Senin, 25 Februari 2013

Jatuhnya Granada & Awal Mula Penindasan Kristen Terhadap Umat Islam di Andalusia


*Muslimdaily.net -* 
Dalam beberapa episode ke depan, insya Allah akan ditulis sejarah runtuhnya peradaban Islam di Andalusia (Spanyol). Secara bersambung, akan disampaikan tema-tema masa gelap kekuasaan Islam di Andalusia setelah berhasil dikuasai kembali oleh kaum Kristen. Kita juga akan membaca beberapa fakta sejarah kelam kekejaman kaum Kristen terhadap umat Islam di Andalusia pasca *Reconquista *(Penaklukan oleh kaum Kristen Katolik). Dan semua kegelapan umat Islam Andalusia itu dimulai pada saat jatuhnya Granada oleh kekuatan kaum Kristen Katolik di bawah Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella I dari Castilla.

Benteng terakhir kekuasaan Islam di Andalusia (Spanyol) setelah seluruh wilayah jatuh ke tangan kaum Kristen Katolik berada di Granada. Pada akhir kekuasaan Islam di Andalusia, Granada berada di bawah kuasa Bani Ahmar (referensi lain menyebut Bani Nashri). Penguasa Granada saat itu berada di bawah kepemimpinan Sultan Abu Abdullah bin Abil Hasan (atau disebut dengan Boabdil dalam aksen Eropa). Ia juga disebut dengan Sultan Muhammad XII.

Kondisi umat Islam pada saat itu benar-benar sangat memilukan. Hampir seluruh umat Islam di Andalusia mengungsi ke wilayah Granada karena di sinilah satu-satunya wilayah yang masih berada dalam kekuasaan Islam.

Pada mulanya, dengan kekuatan umat Islam yang cukup besar di wilayah Granada, umat Islam bisa mempertahankan wilayah ini dari serangan kaum Kristen Katolik. Namun kekuatan umat Islam pada akhirnya melemah saat terjadi perselisihan -yang seharusnya tidak perlu terjadi- antara penguasa
Granada Abu Abdullah bin Abil Hasan dengan pamannya, Azzaghel. Keduanya berselisih di saat umat Islam tengah dikepung oleh kekuatan kaum Kristen Katolik yang sudah sangat siap menyerang Granada. Dalam posisi itu, umat Islam pada saat itu berikhtiar dengan mengajukan solusi kepada kedua pemimpin yang berselisih itu dengan saran agar membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Saran itu dimaksudkan agar kekuatan musuh tidak dapat mengambil peluang mengadakan serangan.

Namun ternyata kekuatan Kristen Katolik di bawah Raja Ferdinand II dari Aragon dan Isabella I dari Castilla lebih cerdas melihat peluang itu. Kekuatan Kristen Katolik memanfaatkan perselisihan itu dengan terus menghembuskan isu dan fitnah untuk mengadu domba dua sisa kekuatan umat Islam di Spanyol itu. Pada saat itu, Azzaghel mengusasi lembah Aash, sedangkan Abu Abdullah Muhammad berada di Granada. Strategi Kristen Katolik mulai menuai hasil. Azzaghel tewas dibunuh oleh salah seorang pengkhianat dari Bani Ahmar yang bernama Yahya. Pada akhirnya, Yahya kemudian murtad dari Islam menjadi Nasrani dan hidup di Sevilla.

Yahya tak segan-segan menyerahkan Lembah Aash (yang sebelumnya dikuasai Azzaghel) kepada kekuasaan Raja Ferdinand II dari Aragon dan Isabella I dari Castilla. Atas penyerahan daerah penting ini, ia memperoleh imbalan yang demikian melimpah berupa harta benda. Ia juga diperkenankan pergi ke Maghrib (Maroko). Tetapi sesampainya Yahya di Fez, ia ditangkap oleh penguasa muslim setempat. Ia secara nyata telah melakukan pengkhianatan dengan membantu pasukan Salibis, maka pantaslah bila harta bendanya dirampas kemudian dipenjara hingga mati. (Muhammd Quthub, 1993: 38)

Selanjutnya, Abu Abdullah Muhammad masih terus berusaha mempertahankan Granada sampai kemudian ia menyerah damai. Ia menerima perjanjian damai yang berarti kekalahan baginya. Pada tanggal 2 Rabi'ul Awal tahun 897 H (2 Januari 1492 M), Abu Abdullah Muhammad, penguasa Islam terakhir di Granada dan Andalusia menyerahkan kunci Granada kepada Raja Ferdinand. Inilah hari berakhirnya kekuasaan Islam di Andalusia. Hari keruntuhan kekuasaan Islam setelah selama delapan abad Islam berkuasa sejak tahun 92 H. Saat meninggalkan istananya, Abu Abdullah menangis. Tentang ini ibunya berkomentar, “Kamu menangis seperti perempuan untuk sesuatu yang tak pernah kamu pertahankan selaiknya laki-laki!”

Setelah penyerahan itu, Abu Abdullah diasingkan ke Alpujarras. Ia lalu pindah ke Maghrib (Maroko) dan berdiam di Fez. Ia menjalani sisa hidup disana sebagai rakyat biasa hingga wafat pada tahun 1037 H / 1533 M. Sedangkan keturunannya hidup hingga tahun 1037 H. Mereka bekerja sebagai petugas amil di Lembaga Wakaf Islam yang mengurusi kaum fakir miskin.

Perjanjian untuk penyerahan Granada terdiri dari 67 Pasal. Pasal ini meliputi jaminan keselamatan jiwa, agama, dan harta benda. Jaminan untuk kehormatan, pemikiran, dan kebebasan. Pasal-pasal lain juga menjamin untuk tiap muslim bebas melakukan ritualnya; menghormati rumah peribadatannya, membebaskan para tawanan, memberi kebebasan seluas-luasnya bagi mereka yang ingin hijrah ke Maghrib (Maroko), bebas dari upeti dan pajak untuk beberapa tahun.

Namun kenyataannya, semua butir-butir perjanjian itu tak satupun dipatuhi setelah kaum Salibis berkuasa sepenuhnya. Bahkan mereka secara resmi membatalkannya secara sepihak dengan dasar keputusan demi kesucian Al Masih.

Selanjutnya, mereka menindas kaum muslimin dengan berbagai cara. Mereka memiliki kelompok-kelompok atau semacam pasukan untuk menekan kaum muslimin. Kelompok itu berada di bawah naungan gereja. Diantara organisasi-organisasi yang bertindak kejam dalam naungan gereja itu antara lain adalah:

  - Pahlawan Rangka
  - Benteng Angin
  - Mary Jacoba
  - Mary George
  - Wanita Kampak

Selain itu, kaum Kristen juga mengeluarkan selebaran anti kaum muslimin yang berasal dari para tokoh utama Katolik. Terutama setelah Turki Utsmani berhasil menguasai Konstantinopel (Istambul) pada tahun 857 H.

Ketika kelompok Bayyan 'seorang tokoh sejarah muslim Granada' memberontak, mereka berhasil membunuh beberapa penguasa. Mereka berontak atas kehormatannya yang diinjak-injak. Pemberontakan ini mendapat balasan dengan sangat kejamnya.

Pada tahun 1563 M, Faraj bin Faraj dari keturunan Bani Sarraj juga pernah memberontak. Mereka menyebar di pegunungan yang kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok muslimin di Granada, diantaranya adalah Hadonando Duflur, keturunan dari Khalifah Cordova. Ia lalu diangkat sebagai pemimpin dengan nama baru Muhammad bin Umayah. Pemberontakan pun kian meluas di daerah-daerah pegunungan. Lamanya hingga dua tahun. Korban banyak berjatuhan dari kedua pihak.

Namun dalam perkembangan berikutnya, Muhammad bin Umayah dicopot dari kepemimpinan oleh kaum muslimlin. Dia dinilai sangat lamban. Pimpinan yang baru diserahkan kepada Abdullah bin Abihi, seorang tokoh yang terkenal kegigihannya.

Kaum muslimin meneruskan pemberontakannya secara ksatria. Sementara tekanan Salibis semakin kejam. Akhirnya Abdullah, pemimpin mereka gugur. Dan oleh Salibis, kepala pemimpin Islam ini digantung di salah satu pintu gerbang Cordova selama tiga puluh tahun. Salibis Spanyol semakin melipatgandakan tindakan tiraninya. Kaum muslimin terus menerus diteror. Padahal mereka adalah orang-orang sipil.

Menurut pendataan para sejarawan, sebanyak kurang lebih tiga juta kaum muslimin dibantai, dibakar hidup-hidup, disiksa secara kejam, setelah jatuhnya Granada. Kaum muslimin menjadi berantakan. Akibatnya, pertanian, perindustrian, dan perdagangan pun hancur lebur karena ditinggal para ahlinya.

Sebagian kaum muslimin berupaya hijrah keluar dari Andalusia menuju negeri-negeri Islam terdekat. Kebanyakan menuju Maghrib. Namun sebagian diantara umat Islam juga banyak yang tidak mampu mengungsi ke negeri-negeri Islam. Mereka tidak memiliki pilihan kecuali menetap hidup di tanah Andalusia di bawah tekanan penguasa Kristen Katolik dengan syarat-syarat yang sangat ketat. Mereka bersifat pasif. Walaupun mereka sudah bersikap pasif, golongan Salibis masih tetap memperlakukan secara tidak manusiawi. Kelompok ini biasa disebut sebagai kaum *Mudejaris.* Kata *Mudejar* berasal dari kosakata Arab *Mudajjan* yang dikorupsi dalam lidah Spanyol. *Mudajjan*sendiri memiliki arti 'dijinakkan'.

Kaum muslim *Mudejaris* dikenal sebagai orang-orang yang ahli dalam berbagai bidang khususnya arsitek dan seni. Karena keahlian mereka, kaum *Mudejaris* dipaksa mengukir patung-patung Yesus dan membangun gereja-geraja dengan indah. Hasil karya-karya mereka sampai sekarang masih dapat dilihat dan disaksikan. Diantaranya adalah gereja Santa Maria di Calatayud, Istana La Mota di Valladolid, Katedral Teruel dll.

Jika kaum muslimin yang tetap berusaha mempertahankan keyakinan agamanya disebut kaum *Mudejaris*, maka kaum muslim yang dipaksa pindah agama Kristen Katolik dijuluki kaum *Mouresque* atau *Moriscos*, artinya orang-orang dari Maghrib. Hidup mereka membaur dengan orang-orang Portugis dan Spanyol. Walau begitu mereka masih tetap menjaga bahasa Arab. Bahasa Arab dilatinkannya dan disebut *Khimyada.* Banyak buku yang ditulis dengan huruf latin tetapi sebenarnya masih berbahasa Arab. Lahirlah bahasa baru campuran seperti huruf Mesir kuno ketika ditulis dalam huruf Griek. Kaum *Moriscos* ini, meskipun secara *dzahir* mereka beragama Kristen, tetapi mereka tetap menjalankan ritual agama Islam sebisa mungkin yang dapat mereka kerjakan dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. [mzf]

*Disusun oleh Tim Redaktur Muslimdaily.net  *

Sumber Referensi:

Muhammad Ali Quthub. 1993. *Fakta Pembantaian Muslimin di Andalusia*. Solo: Pustaka Mantiq Wikipedia.org

http://muslimdaily.net/artikel/studiislam/jatuhnya-granada-awal-mula-penindasan-kristen-terhadap-umat-islam-di-andalusia.html

Kisah Hidup Seorang Muslim Di Bawah Penjajahan Penguasa Kristen Spanyol

*Muslimdaily.net -* 
Sebuah nostalgia. Andalusia, suatu daerah di Spanyol pernah cemerlang gemerlapan disinari oleh nur Islam. Pada saat itu benar-benar tumbuh nilai-nilai budaya dan peradaban dunia insani. Andalusia menjadi pusat sumber segala sumber ilmu pengetahuan. Filosof dan ilmuwan silih berganti bermunculan mewarnai kesegaran nafas Islami. Ilmu, budaya, dan iman tumbuh dalam simbiosa mutualistis (saling menghidupi dan saling mengisi). Semua itu tumbuh segar dari keaslian akar Islam yang menyinari Andalusia yang tercinta ini.

Akan tetapi apa lacur? Entah bagaimana ceritanya, umat Islam berangsur-angsur meninggalkan prinsip-prinsip yang digariskan oleh ketentuan Islam, dan mulai pudarlah sinar Islam sampai titik kulminasi yang paling kritis. Hari demi hari umat Islam mulai meninggalkan Andalusia dan tertinggal menjadi bulan-bulanan kebiadaban kaum kristiani yang ada di Spanyol.

Situasi kehidupan umat Islam yang tertinggal makin hari makin tragis, dikoyak-koyak oleh kekejaman kaum kristiani. Penguasa Kristen di Spanyol muncul dalalm kekejaman dan kebengisan sepeti kesetanan. Setiap muslim mulai orok sampai tua bangka dikejar, diteror, disiksa, dan dibunuh dengan semena-mena tiada taranya. Diantara umat Islam yang dikepung oleh kebengisan penguasa Kristen itu adalah satu rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya laki-laki yang masih kecil. Si anak itu, yang sekarang sudah menjadi ulama besar, sempat mengungkapkan tragedi yang dialami oleh keluarga sebagai berikut :

Saat itu aku masih kecil, dan masuk sekolah Kristen. Tanpa kusadari, apa yang kuperoleh dari sekolah kuceritakan kepada ayahku. Banyak ayat dari kitab Injil aku hafal. Dengan bangga hal itu pun aku laporkan kepada ayah. Setelah mendengar ini, tiba-tiba kulihat wajah ayahku menjadi pucat dan sekujur badannya gemetar. Secepatnya ia meninggalkan aku menuju sebuah kamar pribadinya yang terletak paling ujung. Ayah melarang keras siapa saja memasuki kamar pribadinya itu. Mendekati saja tidak boleh. Termasuk ibu dan aku sendiri. Jadi aku sendiri tidak tahu apa yang diperbuat ayah dikamarnya itu. Agak lama ia membenamkan dirinya di dalam kamar. Beberapa jam kemudian setelah keluar dari kamarnya, kulihat kedua matanya merah seperti menangis sedu. Terhadap pertanyaankau, ia selalu mengelak. Sejak saat itu, ia suka memandang aku agak lama dengan wajah sayu yang penuh duka, sambil menggerakkan bibirnya seperti membaca sesuatu dengan suara halus. Kalau aku mendekati untuk mendengar apa yang ia baca, secepatnya ia berpaling dan pergi tanpa mengucap sedikit pun. Aku membaca sesuatu yang aneh di raut wajah ayahku.

Setiap pagi saat aku hendak berangkat ke sekolah, ibuku seperti berat melepaskan aku. Wajahnya begitu murung, dan sambil mencucurkan air mata dipeluknya aku dan dicium berkali-kali.

Baru saja aku dilepas dan kakiku melangkah kecil, ditariknya kembali dan dihujani peluk-cium lagi, sampai cucuran air matanya yang hangat membasahi mukaku. Aneh bin ajaib. Aku heran tak habis-habisnya, dan tidak faham latar belakang semua itu. Kalau aku pulang dr sekolah, ibuku menyambutku dengan penuh mesra dan kerinduan, seolah-olah puluan tahun berpisah dengan anaknya. Setiap otakku dipenuhi oleh teka-teki yang sukar dijawab.

Ditengah-tengah kelesuan keluarga, sejak itu sering kali kulihat kedua orang tua suka duduk berduaan seperti menghindari aku. Mereka suka berbicara perlahan dan berbisik, tapi bukan dengan bahasa spanyol. Aku menjadi bingung dan resah. Bahasa mereka tak kukenal. Setiap kali aku mendekati, mereka alihkan pembicaraannya dengan bahasa Spanyol. Dalam hatiku timbul prasangka dan dugaan, jangan-jangan aku ini hanya anak angkat dan bukan anak mereka sendiri. Hatiku kesal, wajahku murung tak pernah cerah. Aku suka menyendiri di suatu pojok, dan sering pula mengangis sendirian memikirkan semua teka-teki yang menyelimuti keluargaku ini. Semua itu menimbulkan stigma (vlek) dalam hatiku. Mungkin itu disebut ‘stress’ ataukah neurosa? Entahlah yang jelas, sejak itu terasa ada kelainan dalam diriku, yang berbeda dari anak-anak sebaya denganku. Aku lebih suka menyendiri, tidak ikut main-main dengan anak lainnya. Aku suka duduk merenung sambil menutup wajahku dengan kedua tangan. Aku ingin rasanya segera bisa menjawab teka-teki yang menyelimuti keluargaku. Pernah kualami, tiba-tiba saja pak guru menegur dan menggiring aku ke gereja. Aku jadi bengong.

Pada suatu hari ibuku melahrkan seorang bayi. Aku lari-lari memberitakan kepada ayah. Ayahku tidak tampak gembira, walau yang lahir itu seorang bayi laki-laki. Bahkan wajahnya terlihat sedih. Ketika ia melangkah hendak mengabari rahib tentang kelahiran anaknya itu. Ia kembali membawa rahib ke rumah dengan wajah merunduk ke bawah. Wajahnya diliputi putus asa penyesalan.

Kian hari kulihat wajahnya makin muram dan sorot matanya makin redup melayu. Hatiku makin tersayat pilu memikirkan penderitaan ayah ini. Aku tidak tahu apa yang mesti kukerjakan. Begitu berjalan berhari-hari.

Datanglah malam hari paskah. Kota Granada tenggelam dalam kegemerlapan cahaya lampu yang beraneka warna, seperti Jannah dengan bau minyak wangi kasturinya. Gedung Alhambra gemerlapan memancarkan cahaya lampu warna-warni. Tiang-tiang salib terpancang megah di setiap halaman. Menara-menara nampak gemerlang mempesona oleh kedap-kedipnya lampu, dan terlihat gagah menjulang tinggi mencakar langit.

Di tengah pesta malam yang gemerlapan itu, ayah membangunkanku. Seisi rumah sedang tenggelam tidur nyenyak. Ayah menggiring aku ke kamar pribadinya yang ’suci’ itu. Hatiku berdebar-debar bercampur heran. Tapi aku bisa menahan menutupi perasaan getir itu. Setelah kita berdua masuk, ayah mengunci pintu rapat-rapat. Suasananya sangat gelap tanpa lampu, dan aku tertegun dalam kegelap-gulitaan. Kemudian ayah menyalakan lampu kecil dan kulihat sekeliling kamar itu kosong melompong. Tak ada satu pun benda yang menarik untuk dilihat, kecuali selembar permadani yang terhampar, deretan buku di atas rak dan sebuah pedang bergantung di dinding. Ayah menyuruh aku dengan isyarat supaya aku duduk di permadani. Ia terpaku diam memusatkan pandangannya yang tajam kepadaku. Ketajaman pandangannya menyebabkan suasana kamar yang sunyi itu bertambah angker. Bulu romaku berdiri dan angan-anganku itu terbang merana menembus kesunyian kamar itu tidak karuan kemana arahnya. Aku tidak bisa membayangkan lagi apa yang kurasakan pada saat itu. Tiba-tiba ayahku dengan penuh kasih sayang memegang tanganku. Sambil meremas-remas jari-jari tanganku, terlontar deratan kata-kata dengan suara yang lembut mengesankan:

”Wahai anakku, sekarang engkau sudah menginjak usia dewasa. Sudah 10 tahun lebih umurmu. Engkau sudah mejadi seorang remaja. Sudah saatnya aku mengungkap segala tabir rahasia yang kusimpan selama ini terhadapmu. hanya satu pintaku, sanggupkah engkau merahasiakan rapat-rapat pesanku ini. Engkau tidak boleh membocorkan pesanku ini, berarti engkau ekan melemparkan tubuh ayahmu ke tangan algojo-algojo yang berada di inkuisisi.”

Mendengar sebutan ’Inkuisisi’ itu, bulu romaku berdiri dan sekujur badanku gemetar ketakutan. Aku tahu benar praktek Inkuisisi itu, walau aku masih kecil. Setiap hari aku berangkat ke sekolah, kulihat dengan mata kepalaku sendiri sosok manusia yang bergantung di jalan-jalan raya, disalib, dibakar hidup-hidup. Kaum wanita di gantung rambutnya, di sayat kulitnya sampai berceceran semua isi perut, menyebarkan bau busuk menyengat di sekitar tempat gantungan. Aku terdiam dan tidak kuasa menahan rasa ngeri yang terbayang dalam benakku.

“Mengapa engkau diam tidak menjawab? Bisakah engkau menyimpan rahasia yang hendak aku sampaikan kepadamu?” desak ayah.

Aku menjawab setengah gemetar, ”bisa ayah.”

”Rahasiakan walau terhadap ibumu sendiri dan terhadap sahabatmu yang dekat sekalipun,” tandasnya dengan penuh kesungguhan.

”Baik ayah, aku sanggup,” jawabku meyakinkan.

Ayah terlihat bingar, dan sambil menarik tanganku ia berkata, ”baiklah, dekatkanlah dirimu kemari. Kau pasang telingamu lebar-lebar. Aku tidak berani bicara keras, karena dinding-dinding ini punya telinga dan bisa melaporkan aku ke Inkuisisi,” ayah menandaskan itu sambil menunjuk ke empat penjuru dinding.

Kemudian ia berdiri mengambil sebuah kitab dan disodorkan ke muka mataku. ”Tahukah engkau kitab ini, wahai anakku?” tanyannya.

”Tidak ayah,” jawabku.

”Ini adalah kitabullah,” ia menandaskan. “Kitabullah? maksud ayah kitab suci yang diajarkan Isa anak Tuhan?” selaku dengan terheran-heran.

”Bukan,” jawab ayah dengan gemetar, ”ini adalah Al-Quran yang diturunkan Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa dan Maha Kuat. Tiada Bandingannya, Tiada Beranak dan Tiada pula Diperanakan, Tidak ada sesuatupun setara dengan Dia. Kitab ini diturunkan kepada makhluknya termulia dan terunggul. Nabinya yaitu Muhammad bin Abdillah.”

Kubuka lebar-lebar mataku keheranan karena aku belum faham benar apa yang dimaksud ayahku itu.

”Ini kitabnya Islam,” jelasnya, ”yaitu agama yang haq yang dibawa oleh utusan Allah, Muhammad Rasulullah kepada seluruh umat manusia. Beliau dilahirkan nun jauh di sana, melintas lautan dan beberapa negara. Di padang pasir yang jauh, yang disebut kota Mekkah, di tengah umat yang tadinya terbelakang dan bodoh, yang kemudian mendapat hidayah dari Allah menjadi umat tauhid, dikaruniai Allah persatuan yang kokoh, ilmu pengetahuan yang cemerlang, peradaban yang tinggi, mereka berhasil keluar membuka pintu negara-negara di Timur dan Barat. Dan sampailah mereka ke negeri ini, negeri Spanyol yang rajanya dhalim, pemerintahannya kejam sedang rakyatnya teraniaya dan miskin, dalam kebodohan dan kemunduran. Akhirnya raja yang dhalim itu terbunuh dan runtuhlah pemerintahan yang kejam itu. Setelah Islam berkuasa di Spanyol, menyebarluaslah keadilan sosial, derajat, dan martabat rakyatnya terangkat. Negara pun menjadi kuat. Islam menetap disini 800 tahun lamanya. Selama itu negeri ini menjadi negeri yang paling unggul dan paling megah di dunia, dan kami ini wahai anakku adalah kaum muslimin yang tersisa dan bersembunyi disini.”

Mendengar uraian ayahku yang bersemangat itu, aku ternganga takjub bercampur takut dan juga benci. Aku mencoba hencak berteriak, ”apa ayah, kitab kaum muslimin?”

Ayah segera menutup mulutku sambil berseloroh, ”benar wahai anakku. Rahasia ini lah yang kubungkus rapat bertahun-tahun, untuk kubuka kepadamu apabila engkau sudah menginjak dewasa. Sesungguhnya kitalah pemilik negeri ini. Kitalah yang membangun semua gedung dan bangunan yang kini beralih menjadi milik lawan kita. Kitalah yang mendirikan menara-menata untuk mengumandangkan adzan, dan kini telah diganti dengan suara lonceng gereja. Masjid-masjid yang kita bangun sebagai tempat ibadah sholat yang dipimpin oleh para imam yang membacakan kalam ilahi sekarang diubah menjadi gereja yang dipimpin oleh para yang membaca Injil. Wahai anakku, kita kaum muslimin telah meletakkan pada setiap sudut negeri Spanyol ini kenangan indah yang mengesankan. Setiap jengkal tanahnya pernah dilalui para mujahidin dan syuhada kita. Kitalah yang membangun semua kota, semua jembatan, dan kita pula yang membuka jalan-jalan raya dan semua sarana jalan di negeri ini. Kita pula yang membenahi semua irigasi pertanian, menanam dan mengatur segala tanaman dan taman-tamannya. Dengarkan baik-baik anakku. Sejak 40 tahun lalu raja kita Abu Abdillah yang kasihan itu telah tertipu racun janji muluk dari Raja Spanyol. Raja Abu Abdillah sebagai raja terakhir kaum muslimin di negeri ini tertipu menyerahkan kunci kota Granada dengan perjanjian, bahwa raja yang sekarang ini akan memberi kebebasan kepada umat Islam melakukan ibadahnya, serta menjaga segala pusaka dan kuburan nenek moyang mereka. Raja Abu Abdillah mengasingkan diri ke Maroko dan wafat di sana. Mereka ini telah menjanjikan kita kemerdekaan beragama, keadilan, dan kebebasan. Akan tetapi setelah mereka berkasa, mereka injak-injak semua perjanjian bersama itu. Mereka mendirikan Inkuisisi untuk memaksa kita memeluk agama Kristen, melarang penggunaan bahasa kita, dan mengkristenkan semua anak keturunan kita dengan paksa.”

“Itulah sebabnya kita melakukan ibadah dengan sembunyi, membuat kita sedih karena penghinaan mereka terhadap agama kita dan memurtadkan anak cucu kita. Empat puluh tahun lamanya kita tersayat-sayat siksaan yang berat, sambil menantikan hari kebebasan dari Allah. Kita tidak berputus-asa, karena hal itu dilarang oleh agama kita, sebagai agama yang didasari kekuatan, kesabaran dan perjuagan. Rahasia inilah wahai anakku yang harus kau simpan. Ketahuilah, nasib ayahmu terletak di mulutmu. Jangan engkau menyangka aku takut mati. Atau benci bertemu Tuhanku. Tetapi aku ingin diberi kesempatan hidup sampai batas menyelesaikan tugasku. Mendidik engkau tentang bahasa dan agamamu, demi menyelamatkan engkau dari kekufuran. Sampai sekian dulu anakku, dan pergilah tidur.”

Sejak saat itu, setiap aku melihat gedung Alhambra dan menara-menara kota Granada, mataku terbelalak, tubuhku gemetar dan darahku mendidih. Lahir kerinduan dan kesedihan, benci bercampur cinta. Benci, karena semua itu sudah dikuasai oleh lawan agamaku. Cinta, karena semua itu dirintis, dibangun dan diukir oleh pejuang-pejuang yang telah meninggalkan negeri ini. Semua itu menggoncang-goncang nafsuku. Terkadang tanpa ku sadari aku sudah di hadapan gedung Alhambra, sambil mencemooh dan bergumam, ”Wahai Alhambra, kini kasih sayang ku telah sirna. Lupakah engkau kepada mereka yang membangun dan memperindah engkau?? Begitu juga kepada kawan seperjuanganmu yang rela memperjuangkan hidupnya, mengucurkan darah dan air matanya?? Masa bodokah engkau terhadap masa jaya dan kecintaan mereka kepadamu?? Sudah lupakah engkau terhadap manusia-manusia mulia yang berkeliaran di pelataranmu, suka bersandar di tiang-tiang bangunanmu dan menyayangi engkau?? Engkau dijadikan lambang kejayaan, kebanggaan, dan keindahan. Mereka adalah tokoh-tokoh terhormat, yang tiap ucapannya didengar oleh dunia, dan tiap jasanya disambut hangat sepanjang masa. Sudah jinakkah engkau kepada petualang-petualang jahanam itu?? Setelah sirna gema suara adzan, sudah relakah engkau mendengar suara lonceng dan dipeluk oleh para rahib yang menggantikan para imam??”

Setelah aku puas mencaci maki, Alhambra yang terkutuk itu, sadarlah aku, jangan-jangan gumamku itu terdengar mata-mata inkuisisi. Aku cepat-cepat pulang untuk menghafal bahasa Arab yang diajarkan ayahku. Aku sudah diajar menulis bahasa Arab. Dan ayahku menandaskan, bahwa tulisan ini adalah milik umat Islam. Setelah itu diajarkan aku mengenal Islam, cara berwudhu dan aku mulai ikut sholat di belakang ayah di kamarnya yang sunyi-senyap itu. Bagaimanapun rahasia ituku simpan rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Ibu ku suka menguji aku, ”Diajari apa engkau oleh ayahmu?”

”Aku tidak diajar apa-apa,” jawabku.

”Aku mendengar engkau dididik sesuatu. Jangan engkau merahasiakan itu kepadaku,” desak ibuku. ”Sungguh, ayah tidak mengajar apa-apa,” jawabku bohong. Pada akhirnya ibuku mengetahui juga.

Setelah aku menguasai bahasa Arab secukupnya, memahami al Quran dan dasar-dasar kaidah Islam. Maka ayah memperkenalkan aku dengan salah seorang sahabatnya seperjuangan. Kita bertiga sering mendirikan sholat bersama-sama dan mengkaji al Quran. Sementara itu di luar dinding-dinding rumah tindakan algojo Inkuisisi bertambah ganas terhadap sisa umat Islam di negeri itu. Hampir setiap hari kita menyaksikan minimal tiga puluh orang banyaknya yang disalib, dibakar hidup-hidup secara demonstratif di tempat-tempat terbuka. Jumlahya menanjak sampai ratusan orang. Yang dianiaya dengan kejam, dicabut kukunya hidup-hidup adapula yang dijejeli air lumpur sampi mati. Adapula yang dibakar kakinya, perutnya jari-jari tangannya dipotong-potong, kemudian dibakar dan dimasukkan ke mulut. Ada juga yang dicemeti sampai babak belur badannya, kemudian dikompres dengan air asam garam. Kekejaman yang memuncak, dan peristiwa itu berjalan sangat panjang pada suatu hari ayahku berpesan:

”Wahai anakku, aku merasa bahwa ajalku sudah semakin dekat. Aku rela mati syahid di tangan mereka, dan semoga Allah mengganjarku dengan jannah-Nya. Dengan demikian aku meninggalkan dunia ini sebagai pemenang. Aku bersyukur, bahwa bebanku yang berat melepaskan engkau dari kekufuran telah berhasil dengan baik. Tongkat estafet itu sekarang telah berada di tanganmu. Kalau aku tertimpa musibah, maka taatilah pamanmu ini. Jangan membantah sedikitpun, ikuti dia kemana saja.”

Beberapa hari telah berlalau sejak ayah menyampaikan pesannya itu. Pada suatu malam, paman kawan ayahku itu datang menjemputku untuk melarikan diri ke negeri Maroko. Aku bertanya kepadanya, ”bagaiman ayah dan ibuku?”

Paman bahkan menghardik keras, ”bukankah ayahmu sudah berpesan, supaya engkau mentaati segala perintahku?”

Aku bungkam dan tak berkutik dan mengikutinya. Sesampai ditempat yang aman, a menepuk pundakku dengan penuh kasih sayang dan berkata, ”tabahkan hatimu, wahai anak sahabatku.. Kedua orang tuamu telah tercatat sebagai mukminin syuhada di hadapan Allah, meskipun harus lewat pintu gerbang Inkuisisi.”

Beberapa puluh tahun kemudian, anak seorang mujahid yang dilarikan ke Maroko itu tumbuh dan dibesarkan di Maroko. Dia kemudian menjadi seorang ulama besar dan pengarang tenar bernama ”*SIDI MUHAMMAD BIN ABDURRAFI` AL ANDALUSI*”.

*Disusun oleh Tim Redaktur Muslimdaily.net  *

Dikutip dari buku tulisan DR. Jalal ‘Alam, Syaikh Ali Thanthawy, dan Syaikh Muhammad Namer Alkhatib. Dendam Barat & Yahudi Terhadap Islam. Solo: Pustaka Mantiq

http://muslimdaily.net/artikel/studiislam/kisah-hidup-seorang-muslim-di-bawah-penjajahan-penguasa-kristen-spanyol.html

Inti Ajaran Islam: Iman, Islam, dan Ihsan

Assalamu'alaikum wr wb

Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Dasarnya adalah hadits sebagai berikut:

Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini
beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)

a.Rukun Iman 6 Perkara

Iman adalah keyakinan kita pada 6 rukun iman. Islam adalah pokok-pokok ibadah yang wajib kita kerjakan. Ada pun Ihsan adalah cara mendekatkan diri kita kepada Allah.

Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia. Tidak ada pahalanya di akhirat nanti:

”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun…” [An Nuur:39]

”Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]

Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga kita bisa menjelaskannya kepada orang lain. Bukan sekedar taqlid atau ikut-ikutan.

Sebagaimana hadits di atas, rukun Iman ada 6. Pertama Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan secara rinci tentang hal ini.

Rukun Iman yang kedua adalah iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.

Rukun Iman yang ketiga adalah beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti.

”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79]

Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan mengamalkannya:

”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]

Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.

Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya.

”Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40]

Rukun Iman yang kelima adalah beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka.

Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.

Rukun Iman yang keenam adalah percaya kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.

b.Rukun Islam 5 Perkara

Ada pun rukun Islam terdiri dari 5 perkara. Barang siapa yang tidak mengerjakannya maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna.

Rukun Islam pertama yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu alla ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya kita meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib kita patuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus kita patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad.

Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah kita harus mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih (minimal Kutuubus sittah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasaa’i, dan Ibnu Majah) dan mengamalkannya.

Rukun Islam kedua adalah shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya.

Rukun Islam ketiga adalah membayar zakat bagi para muzakki (orang yang wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak menerima zakat seperti fakir, miskin, amil, mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu Sabil) berhak menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja.

Rukun Islam keempat adalah puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.

Rukun Islam yang kelima adalah berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini dalam arti mampu secara fisik dan juga secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik.

c.Ihsan Mendekatkan Diri kepada Allah

Ada pun Ihsan adalah cara agar kita bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat kita. Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat keburukan, kita tidak mengerjakannya karena Ihsan tadi.

Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.

Itulah sekilas pokok-pokok dari ajaran Islam. Semoga kita semua bisa memahami dan mengamalkannya. Insya Allah dalam bab-bab selanjutnya beberapa hal di atas akan dibahas lebih rinci lagi.

Sabtu, 09 Februari 2013

SAUDI DI MATA SEORANG ULAMA SUNNAH

Oleh
Syaikh Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i[1]

MUQADDIMAH[2]
Alhamdulillahi Robbil Alamin.. Amma Ba'du, sejak dulu saya merasa ragu-ragu untuk berbicara masalah yang hendak saya bicarakan ini, kemudian sesudah itu kuatlah azamku (untuk menyampaikannya), dan jika sekarang ini saya sedang sakit maka saya khawatir kalau-kalau aku meninggal dalam keadaan belum melepaskan tanggung jawabku dalam masalah ini.

KEAMANAN DI NEGERI SAUDI
Sesudah ini -semoga Allah menjaga kalian semuanya- aku merasa kagum tatkala aku dipindahkan ke Makkah. Ketika aku di Yaman ada empat penjaga di pintu, dalam keadaan seperti ini kami tidak merasa aman di rumah kami siang dan malam. Dan aku berada di hotel Darul Azhar di Makkah dalam waktu beberapa malam aku tidak bisa tidur, maka aku keluar ke Masjidil Haram di tengah malam seorang diri, aku merasakan kenikmatan, kelapangan, dan kelezatan yang tidak ada bandingnya, aku keluar sendirian walhamdulillah, aku berjalan, thowaf, shalat, dan tinggal selama aku mampu, kemudian aku pulang ke hotel. Inilah keamanan yang tidak pernah aku saksikan di negeri manapun sesungguhnya sebabnya adalah istiqomah di atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari pemerintah dan mayoritas penduduk negeri ini, maka sungguh benarlah Rabb kami Azza wa Jalla tatkala berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia tentang Ahli Kitab.

"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka, diantara mereka ada golongan yang pertengahan dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka" [Al-Maidah : 66]

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya" [Al-A'raf : 96]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Dan mereka (orang-orang Quraisy) berkata : "Jika kami mengikuti pentunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami : (Allah berfirman :) Apakah kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dan segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui" [Al-Qashash : 57]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?" [Al-Ankabut : 67]

Rabbul Izzah juga berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia.

"Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)" [Al-Jin : 16]

Dan benarlah Rabb kami Azza wa Jalla yang berfirman dalam Kitab-Nya.

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sahlih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagai mana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku, dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik" [An-Nur : 55]

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Rabb pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan'" [Al-Quraisy : 1-4]

Maka keamanan adalah nikmat yang agung dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, nikmat yang agung dari Allah Azza wa Jalla, sebabnya adalah istiqomah di atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka perkaranya bahwa istiqomah .. tatkala negeri ini istiqomah -dan segala puji bagi Allah- maka Allah meneguhkan mereka bersamaan juga kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memberikan kepada mereka teman kepercayaan yang baik, melindungi mereka dari teman-teman duduk yang jelek yang menghiasi kebatilan, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bermajlis dengan orang-orang yang baik dan mulia, dan meskipun barangkali datang dari mereka ucapan yang keras terhadap mereka, karena sebagaimana dikatakan : Temanmu adalah yang menasehatimu bukan orang yang membenarkanmu, dan musuhmu adalah yang membenarkanmu.

Maka selayaknya kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana wajib atas penduduk negeri ini agar bersyukur kepada Allah, karena didalamnya ada sebagian orang-orang yang kadang-kadang mengikuti hawa nafsu mereka menuntut perkara-perkara dari ibahiyyah (penghalalan segala sesuatu) dan yang lainnya, tetapi semoga Allah membalas pemerintah dengan kebaikan karena aku telah melihat di dalam sebuah surat kabar bahwa Amir Nayif -hafidhahullah- beliau dimita agar mengadakan pencalonan wanita (dalam pemerintahan) maka beliau berkata :"Apakah kalian menghendaki orang laki-laki di rumah dan wanita keluar?! Tidak ! ini adalah perkara yang jangan sampai kalian mengusahakannya", beliau juga diminta agar mengadakan pemilihan umum, maka beliau berkata : "Kami melihatnya tidak membawa kebaikan di negeri-negeri tetangga, karena yang menang adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan harta". Benarlah beliau, dan juga bahwa pemilihan umum adalah produk musuh-musuh Islam. Lembaga hak asasi manusia disambut dengan hangat oleh banyak orang dalam keadaan di dalamnya banyak kebatilan, kenapa? Karena artinya : Hukum-hukum had adalah kejam, dan artinya adalah membatalkan Kitab dan Sunnah serta memasukkan undang-undang yang berasal dari musuh-musuh Islam.

Pemerintah Saudi -semoga Allah memberikan taufik kepada mereka dalam setiap kebaikan- menerima Lembaga HAM ini dengan syarat dia tunduk kepada Islam dan tunduk kepada Kitab dan Sunnah, demikian juga tunduk kepada penegakan hukum-hukum had, sedangkan penegakan hukum-hukum had adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Kitab-Nya.

"Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa" [Al-Baqarah : 179]

PENEGAKKAN SYARI'AT ISLAM DI NEGERI SAUDI
Ya! Pembunuhan sedikit sekali di negeri Saudi ini, demikian juga pencurian, di sini. Engkau letakkan mobilmu di sisi masjid atau di depan pintu rumahmu tidak ada yang mencurinya dan tidak ada apa-apa, adapun di negeri-negeri lain engkau parkirkan mobil kemudian sesudah itu engkau tidak melihatnya lagi, bahkan ada orang-orang yang merampas mobil tatkala dikendarai oleh pemiliknya, keamanan di negeri ini disebabkan oleh penegakkan hukum-hukum had, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, sebagaimana telah kalian dengarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa". Demikianlah seorang pencuri jika tahu bahwa dia akan dipotong tangannya maka dia tidak jadi mencuri, demikian juga seorang pezina jika dia tahu akan didera jika masih bujang atau dirajam jika sudah menikah maka akan berkurang perzinaan, tidak aku katakan tidak ada sama sekali tetapi aku katakan berkurang.

Demikian juga pemberian wewenang kepada Haiah Al-Amr bil Ma'ruf wan Nahyi Anil Munkar (Badan Penegak Syari'at), kami melihat di dalam sebuah surat kabar bahwa Raja Fahd -hafidhahullah- memberikan 300 mobil kepada Haiah Al-Amr bil Ma'ruf wan Nahyi Anil Munkar seraya berkata kepada mereka : "Kalian adalah para petugas untuk memerintahkan kepada yang ma'ruf sedangkan kami adalah bagian keamanan, kalian akan bertanggung jawab di hadapan Allah Azza wa Jalla", maka semoga Allah membalas mereka dengan kabaikan. Ya! Mereka telah berbuat kebaikan kepada negeri mereka dan kepada daulah mereka, sesungguhnya wajib atas setiap mu'min di seluruh penjuru dunia agar bekerjasama dengan pemerintah Saudi ini walaupun hanya dengan ucapan yang baik, karena sesungguhnya musuh-musuh pemerintah Saudi banyak sekali dari luar dan dari dalam. Ya! Di sana ada orang-orang syahwaniyyun (pengikut hawa nafsu) ibahiyyun (yang menghalalkan segala sesuatu) dari dalam negeri, akan tetapi Allah menetapkan keteguhan daulah yang penuh berkah ini walhamdulillah, maka wajib atas setiap muslim agar bekerjasama dengan pemerintah Saudi ini.

Penegakan qishah dan yang lainnya dari hukum-hukum had adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada masyarakat, orang-orang memprotes kami jika kami tegakkan salah satu hukum had dari hudud dalam keadaan mereka menjerumuskan bangsa ke jurang kehancuran ! hukuman-hukuman had ini mashlahatnya adalah untuk perorangan dan masyarakat, bagi perorangan merupakan kaffarah sebagaimana dalam Shahihain dari hadits Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, dan dia bagi masyarakat adalah penjagaan terhadap harta, darah, dan kehormatan mereka. Ya! Engkau keluar ke pantai atau tempat mana saja di negeri ini engkau melihat seseorang dengan istrinya tidak takut gangguan siapapun.

Hukum-hukum had ini adalah mashlahat, tatkala ditiadakan di banyak negeri-negeri Islam maka mereka tidak bisa menanggulangi pencurian, tidak bisa menanggulangi kriminalitas, dan tidak bisa menanggulangi minuman-minuman keras dan narkoba, sebabnya karena tidak ditegakkan hukum-hukum had. Wallahu Musta'an.

PROYEK PEMBANGUNAN MASJID OLEH PEMERINTAH SAUDI
Yang lain lagi (dari kebaikan negeri ini) adalah proyek-proyek pembangunan masjid di negeri-negeri Islam dan yang lainnya, hanya saja kami nasehatkan kepada mereka jika mereka membangun masjid hendaknya diserahkan kepada ahli sunnah, karena jika mereka serahkan kepada Shufi maka dia justru akan mencaci pemerintah Saudi dan berkhotbah Jum'at dalam mencaci mereka, dan jika mereka serahkan kepada seorang hizbi maka akan dia manfaatkan untuk hizbiyyahnya, maka kami nasehatkan kepada mereka agar menyerahkan masjid-masjid ini kepada ahli sunnah yang mencintai pemerintah ini dan orang-orang para pelaksananya. -Kemudian Syaikh berkata- : Aku ucapkan ini dan tidak ada seorangpun yang mendorongku untuk mengucapkannya, dan tidak ada seorang pun yang mewajibkanku untuk mengucapkannya, tetapi ini dari diriku sendiri aku memandangnya sebagai kewajibanku untuk melepaskan tanggunganku.

PERHATIAN PEMERINTAH SAUDI TERHADAP PARA HAJI
Demikian juga perhatian mereka kepada orang-orang yang berhaji dan perluasan dua masjid tanah haram (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) dalam keadaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Barangsiapa yang membangun masjid Allah maka Allah akan membangunkan baginya yang semisalnya di surga" [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya 1/234 dan Tirmidzi dalam Jami'nya 2/134 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah]

Perhatian mereka terhadap urusan orang-orang yang haji dan penjagaan keamanan mereka, pemeriksaan di pintu-pintu Masjidil Haram, demikian juga tatkala sering terjadi kebakaran maka mereka mempersipakan kemah-kemah yang tahan api, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, dan puncak perhatian mereka adalah pesawat-pesawat terbang -tatkala kami di Mina- terbang di atas Mina dengan tujuan menjaga para haji, semoga Allah membalas mereka atas perhatian mereka ini.

Dan aku katakan ; Sesungguhnya engkau jika membaca di kitab-kitab ulama terdahulu dan sejarah-sejarah Makkah engkau akan melihat bahwa Abu Thahir Al-Qirmithi telah membunuh di Masjidil Haram sekitar (13 ribu orang) dan di Makkah dan sekitarnya semuanya sekitar 30 ribu orang, engkau akan membaca bahwa pada sebagian tahun orang-orang haji Mesir dilarang masuk, pada sebagian keadaan orang-orang haji Iraq dilarang masuk, dan dalam sebagian keadaan dilarang orang-orang haji Yaman. Tetapi tatkala pemerintah Saudi berkuasa -bihamdulillah- mereka menjaga musuh dan teman, mereka menganggap mereka semua adalah tamu-tamu Allah, dan kemudian tamu-tamu mereka, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan.

Sesungguhnya mereka patut disyukuri dalam hal itu, tidak ada seorangpun dari pemerintah-pemerintah yang ada semuanya, tidak ada seorang pun dari kita yang mampu melakukan hal ini, tetapi mereka -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan- bisa melaksanakannya, para pasukan keamanan disebarkan, para petugas juga disebarkan, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan -walhamdulillah- di antara mereka ada yang memakai seragam resmi dan ada yang berpakaian preman dengan tujuan mengawasi orang-orang yang haji -walhamdulillah-, ini adalah nikmat dari Allah kepada pemerintah ini. Aku telah menukil sebagian di dalam kitabku Ilhad Khumaini fi Ardhil Haramain sebagian dari ini aku maksudkan tentang kegelisahan para haji yang telah terdahulu. Al-Hakim Biamrillah Al-Abidi Al-Bathini mengutus seorang budaknya menohok Hajar Aswad dengan tongkat, kemudian sesudah itu berdiri di sekitar Hajar Aswad membunuh orang-orang yang menghalanginya dan yang hendak menangkapnya seraya berkata : Tidak Muhammad dan Tidak Ali!! Hingga dia dibunuh oleh dua orang Yaman.

SIKAP YANG BENAR DARI KAUM MUSLIMIN TERHADAP PEMERINTAH SAUDI
Maka sebagaimana telah terdahulu bahwa wajib atas setiap muslim di seluruh penjuru dunia agar bekerjasama dengan pemerintah Saudi ini, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam Kitab-Nya.

"Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" [Al-Maidah : 2]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Seorang mu'min dengan mu'min yang lainnya seperti sebuah bangunan saling menguatkan satu dengan yang lainnya" [Muttafaq Alaih dari hadits Abu Musa]

Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Permisalan orang-orang mu'min di dalam kecintaan, kasih sayang, dan belas kasihan di antara mereka seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam" [Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya 4/1999]

PEMERINTAH SAUDI MEMULIAKAN PARA ULAMA
Diantara hal lain yang merupakan kebaikan pemerintah Saudi adalah pemuliaan mereka terhadap para ulama, bapak mereka Abdul Aziz rahimahullah telah mewasiatkan hal itu, maka mereka menghormati para ulama dan memuliakannya dengan sesungguh-sungguhnya, akan tetapi di sana ada para ulama su' yang mencela pemerintah Saudi dan kadang mereka kafirkan pemerintah Saudi, maka selayaknya dipilahkan di antara orang-orang berilmu mana yang berada di atas aqidah tauhid yang selayaknya dia ini dimuliakan, dan antara orang-orang yang berada di atas aqidah-aqidah bid'ah dan hizbiyyah, orang-orang hizbi ini -wahai saudara-saudara- adalah orang-orang yang jelek, mereka mencari-cari kesempatan untuk menyerang daulah ketika mereka memliki kesempatan, maka selayaknya orang-orang hizbi ini tidak diberi kesempatan sama sekali, dan hendaknya mereka tidak dibantu pada kebatilan mereka, Allahumma jika sebagai sarana melunakkan hati mereka jika dipandang mereka akan kembali. Sesungguhnya pemuliaan pemerintah Saudi terhadap ulama merupakan manqobah (keutamaan) mereka dan kebaikan mereka terhadap daulah mereka serta bapak mereka (Abdul Aziz) sebagai pelaksanaan wasiatnya -Rahimahullah Ta'ala-, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, sungguh mereka telah menyambut kami dengan sebaik-baiknya, memuliakan kami dengan semulia-mulianya, mereka lakukan -Biidznillahi Ta'ala- segala hal yang berhubungan dengan pengobatan kami, dan pada hal-hal yang kami butuhkan, maka semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan.

HARAPAN UNTUK PEMERINTAH SAUDI
Aku memohon kepada Allah agar memberkahi mereka menjaga daulah mereka, memberikan keteguhan kepada mereka, memperbaiki mereka juga, dan memberikan teman kepercayaan yang baik kepada mereka, kami memohon kepada Allah agar memberikan kepada mereka teman kepercayaan yang baik, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi, sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya" [Ali-Imran : 118]

Kami memohon kepada Allah agar memberikan kepada mereka teman kepercayaan yang baik, dan agar melindungi mereka dari para teman duduk yang jelek, karena sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Permisalan teman duduk yang shalih dan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual misik dan peniup tungku api, penjual misik adakalanya akan memberikan minyaknya kepadamu adakalanya engkau membeli darinya dan adakalanya akan engkau dapatkan darinya bau yang wangi, sedangkan peniup tungku api adakalanya akan membakar pakaianmu dan adakalanya akan engkau dapatkan darinya bau yang busuk" [Muttafaq Alaih]

Dan kami saat ini bukanlah hendak menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang bahaya teman-teman duduk yang jelek dan tentang keutamaan teman-teman duduk yang baik, akan tetapi kami nasehatkan kepada mereka agar selalu berusaha agar mendapatkan teman-teman duduk yang shalih yang menghendaki kebaikan bagi mereka dan bagi negeri-negeri Islam, karena sesungguhnya negeri Saudi ini merupakan benteng kaum muslimin dan tempat bersandar kaum muslimin. Dan sesungguhnya aku memuji kepada Allah bahwasanya mereka telah membuka hati mereka bagi para pendatang dari seluruh penjuru negeri, kami bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, Wallahul Musta'an.

Sesungguhnya sebagaimana telah kami katakan : Hal yang mendorong kami untuk mengucapkan kalimat-kalimat ini adalah bahwa kami memandang bahwa wajib atas kami untuk mengucapkan al-haq, ini adalah kewajiban, dan jika tidak -maka demi Allah- aku tidak didorong oleh materi, tidak ada seorangpun yang mendorongku kepada hal itu, dan aku juga -bihamdulillah- tidaklah termasuk orang-orang yang terperdaya dengan perkataan, akan tetapi aku terkesan dengan perbuatan. Aku melihat perbuatan-perbuatan yang terpuji lagi luhur -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan- inilah yang membuat aku terkesan, wallahul musta'an. Ini dan kami memohon kepada Allah agar memberi taufik kepada kami dan kalian kepada apa yang dicintai dari diridhoi-Nya. Telah banyak pertanyaan yang terlontar kepadaku : Apakah engkau telah ruju' (meralat) perkataan-perkataanmu (yang dulu) terhadap pemerintah Saudi? Maka (aku katakan) : Aku telah meralat perkataan-perkataanku yang dulu tentang pemerintah Saudi dan semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, adapun perkataan-perkataanku yang selainnya maka tidak aku ralat.

SOAL DAN JAWAB
1). Soal : Wahai Syaikh ada sebuah berita bahwa antum memberikan pengantar kepada sebuah kitab tentang pengkafiran daulah Saudi oleh Al-Maqdisi (Kawasyif Jaliyyah fi Kufri Daulah Su'udiyyah), dan bahwasanya antum menyebutkan pengkafiran ini di dalam muqoddimahnya, wahai Syaikh benarkah hal ini?

Jawab : Ini adalah dusta, karena tatkala dulu aku di Madinah, dan sesudah aku dipenjara di Madinah dan di Riyadh, dan aku keluar dalam keadaan aku tidak megkafirkan pemerintah Saudi, bagaimana aku mengkafirkannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Barangsiapa mengatakan kepada saudaranya 'Wahai kafir' maka sungguh telah kembali kepada salah seorang dari keduanya".

Maka tidak boleh bagi kami untuk mengkafirkan Daulah Saudi, dan di adalah Daulah Islam, wallahul musta'an.

2). Soal : Wahai Syaikh ada sebuah pertanyaan -Barakallohufikum-, kami ingin mengetahui pendapat antum -Wahai Syaikh- tentang orang yang disebut dengan Abu Muhammad Al-Maqdisi, bagaimana menurut pendapat antum, apakah dia termasuk ahli ilmu?

Jawab : Orang ini memiliki tulisan yang banyak, dan kitab-kitabnya memiliki kesalahan-kesalahan yang banyak sekali, dia mengirim kepada kami sebuah kitab barangkali -Wallahu a'lam- berjudul I'dadul Fawaris Bitarkil Madaris dia atau yang lainnya, dan bukan kitab Kawasyif Jaliyyah karena dulu dia tidak mengakui bahwa kitab Kawasyif ini adalah tulisannya, dia berikan kitab di atas agar aku melihatnya dan aku waktu itu, tidak memiliki maka aku berikan kepada saudara kami yang kritis dan berilmu Abdul Aziz Al-Bar'i, dia jelaskan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya, maka aku sampaikan koreksian tersebut kepadanya, ternyata dia hendak membantah Abdul Aziz Al-Bar'i, maka aku katakan kepada Abdul Aziz Al-Bar'i :"Orang ini jahil dan sombong, tinggalkanlah dia tidak selayaknya kita menyibukkan diri dengannya, tidak selayaknya kita menyibukkan diri dengannya", -wallahul musta'an-. Hanya saja orang-orang yang melihat semangat yang ada padanya menyangka bahwa dia termasuk ahli ilmu, dan berapa banyak orang yang disangka sebagai ahli ilmu padahal dia bukan ahli ilmu, maka orang ini (Al-Maqdisi) bukanlah termasuk ahli ilmu.

TAMBAHAN DAN PENUTUP
Kami lupa tentang sesuatu (yang belum kami sebutkan) : Yaitu yang datang di dalam sebagian surat kabar bahwa Amir Salman -hafidzhullah- mengumumkan bahwa dia telah mendera empat orang warga negara Inggris dan berkata : "Kami akan menerapkan syari'at Allah, silahkan marah orang yang marah", demi Allah sungguh menakjubkan ! dan yang juga menakjubkan dari mereka bahwa mereka berani melakukan ini di saat banyak negara yang takut kepada Kantor Berita London, dan mengatakan bahwa dia adalah kantor berita dunia, banyak negara yang takut kepada Live News dan mengatakan bahwa dia adalah kantor berita dunia, adapun mereka (pemerintah Saudi) -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan- menegakkan syari'at Allah, maka aku memohon kepada Allah agar menjaga mereka dan menjaga negeri mereka.

Hal lain yang aku lupa : Yaitu masalah rumah sakit-rumah sakit, kami telah melihat hal yang membahagiakan kami di rumah-rumah sakit -bilhamdillah- di setiap lantai ada masjid (tempat shalat)nya, dan kadang-kadang ada masjid khusus untuk laki-laki dan masjid khusus untuk para wanita, mereka patut disyukuri atas perhatian ini dan semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan, kemudian juga sesudah itu : Pembangunan rumah-rumah sakit di banyak negara, mereka telah membangun sebuah rumah sakit yang besar di negeri kami Yaman di Sho'dah yang bernama Rumah Sakit As-Salam, dan membangun lagi rumah sakit yang lain yang aku lupa namanya, dan ini dengan alasan .. agar pengobatan bisa gratis, penyinaran gratis, dan operasi gratis, maka mereka patut disyukuri atas hal ini, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas amalan yang agung ini yang mereka laksanakan wallahul musta'an, dan dengan ini maka selesailah walhamdulillahi Rabbil alamin, wa la haula wa la quwwata illa billah, jika terdapat kesalahan-kesalahan maka orang yang sakit layak diberi udzur, Wallahul Musta'an.

[Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi 1, Th. Ke-7 1428/2008. Diterbitkan Oleh Lajnah Dakwah Ma'had Al-Furqon Al-Islami, Alamat : Ma'had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim]
__________
FooteNote
[1]. Diterjemahkan oleh Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah dari kaset yang berjudul Musyahadati fil Mamlakah Arabiyyah Su'udiyyah dengan perantaraan kitab Tabdid Kawasyifil Anid Fi Takfirihi Lidaulati Tauhid oleh Syaikh Abdul Aziz bin Ris Ar-Ris hal. 238-245
[2]. Judul-judul dalam huruf kafital merupakan tambahan dari penerjemah

Jumat, 01 Februari 2013

Thanks...!!! Many thanks... I love you cause Allah :)

Ini adalah tentang bagaimana seorang sahabat memandang... alhamdulillah...

(TR) : Setau saya asrul orangnya kritis dan bicaranya cepat, sama kaya orang Indramayu yang lain... hehe

(DT) : Asrul dimata saya, sosok semangat dan asyik diajak diskusi.

(EP) : Jika nampak dari luar, kang asrul itu ceria dan mampu membuat orang-orang sekitar bisa tersenyum dan tertawa.

(TP) : Akh asrul itu kritis, gitaris dan vokalis.

(EH) : Kak asrul itu... baik... sholeh (aamiin), suka nolongin orang... ringan tangan/dermawan... semangat... pekerja keras... tapi kadang suka nge-geje -> jadi gak nyambung sama 'ri' karena terlalu serius/keras kepala... kadang kekanak-kanakan... tapi aslinya dewasa, bijak gitu deh... gitu aja paling ka ^^v

(MR) : Kang asrul itu emang agak mainstream, keras tapi lembut, terbuka tapi kadang susah juga, pop out mula - tiba ngomong apa gitu yang kadang-kadang out of contet, kreatif asik, gigih, perlu waktu untuk memahami arah pembicaraan karena kadang sama kaya saya - nunggu arah pembicaraan sama orang lain, asertif, kadang terlalu modest sih - mungkin karena keras karepmu gitu kali ya... hehe.

(IR) : Kak asrul orangnya moody, gak bisa ditebak... namun saat bisa mengontrol it's ok... orangnya high ambitions, namun bila bisa mengarahkan it's ok... kadang-kadang bikin kita jengkel (hehe, curhat), but everything will be ok... kalo marah, aneh... makanya jangan ampe marah deh!

(NZ) : Assalamu'alaykum, ka Asrul yang terlihat tenang, mampu melihat dunia dengan sisi positifnya, terkadang cuek, tegas tapi lembut, berprinsip, puitis-melankolis, cukup peka, kadang 'semaunya saya'...