang, bahkan setelah memutuskan untuk menjalin pertalian. Karena mereka yang terbiasa berbagi kisah, perjalanan dan bahkan keteladanan banyak belajar dari fenomena hidup, interaksi sosial, forum-forum dan juga jelajah alam.

Alam secara tidak langsung mengajari kita tentang hidup, tak melulu Kitab Suci yang selalu kita baca setiap harinya. Dan hati semakin terpaut pada harapan dan keniscayaan, bahwa mereka yang mendidik dirinya dengan cara yang baik lagi bijak akan menjadi pribadi yang kuat, Insya Allah.

Pada akhirnya, kita akan menjadi generasi pembelajar. Ya, karena kehidupan yang masih dijalani dan kesempatan dari-Nya adalah agar menjadi pembelajaran berharga serta bekal di kehidupan yang abadi.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Al-Ashr 1-3)

Maka apabila hati ini sudah peka, maka ia akan mudah menerima. Jika jiwa hidup, maka semakin banyak pelajaran yang bisa diambil. InsyaAllah. Sudah sekian banyak waktu dilalui, semoga kebermanfaatan dan ilmu itu semakin bertambah. Dan teruslah berdo'a serta yakinilah bahwa Dia Yang Maha Pemberi akan terus membimbing kita lewat kedekatan hubungan dengan-Nya.

Teruslah memohon ampun, petunjuk, rahmat dan kasih sayang-Nya serta keluasan (kelapangan hati) agar semakin bertambah ilmu serta kebermanfaatannya bagi kehidupan.

Bandung, 25 Februari 2016 (16 Jumadil Awal 1437 H) 07:21 WIB.

Senin, 22 Februari 2016

Hijab Hati

Hijab di hati hanya membuat lupa diri, kurang pandai bersyukur, mudah berprasangka buruk, bahkan kelalaian dalam beribadah serta beramal.

Hijab di hati bisa kita sendiri yang menciptakannya, bahkan tak menyadarinya. Karena ia bisa menjadi perkara halus dalam tubuh seorang mukmin sekalipun.

Hijab di hati karena kurangnya istighfar, lupa memohon ampun atas kesalahan kita kepada Allah. Padahal Nabi saw yang kesalahan masa lalu dan yang akan datang saja sudah diampuni, beliau saw tetap beristighfar.

Hijab di hati bisa jadi karena kita sudah terbiasa menganggap remeh atau bahkan rendah orang lain. Padahal kita sudah beramal, beribadah... tak lupa kita berwudlu, bahkan menjalankan shalat, dan ditambah membaca Al-Qur'an. Tapi barangkali godaan syaithan jauh lebih dahsyat sehingga amal kita tak membuahkan keshalehan sosial.

Maka kunci untuk membuka hijab di hati kita adalah dengan perbanyak istighfar, agar Allah membantu untuk melembutkan hati kita. Karena beramal serta beribadah saja tidak cukup.

"Mengikuti Nabi saw tak cukup hanya dengan menjalankan ibadah-ibadah lahiriah. Namun, seperti itulah keadaan sebagian besar kaum muslim. Banyak diantara mereka yang mendirikan shalat, tetapi shalat mereka menjadi bencana. Alih-alih mendekatkan diri kepada Allah, shalat yang ditunaikannya justru semakin menjauhkan dirinya dari Allah." (Ibnu Atthailah)

Barangkali memang hati kita sedang kering. Ah, bukankah kita sudah berusaha melakukan ketaatan...? Lalu bagaimana dengan buah dari amal yang kita kerjakan...? Barangkali dari awal ada sesuatu yang salah dari niat kita.

Atau mungkin hati sudah terlalu terhijab. Atau barangkali diri kita sendiri yang belum menyadarinya.

"Hati bagaikan sebatang pohon yang disirami air ketaatan. Keadaan hati memengaruhi buah yang dihasilkan anggota tubuh. Buah dari mata adalah perhatian untuk mengambil pelajaran. Buah dari telinga adalah perhatian terhadap Al-Qur'an. Buah dari lidah adalah dzikir. Kedua tangan dan kaki membuahkan amal-amal kebajikan. Sementara, bila hati dalam keadaan kering, buah-buahnya pun akan rontok dan manfaatnya hilang. Karena itu, ketika hatimu kering, siramilah dengan memperbanyak dzikir." (Ibnu Atthailah)

Siramilah hati kita dengan dzikir agar ia semakin lembut, jauh lebih teduh dan terasa nikmat setelah menjalankan ibadah. Karena keadaan hati kita akan menjadi cerminan bagaimana jasad itu sendiri.

#muhasabah