Minggu, 04 Mei 2014

Seputar Tuduhan Wahabi

Bismillahirrahmanirrahim.

Awalnya mungkin saya pribadi belum terlalu paham mengingat tidak pernah membaca referensi terkait ini, dan yang ada hanyalah opini penjatuhan tanpa disertai suatu pemaparan yg obyektif. Membaca buku karya Syaikh Idahram (Belakangan malah diketahui nama aslinya adalah 'Marhadi'). Ini linknya ---> http://arrisalah-institute.blogspot.com/2012/03/siapakah-syaikh-idahram-itu.html

Ada sesuatu yang tersimpan dan masih tanda tanya, sehingga memutuskan untuk mulai mencari data dan fakta bersama sumber daya yang ada, meski terbatas urusan link atau website serta beberapa buku dan diskusi bersama sahabat ataupun bertanya kepada ustadz. Sesuatu yang miss bisa menjadi bumerang bagi mereka yg hanya percaya pada satu sumber tanpa menelaah lebih jauh. Oleh sebab itu setelah membaca link ini ---> http://abiubaidah.com/studi-kritis-atas-buku-sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi.html/ semakin terbuka celah dan kalimat bahwa "Kebohongan yang diucapkan berulang bisa menjadi sebuah kebenaran." Wallahualam.

Jika kita mau obyektif, maka alangkah baiknya kita mempelajari beliau yang tertuduh (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) serta klaim Wahabi, adakah si Syaikh menyatakan demikian? Maka saat membaca buku karya Rahmat Abdullah (Syekh Siti Jenar, Pemutarbalikkan sejarah, perjalanan hidup dan ajarannya) kemudian sinkronisasi dengan link studi kritis terkait Wahabi, saya mulai mengambil suatu hipotesis, "Bahwasanya ada unsur tipu daya serta Ghzawul Fikri yang menyerang Umat Islam dengan jalan melancarkan tuduhan tanpa disertai pemahaman yang menyeluruh."

Saya pribadi bukanlah yang banyak belajar mengenai Wahabi, apalagi mengikuti pandangan sang Syaikh, namun apabila ada suatu unsur 'kebohongan publik' yang benar2 batil bisa menjadi aura pemecah-belah persatuan ummat hingga semakin tajam dan tersudutlah opini yang pada akhirnya dibenarkan itu. Sekali lagi, ada sesuatu yang miss atau hilang dalam ajaran Sang Syaikh yang semoga Allah memberi rahmat atasnya.

Disini saya coba memaparkan dua tuduhan yang pernah dilontarkan kepada beliau (Dari buku Rahmat Abdullah hal 222-228),

"Toleransi Sunni itu kemudian berubah menjadi gerakan syari'ah dan politik radikal dalam Wahabisme yang lahir dari gagasan Muhammad bin Abdul Wahhab (1703 - 1792 M). Hal ini sesuai dengan metode Wahabisme dalam memahami sumber ajaran Islam seperti Mazhab Hanbali yang harfiah dan tekstual serta menentang keras penggunaan akal (Fyzee, 1959, hal. 37)."

"Radikalisme Wahhabi dapat dilihat antara lain dari pandangannya bahwa menyembah selain Tuhan adalah  musyrik dan halal dibunuh. Meminta pertolongan Syaikh, Wali, kekuatan gaib berarti kekufuran, termasuk menjadikan Nabi Muhammad saw, syaikh, ataupun malaikat sebagai wasilah (mediator, perantara) dalam berdo'a dan berhubungan dengan Tuhan (Nasution, Pembaharuan, 1988 hal. 24-25)."

Demikianlah tuduhan mereka terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan istilah radikalisme berikut ajaran yang beliau sampaikan. Oleh karenanya, perlu diketahui autobiografi singkat siapakah sesungguhnya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan secara obyektif dan terlepas dari berbagai tuduhan miring terhadapnya.

Beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin Musyir bin Umar, dari bani Tamim. Beliau dilahirkan di kota Uyainah, Nejed, pada tahun 1115 H. Beliau telah hafal Al-Qur'an sebelum berusia 10 tahun dan ini adalah kelebihan yang Allah anugerahkan atas beliau terhadap kalam-Nya.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab belajar fikih Mazhab Hanbali kepada ayahnya sehingga memiliki wawasan fikih yang luas. Oleh sebab itu, ayahnya yang termasuk ulama besar, sangat mengagumi kekuatan hafalannya. Beliau banyak membaca kitab tafsir dan hadist, serta bersungguh-sungguh mencari ilmu, siang dan malam.

"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikkan maka Alloh akan memberi kepahaman dalam agama." (HR. Buchori (1/164), Muslim (13/67) Al Imaroh, At Tirmidzi (10/114) dari Ibnu Abas, At Tirmidzi berkata hadist hasan shohih.

Beliau menghafal matan-matan ilmiah dalam berbagai bidang ilmu. Beliau mengadakan perjalanan ke Madinah dan belajar dari para ulamanya, diantaranya Syaikh Abdullah bin Ibrahim Asy-Syamari, putranya yang termasyhur Ibrahim Asy-Syamari penulis kitab Al-'Adzbul Faidh fi Syrhi Alfiyatil Faraidh. Kedua ulama ini mengenalkan beliau kepada seorang ahli hadist yang termasyhur, Muhammad Hayah As-Sindi, lantas beliau belajar ilmu hadist dan rijalul hadist kepadanya, serta mendapatkan ijazah darinya untuk mengajarkan kitab-kitab induk.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dikaruniai Allah pemahaman yang tajam dan kecerdasan yang luar biasa. Beliau tekun membaca, mengkaji dan menulis. Banyak ilmu yang melekat dalam pikiran beliau selama membaca dan mengkaji. Beliau tidak bosan menulis, bahkan banyak menyalin tulisan-tulisan Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim. Beberapa manuskrip berharga masih tersimpan di museum. Beliau berdakwah kepada tauhid yang merupakan hak Allah atas hamba-Nya, mengingkari kemungkaran dan menyerang para penyembah berhala, para pelaku bid'ah khurafat dan takhayul. Beliau didukung oleh Amir Muhammad bin Su'ud hingga darinya berdirilah negara Saudi yang pertama.

Diantara karya beliau yang sangat berharga adalah "Kitabut Tauhid" yang telah banyak tersebar ke seluruh dunia, "Kasyfusy Syubuhat" berisi tentang bantahan terhadap para penyembah berhala kesyirikan. Uhsuluts Tsalasah (Tiga Pokok Landasan) yang berisi tentang kewajiban setiap muslim untuk mengenal Allah, Islam dan Nabi Muhammad saw. Oleh karena besarnya peran beliau dalam menyebarkan risalah Tauhid inilah menjadikan banyak para ulama memberikan pujian, diantaranya Syaikh Ali Ath-Thanthawi yang mencantumkan nama beliau dalam kitab Silsilah 'an A'lam At Tarikh (Silsilah Tokoh-Tokoh Bersejarah). Banyak diantara para ulama yang menyebutnya sebagai Mujaddid (pembaru) Islam.

Meskipun demikian, tidak luput pula beliau dari tuduhan dan serangan para penentang Tauhid dengan sebutan gerakan Wahhabi oleh orang-orang Inggris yang ketika itu risalah Tauhid beliau tersebar ke India yang merupakan negara jajahan Inggris. Tidak lain tuduhan tersebut adalah untuk menjatuhkan nama beliau agar kaum muslimin bercera-berai dan antipati terhadap dakwah beliau. Karena musuh-musuh Islam mengetahui betapa besar pengaruh dakwah beliau ini, di Dunia Islam melalui orang-orang yang berangkat haji ke Mekkah dan menerima dakwah beliau, maka mereka berusaha menjulukinya dengan istilah Radikalisme Wahhabi.

Adapun ajaran beliau tentang menyembah selain Tuhan adalah musyrik dan halal dibunuh maka sesungguhnya ajaran ini bukanlah berasal dari beliau, bahkan ajaran ini adalah ajaran Allah dan Rasul-Nya yang telah ada sebelum Allah menciptakan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah berfirman,

"Katakanlah ; 'Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya." (Al Jin : 20)

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku." (al Anbiya : 25)

Dari Mu'adz bin Jabal bahwa pernah suatu ketika beliau berada dibelakang Rasulullah saw diatas keledai bernama 'Ufair. Rasulullah saw bertanya, "Wahai Mu'adz, tahukah engkau hak Allah atas hamba-Nya dan hak para hamba atas-Nya?" Mu'adz menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah saw bersabda, "Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka menyembah Allah saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya dan hak para hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengadzab siapa saja yang tidak berbuat syirik kepada-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah diantara yang didakwahkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yaitu dakwah kepada Tauhid dan menentang para pelaku syirik sebagaimana para Nabi dan Rasul; tidaklah mereka diutus kecuali untuk dakwah kepada Tauhid ini. Dakwah Tauhid inilah pokok-pokok yang mendasar dalam Islam, yang dengannya jin dan manusia diciptakan, langit dan bumi ditegakkan,para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.

Dengan Tauhid ini pula Allah membedakan antara yang hak dengan yang bathil, antara Mukmin dan Muslim dengan Musyrik dan Kafir. Dengan ini pula Rasulullah saw diutus untuk memerangi manusia hingga mereka bertauhid sebagaimana dalam sabda beliau, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Illah (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan demikian, terpeliharalah dariku darah dan hartanya." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra.,)

Adapun tentang meminta pertolongan Syaikh, Wali, Kekuatan Gaib berarti kekufuran, demikian pula menjadikan Nabi Muhammad saw, Syaikh ataupun Malaikat sebagai wasilah (mediator, perantara) dalam berdo'a dan berhubungan dengan Allah adalah kekufuran, maka sesungguhnya ini adalah ajaran yang hak. Suatu ajaran yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya dan telah sampaikan pula kepad manusia jauh sebelum Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab diciptakan.

Bagaimana tidak kafir orang yang menjadikan Syaikh, Wali, kekuatan gaib sebagai tempat memohon pertolongan, sedangkan Allah berfirman,

"Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan." (Al Fathihah : 5)

"Katakanlah (Wahai Muhammad), 'Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (Al A'raf : 188)

Demikian pula Rasulullah saw memohon dihilangkan kesulitan (istighasah) hanya kepada Allah ketika beliau diliputi kesedihan dengan do'anya, "Wahai Dzat Yang Mahahidup Kekal dan Yang Terus-menerus mengurus Makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku beristighasah." (Hadist hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi) Beliau juga mengajarkan agar meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah dalam sabdanya, "Apabila engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah; dan apabila engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah!" (HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Syaikh Abdul Qadir Jaelani rahimahullah dalam kitabnya Al Fath Ar Rabbani berkata, "Mintalah kepada Allah, dan jangan meminta kepada selain-Nya! Mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan memohon pertolongan kepada selain-Nya! Celakalah kamu, dimana kamu akan letakkan mukamu (dihadapan Allah di akhirat kelak) jika kamu berani menentang Allah di dunia ini. Kamu palingkan wajahmu dari-Nya, meminta pertolongan kepada makhluk-Nya dan menyekutukan-Nya. Engkau keluhkan segala hajatmu dan engkau pasrahkan segala nasibmu kepada makhluk-Nya itu. Singkirkanlah perantara-perantara yang menghubungkan dirimu dengan Allah! Karena ketergantunganmu kepada perantara-perantara itu adalah suatu kedunguan. Tidak ada kerajaan, kekuasaan dan kemuliaan kecuali semua itu adalah milik Allah! Jadilah kamu orang yang selalu bersama Allah tanpa dengan makhluk (maksudnya, bersama Allah dengan selalu berdo'a kepada-Nya tanpa perantara salah seorangpun diantara makhluk-makhluk-Nya)." [Al Firqah An Najiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu]

Diantara kerancuan pemahaman orang-orang yang memohon kepada Allah dengan perantara Nabi, Syaikh, Wali, orang-orang shaleh atau malaikat adalah alasan mereka yang tidak benar, "Kami adalah orang-orang yang terlalu banyak dosa sehingga tidak layak bagi kami memohon pertolongan Allah dalam keadaan demikian, maka kami menjadikan mereka perantara sebagai perantara kami dengan Allah, ini tidak lain karena keshalehan, kedudukan yang tinggi dan kedekatan para Wali kami dengan Allah." Maka belumkah datang kepada mereka firman Allah,

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya, sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti." (Al Isra : 57)

Ayat ini adalah bantahan terhadap kaum musyrikin yang menyeru (menjadikan mediator/perantara/tawasul) kepada orang-orang shaleh dalam do'a mereka dan sekaligus ayat ini menjelaskan bahwa perbuatan mereka adalah syirik besar. [Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab]

Maka sudah menjadi suatu studi atau kajian yang obyektif serta menghilang sekat atau hijab bernama Taqlid serta kejumudan dalam berpikir serta mengikuti suatu pandangan ulama hingga ijtihad mereka akan Dienul Islam.

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu anhuma, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (syar’i) dengan sekali cabut dari hati manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ‘ulama. Kalau Allah tidak lagi menyisakan seorang ‘ulama pun, maka manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh. Kemudian para pemimpin bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan." (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari nomor hadits: 100, 7307, dan imam Muslim nomor hadits: 2673).

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sebelum ilmu tersebut dihilangkan. Hilangnya ilmu adalah dengan wafatnya para ‘ulama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai syuhada, mereka sangat menginginkan agar Allah membangkitkan mereka dengan kedudukan seperti kedudukannya para ‘ulama, karena mereka melihat begitu besarnya kemuliaan para ‘ulama. Sungguh tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan sudah berilmu. Ilmu itu tidak lain didapat dengan cara belajar.”

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata: “Barangsiapa yang meremehkan para ulama, lenyaplah akhiratnya.”

Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan orang-orang yang memiliki lisan yang jujur di kalangan umat ini, yang dengannya mereka disanjung dan dihormati di tengah masyarakat, merekalah para ulama pembawa hidayah, kesalahan mereka sangat sedikit dibandingkan kebenaran yang mereka sampaikan.”

Selanjutnya wajib bagi kita untuk menjaga lisan, tidak menjelek-jelekkan atau bahkan menghina para ulama karena mereka berbeda dengan imam atau ulama yang kita ikuti. Mereka telah berijtihad sesuai dengan kemampuan akal serta membaca peta kondisi masyarakat muslim saat itu (kondisi kekinian dan keterdisinian). Tentang Wahhabi masih banyak tanda tanya serta pelurusan seputar ajarannya, ada sesuatu yang missed (menurut hemat saya) baik dari sisi sejarah serta ajaran yang tersebar hingga saat ini. Dan rata-rata yang kurang sepakat bahkan menghujat hingga tebar fitnah adalah juga yang belum pernah baca kitab-kitab beliau. Wallahu'alam. 
Saya pribadi hanya bersikap obyektif, menelusuri berdasarkan data yang terkumpul dan dipelajari meski ajaran beliau belum diikuti atau baru sampai sebagian. Dan meski berbeda, tetap beliau adalah seorang ulama yang mestinya kita hormati.

Kamis, 03 April 2014

Always Believe in Allah

Ar-Rahman adalah mahar cintaku untuk sang bidadari. Entah siapa gerangan dirinya, dan proses ta'aruf itu Insya Allah akan dilakukan. Bidadari dunia yang bersamanya aku meniti jalan menuju Surga-Nya yang indah. Ar-Rahman adalah ungkapan syukur pada-Nya dan entah siapa yang kelak mengisi kebersamaan imanku pada-Nya. Namun yang pasti... rasa rindu menggebu untuk bertemu dengan-Nya adalah alasan paling baik mengapa hamba yang lemah ini begitu mendamba Walimathul 'Ursyi yang begitu suci.

I'm always believe in Allah. Aku percaya akan pilihan-Nya dan itulah mengapa saat ada pertanyaan, "Antum sudah ada bayangan akhwat yang hendak dilamar?" Kujawab tenang, "Ana tsiqoh ama yang antum pilihkan ustadz,"

Bukan karena tak ada bidadari yang pernah mengisi, bukan itu. Rasa cinta itu kadang membutakan dan melenakan dari jalan suci yang hendak ditempuh. Sudah ada bidadari itudengan sosok baiknya, namun cinta terlalu melenakan untuk dipahami. Sementara pilihan Allah selalu yang terbaik bagi hamba-Nya. Biarlah Dia yang memutuskan kepada siapa surat cinta Ar-Rahman itu aku lafadzkan dengan tetesan air mata. Maafkan aku yangpernah menyimpan rasa cinta padamu di hatiku. Biarlah Allah yang memutuskan yang terbaik diantara kita.

Padang Sidempuan, 4 April 2014.

Kamis, 20 Maret 2014

Resensi - Zionis dan Syiah bersatu Hantam Islam


 
 
Judul : Zionis dan Syiah bersatu Hantam Islam
Penulis : Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
Penerbit : Ar-Rahmah Publishing
Tahun Terbit : 2013 (Cet. I)
Tempat Terbit : Tangerang, Banten
Tebal : 426 Halaman
 
POKOK-POKOK ISI BUKU :
Selama ini opini berhembus bahwa Syiah dan Zionis adalah dua kelompok yang saling bertikai. Namun buku ini memberi perspektif baru dalam melihat fakta yang sebenarnya bahwa pada satu titik mereka dapat bersama melawan umat Islam. Selain itu, buku ini sangat menarik karena mengetengahkan data-data mutakhir terkait upaya Zionisme menyongsong akhir zaman. Umat Islam harus membacanya.” (Dr. Adhyaksa Dault – Mantan Menpora RI)

Buku ini menguraikan romantisme hubungan antara Zionis dengan Syiah, yang selama ini tertutup oleh media-media sekuler pendukung Liberalisme. Konflik-konflik antara umat Islam dengan Syiah sejatinya berawal dari infiltrasi Yahudi yang kini menancapkan hegemoninya sebagai penguasa bumi melalui tangan-tangan negara besar lain semisal Amerika Serikat dan Inggris. Negara terakhir menjadi ‘pengimpor’ para Yahudi ke bumi Palestina, Al Quds, medio 1947 sampai 1950 menjadi masa-masa tragis bagi kehidupan Muslim yang hidup damai dan berdampingan dengan Nasrani sejak ditaklukkannya Jerussalem oleh Salahudin Al-Ayubi. Negara Iran yang gembar-gembor melalui Ahmadinejad yang mengatakan hendak menghapuskan peta Israel ternyata hanya isapan jempol belaka. Iran sejatinya adalah negara dengan mayoritas Syiah terbesar, tentunya dengan persentase masjid bagi Sunni paling kecil. Isu bahwa muslim Sunni hidup damai di Iran adalah kebohongan, justru mereka sangat tertekan dibawah pemerintahan Syiah. 18 Sinagog tegak berdiri di Teheran, sementara tak satupun masjid Sunni berdiri serta mengumandangkan adzan. Kaum Sunni terbelenggu dalam urusan ibadah shalat berjamaah, diantara mereka ada yang ditangkap karena melaksanakan shalat berjamaah di rumah yang di dalamnya sengaja dibuat mushala kecil. Na’udzubillah.

Kamp pengungsian Shabra dan Shatilla di Libanon tahun 1982 menjadi salah satu saksi tragedi berdarah bagi muslim Palestina, dimana secara brutal pasukan Syiah Libanon menembaki seluruh pengungsi, anak-anak, wanita, laki-laki, tua-muda tidak ada yang luput dari tragedi berdarah sekaligus harmonisasi Zionis memanfaatkan tangan-tangan Syiah untuk menghabisi nyawa muslim. Belum lagi hingga saat ini dukungan Israel atas Basyar Asad di Suriah tetap mengalir karena mereka takut apabila Mujahidin yang menjadi pemenang serta mendirikan Daulah Islamiyah menjadi musuh kedua setelah mereka tak mampu menaklukan Hamas di Palestina. Dan Syiah pula, dari Iran, yang membantu pasukan Amerika membombardir instalasi nuklir di Irak era rezim Saddam Hussein hingga akhirnya negara tersebut menjadi boneka AS melalui tangan Syiah. Herannya, tidak semua muslim mau mencari, menelaah serta menyadari bahwa fakta sebenarnya tak hanya ingin menguasai minyak serta sumber daya lain di Irak. Tapi juga memperluas jaringan Syiah yang sejak awal dibuat untuk menghancurkan umat Islam dari dalam.

Dalam buku ini juga penulis menyampaikan beberapa artikel mengenai “New World Order” serta beberapa ‘Protocol Zion’ yang sejatinya dibentuk tidak hanya agar hanya agama Yahudi menjadi satu-satunya agama yang dianut, tapi juga menghancurkan umat Islam yang menjadi musuh bebuyutan Yahudi sejak lama. Para pemuda yang dibina Al-Qur’an, mencintainya, mengamalkannya lebih jauh ditakuti karena mereka yang kelak akan memoncongkan senapan tepat di depan wajah mereka. Para agen-agen Yahudi melalui lembaga sosial semacam Rotary Club telah mengaburkan misi sebenarnya dari hanya menjadi lembaga sosial dan amal. Menanamkan simbol-simbol serta tujuan bahwa Yahudi adalah agama yang mampu hidup berdampingan dengan Islam, namun sejatinya mereka sering membombardir pemukiman Palestina, menculik anak-anak karena takut mereka ketika dewasa menjadi Mujahidin melawan keangkuhan Zionis.

Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an di hati-hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka.” Ucap Mantan PM Inggris, Gladstone. Hendaknya menjadi perhatian bagi segenap pemuda, karena hingga kini industri musik, minuman keras, seks bebas, paham-paham menyimpang telah mengikis akidah dan berakibat fatal pada menjauhnya generasi muda dari Al-Qur’an. Mereka rela mengantri tiket konser K-Pop, atau bahkan Lady Gaga, sang Ratu Illuminati yang beruntung gagal konser di Indonesia, ketimbang duduk di Majelis Ta’lim, mengaji, membaca buku-buku Islam, Sejarah Peradaban Islam. Stone sudah benar dalam memaparkan bagaimana menghancurkan suatu komunitas adalah bukan hanya dengan berperang, kikis habis keyakinan mereka dengan apa yang dianut serta tanamkan kecintaan pada dunia.
KEUNGGULAN ISI BUKU :
Buku ini menjadi penyingkap tabir dari data-data serta sumber berita yang boleh jadi fiktif tentang keterlibatan Syiah dalam menghancurkan Islam dari dalam. Memberi pemahaman yang menyeluruh tentang fakta-fakta yang masih bisa ditelisik lebih lanjut akan harmonisasi Zionis dan Syiah dalam mengalahkan musuh bebuyutan keduanya, umat Islam. Disamping itu penulis memberikan jawaban atas masalah tentang bagaimana yang harus dilakukan umat Islam serta generasi muda saat ini, kembali kepada Al-Qur’an, disertai beberapa cerita menarik serta menggugah kesadaran muslim akan bahaya Yahudi serta produk-produknya hingga jangan terbutakan akan Syiah yang mengaku-ngaku Islam.
KELEMAHAN ISI BUKU :
Diawal memang dijelaskan terkait harmonisasi, namun pada akhirnya lebih banyak menjelaskan tentang bagaimana Yahudi serta karakteristik hingga perkembangannya hingga saat ini. Agen-agen atau sayap Yahudi melalui perfilm, makanan, lembaga sosial dan lainnya sehingga porsi hubungan intim antara dua kubu (Zionis dan Syiah) hanya disingkap beberapa hal saja, Iran, Irak, Libanon, Palestina serta Suriah. Lebih banyak berisikan data dan fakta pergerakan Yahudi untuk menghancurkan Umat Islam melalui berbagai cara penggerusan akidah. Tidak adanya daftar pustaka bisa menjadi kekurangan yang cukup fatal terhadap buku non-fiksi.
SARAN-SARAN TERHADAP BUKU INI :
Sebaiknya dicantumkan daftar pustaka, untuk menjadi referensi bagi pembaca terkait Zionisme serta bahaya Syiah bagi generasi muslim saat ini. Mengingat persediaan serta hasil tulisan tentang hal tersebut hanya terbatas, sementara banyak umat Islam terbutakan serta lupa akan bahaya dari musuh yang menampakkan taring-taringnya di depan mata melalui tirai. Tak jelas nampaknya, namun nyata bukti kedzalimannya. Sub-bab atau judul artikel atau tulisan yang tidak relevan dengan pembahasan sebaiknya tidak perlu dimasukkan, seperti terkait Kartini. Termasuk sub-bab yang bisa masuk dalam satu judul sebaiknya disatukan, tidak dipecah sehingga lebih menguraikan masalah yang lain ketimbang benang-merah dari maksud diterbitkannya buku ini.
MANFAAT ISI BUKU :
                Buku yang sangat layak dibaca bagi segenap Muslim yang mencintai agamanya serta membela Kalimatullah secara kaffah. Islam sudah diserang dari segala lini kehidupan dan saatnya bagi generasi muda untuk bangkit memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk membendung arus penyimpangan dari pemikiran serta paham yang menyesatkan. Umat Islam diajak untuk kembali kepada manhaj Al-Qur’an, suatu pedoman yang menyelamatkan kehidupan di dunia dan akhirat. Pedoman yang membuat nyali Yahudi kecut jika harus kembali berhadapan dengan pasukan Muslim dengan keimanan yang benar, akidah yang lurus serta mengamalkan setiap ajaran yang dibawa Nabi SAW agar menuju keselamatan hakiki. Zionis dan Syiah sudah bersatu untuk menghantam Islam, maka bukan waktunya lagi untuk membicarakan perbedaan selama satu pedoman yang dipegang, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Pegangan tanpa adanya distorsi serta isme-isme yang menyesatkan. Wallahu’alam.

Oleh :
Rifki Asrul Sani, Junior Geologist PT. GeoACE Bandung. Alumni Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, penulis novel A Diary Book ‘satu’ (2013, Writing Revolution). Email : asrul.smile@gmail.com, blog : asrulsmile.blogspot.com, twitter : asrul_sani1, fb : Abu Hudzaifah, bb : 756476c3.

Jumat, 14 Maret 2014

Zuhud


Perkataan Imam Al-Ghazali tentang ciri-ciri sifat zuhud adalah ketahuilah terkadang seseorang yang meninggalkan hartanya mengatakan bahwa ia telah memiliki sifat zuhud. Sesungguhnya tidak seperti itu, karena orang yang meninggalkan harta dan hidup prihatin mudah dilakukan oleh orang yang ingin disebut sebagai orang yang zuhud. Berapa banyak para pendeta (rahib) yang setiap harinya tidak pernah makan kecuali hanya sedikit, tinggal di biara yang tidak ada pintunya, hanya agar dilihat orang lain bahwa ia menjalani hidup secara zuhud dan mendapat pujian dari mereka. Perbuatan seperti itu tidak dikategorikan seseorang yang memiliki sifat zuhud. Maka, mengetahui sifat zuhud merupakan perkara yang sulit. Begitu juga keadaan zuhud pada seseorang yang zuhud.

Ada tiga ciri sifat zuhud.

Pertama, tidak senang apabila memiliki sesuatu dan tidak bersedih ketika kehilangan sesuatu. Allah berfirman,
“...Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu...,” (Al-Hadid [57] : 23)

Kedua, menganggap sama antara pujian dan celaan. Ciri pertama merupakan zuhud dalam harta, ciri kedua merupakan zuhud dalam kedudukan.

Ketiga, hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, meskipun tidak dapat lebih daripada kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Allah. Keduanya ibarat air dan udara dalam gelas hati. Apabila air dimasukkan ke dalam gelas, maka udara akan keluar, begitu pula apabila ditiupkan udara maka air akan keluar. Air dan udara tidak dapat mungkin disatukan. Seseorang yang menyibukkan hatinya kepada Allah, tidak akan yang dapat menyibukkan selain Allah. Ketika seseorang bertanya kepada ahli zuhud, “Apa pengaruh zuhud kepada mereka?” Ahli zuhud itu menjawab, “Menjadikan mereka akrab dengan Allah.
Keakraban kepada Allah tidak dapat bersatu denga orang yang akrab dengan dunia.

Ahlu ma’rifah berkata, “Apabila iman seseorang bergantung dengan hatinya, maka ia akan mencintai Allah dan dunia bersama-sama. Akan tetapi, apabila iman telah masuk kedalam lubuk hatinya, maka ia akan membenci dunia.

Abu Sulaiman berkata, “Barangsiapa yang sibuk dengan dirinya, maka ia takkan disibukkan dengan orang lain. Ini merupakan maqam orang-orang yang beramal. Barangsiapa sibuk dengan Tuhannya, maka ia tidak akan disibukkan dengan dirinya sendiri. Ini merupakan maqam ma’rifah (‘arifiin). Orang yang zuhud harus memiliki salah satu dari dua sifat ini. Maqam yang pertama (‘amiliin) akan menyibukkan dirinya dengan dirinya sendiri. Pada saat itu, bagi-Nya sama antara pujian dan celaan atau ada dan ketiadaan. Tidaklah dengan memiliki harta menjadikan orang tidak mempunyai sifat zuhud.

Jadi, ciri-ciri sifat zuhud adalah kondisi yang sama ketika dalam keadaan miskin atau kaya, mulia atau terhina, pujian atau celaan. Semua itu disebabkan keakrabannya dengan Allah. Dari tiga ciri-ciri diatas mungkin akan memunculkan ciri-ciri lainnya.

Yahya bin Mu’adz berkata, “Ciri-ciri sifat zuhud adalah dermawan atas apa yang dimiliki.

Ibnu Khafif berkata, “Ciri-ciri sifat zuhud adalah merasa tenang ketika sesuatu miliknya hilang. Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa.

Ahmad bin Hanbal dan Sufyan At-Tsauri berkata, “Ciri-ciri sifat zuhud adalah tidak panjang angan-angan.

As-Sirry berkata, “Tidak baik bagi seorang yang zuhud apabila ia tidak disibukkan dengan dirinya sendiri. Dan tidaklah baik bagi ahli ma’rifah (‘arifiin) apabila ia disibukkan dengan dirinya sendiri (ia harus disibukkan dengan Allah).

Beliau pun berkata kembali, “Aku telah melatih diriku dalam perkara zuhud dan semua telah aku lakukan kecuali menyibukkan diri dengan orang lain. Aku belum mampu melakukannya.

Fudhail bin Iyadh berkata, “Allah menjadikan segala kejelekan ada di dalam rumah. Dan Allah menjadikan kuncu kejelekan itu dengan cinta dunia. Begitu pula Allah menjadikan segala kebaikan ada dalam rumah dan Allah menjadikan kunci kebaikan itu dengan zuhud terhadap dunia.

Bukan berarti kita tidak boleh kaya, atau malah malas berusaha lebih baik lagi dengan alasan zuhud. Bukankah Utsman bin Affan serta Abdurrahman bin Auf telah memberikan contoh sebagai sahabat yang kaya raya serta banyak amalnya? Kekayaan malah semakin membuat keduanya mencintai Allah serta berderma di jalan-Nya. Segala kekayaan yang dimiliki keduanya disumbangkan di jalan Allah. Dan kemenangan atas Romawi dan Persia adalah pula ada sumbangan besar dari kedua sahabat ini kepada pasukan muslimin dibawah komando Khalid bin Walid serta Abu Ubaidah bin Jarrah.

Allah berfirman,
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al-Baqarah [2] : 261)

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah [62] : 10)

Allah menganjurkan hamba-Nya untuk mencari nafkah serta rezeki yang halal, disamping terus mengingatnya serta sadar bahwa segala perniagaan dan usaha yang dilakukan adalah mutlak kuasa Allah. Dia yang memberikan kepada hamba-Nya agar melatih rasa syukur serta menguji bagaimana hamba-Nya diberi nikmat berupa harta, apakah menjadikannya semakin beriman atau malah kufur nikmat.

Jadi muslim pun harus kaya, dan apa yang dimilikinya semata-mata memudahkan dirinya dalam berinfak di jalan-Nya, semakin banyak pula sedekahnya. Dan kelak Allah akan melipat-gandakan ganjaran baginya, yang diperoleh di dunia atau malah Allah tangguhkan di akhirat kelak.

Zuhud bukan berarti tidak boleh kaya, karena muslim yang tak kaya tak mungkin banyak berderma serta berinfak di jalan-Nya. Tapi bukan berarti karena tidak memiliki kecukupan nihil infak dan sedekahnya. Balasan mutlak kehendak Allah. Belajarlah bagaimana generasi sahabat Rasul saw serta para ulama terdahulu mengaplikasikan zuhud dalam kehidupannya. Para Khalifah (Abu Bakar,Umar, Utsman, Ali, Umar bin Abdul Aziz) mewakili dari kalangan amir (pemimpin), Utsman dan Abdurrahman bin Auf mewakili dari kalangan saudagar kaya raya, Abu Sulaiman, Abu Ubaidah bin Jarrah, Thariq bin Ziyad, Mutsanna bin Harits serta lainnya mewakili dari kalangan panglima perang. Ada Ibnu Sina, Al-Birruni, Al-Jabar dari kalangan ilmuwan. Zuhud menampilkan kalangan yang memahami hakikatnya dengan banyak hasil perjuangan atau ilmu ataupun amal. Maka belajarlah dari generasi terdahulu agar kita memperoleh kebaikan atas contoh yang telah diberikan serta contoh bagi generasi kita yang akan datang. Wallahualam.

Referensi :
Kajian Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” karya Said Hawwa.

Ketika Malaikat Ikut Berperang Bersama Mujahidin Melawan Tentara Syiah Nushairiyyah


Ada kisah menarik dari relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang bertugas ke Suriah dan melakukan presentasi di gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jakarta, Selasa (11/12/2012). Abu Yahya, koordinator relawan HASI menceritakan kisah seorang mantan tentara Basyar Asad yang bertaubat lalu bergabung dengan Mujahidin.

Kepada mantan tentara itu, para Mujahidin sempat bertanya mengapa para tentara Asad yang berjumlah 1500 personel di Jabal Akhrod tidak berani melakukan serangan kepada Mujahidin Suriah yang hanya berjumlah 150 personel, baik secara kekuatan (jumlah) maupun persenjataan, Muajhidin jauh lebih kalah dari tentara Asad.

Mendengar pertanyaan itu, mantan tentara Basyar Asad ini justru heran dan balik bertanya. “Siapa bilang jumlah kalian sedikit? Kami setiap malam melihat kalian dengan pakaian putih-putih bergerak dari satu lembah ke lembah lain sehingga kami pikir-pikir dulu untuk menyerang,” kenangnya.

Ternyata kisah diatas bukan terjadi satu kali. Cerita lainnya muncul saat Mujahidin hendak melakukan perang dengan konvoi 50 truk yang berisi tentara Basyar Asad. Hingga pada satu titik terjadilah baku tembak antara Mujahidin dengan tentara Asad. Karena Mujahidin memang sudah merencanakan aksi serangan untuk menghabisi dan memukul mundur tentara Asad.

Namun saat perang berlangsung, tiba-tiba saja muncul kejadian di luar perkiraan mereka. Helikopter dan pesawat tempur datang seperti hendak memerangi Mujahidin. Tentu Mujahidin berkesimpulan bahwa ini bantuan dari pihak Basyar Asad untuk menewaskan mereka. Ingat, hingga kini Mujahidin Suriah sama sekali tidak memiliki alat tempur seperti pesawat. Mereka hanya bertempur via jalur darat dengan persenjataan yang kalah canggih jika dibandingkan milik rezim Asad.

Mengukur jumlah personel dan persenjataan yang terbatas, komando Mujahidin menyerukan untuk segera mengosongkan tempat pertempuran dan masuk ke gunung-gunung untuk mengatur strategi. Anehnya, ketika Mujahidin sudah menarik diri, suara baku tembak masih saja terus terjadi. Berondongan dan desingan peluru seperti enggan berhenti walaupun tidak ada satu pun Mujahidin tersisa di lokasi pertempuran. Komando Mujahidin sampai bertanya-tanya dalam hati, siapakah sebenarnya yang sedang berperang melawan tentara Basyar Asad itu. Komandan Mujahidin itu pun mengecek jumlah personel untuk mengantisipasi kemungkinan ada Mujahidin tertinggal dan melakukan perlawanan kepada tentara Asad. Namun hasil perhitungannya, seluruh Mujahidin sudah masuk kedalam gunung (gua).

Hingga datang matahari terbit dan mereka yakin kondisi telah aman, barisan Mujahidin turun dari gunung dan betapa terkejutnya mereka melihat sebagian tentara Asad telah tewas dengan luka menganga. Sebagian lainnya mengalami luka berat layaknya menghadapi pertempuran hebat. Tentu kejadian ini menjadi seribu pertanyaan bagi Abu Yahya, relawan HASI yang menghabiskan waktu selama satu bulan di Desa Salma, daerah Jabal Akhrod, Suriah dan mendapatkan kisah ini langsung dari Mujahidin.

“Lantas siapa yang berada di dalam pesawat dan helikopter untuk melawan tentara Suriah?” tutup Abu Yahya dengan segudang tanya di depan para awak media yang juga diliputi keheranan.

Subhanallah, inilah Ayaturrahman yang muncul dalam jihad di bumi Syam. Fakta yang menjadi bukti bahwa Mujahidin tidak sendiri. Mereka bersama Allah untuk menegakkan Islam di Suriah dan melawan kedzaliman rezim Syiah Nushairiyah kepada umat Islam. Semoga ini menjadi kabar baik bagi kemenangan bagi Mujahidin dan tegaknya Islam di Suriah. Tentu jika kita mendengar penuturan dari Mujahidin tersebut, kita akan sangat paham siapakah balatentara yang tiba-tiba datang membantu para Mujahidin melawan tentara Asad.

Allah berfirman, “(Ingatlah) Ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankannya bagimu. Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Referensi :
Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam karya Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi.