Minggu, 25 Agustus 2013

Memahami Al Awwal, Al Akhir, Azh Zhahir Dan Al Bathin

Oleh
Ustadz Ahmas Fais Asifuddin



Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan salah satu rukun penting dalam beriman kepada Allah yang memiliki empat rukun, yaitu: Beriman kepada ekstensi Allah, beriman kepada Rububiyah Allah, beriman kepada Uluhiyah Allah dan beriman kepada Asma' wa Sifat (nama-nama serta sifat-sifat) Allah.[1]

Tidak bisa dibayangkan seseorang yang ingin menyembah Allah tetapi tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Ia bisa terjebak dalam kesalahan fatal yang bisa mengakibatkan kecelakaan di dunia dan di akhirat. Minimal, tidak bisa sempurna dalam beribadah.

Sebagai contoh, seseorang menyangka bahwa Allah adalah bapak. Maka ketika ia memanggilNya dengan nama bapak, Allah tidak akan memenuhi panggilannya, karena bapak bukan panggilan untukNya. Dan itu merupakan kekufuran. Contoh lain, seseorang menyangka bila Allah menyenangi suatu perbuatan tertentu. Misalnya, perbuatan yang dianggap Islami, padahal tidak ada contoh dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau para sahabatnya. Jelas merupakan perbuatan yang dibenci dan buruk. Sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya, sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan secara baru dalam agama..dst."[2]

Oleh karena itu, amat penting artinya memahami persoalan Asma' wa Sifat secara benar dan ikhlas untuk tujuan meningkatkan kebenaran serta bobot keimanannya kepada Allah hingga memperkecil kemungkinan terjerumus dalam penyimpangan-penyimpangan.

Di antara nama Allah yang perlu di fahami ialah nama al-Awwal, al-Akhir, azh-Zhahir dan al-Bathin. Empat nama di antara nama-nama Allah yang sangat indah. Empat nama ini ditambah nama al-'Alim terkumpul pada Al-Qur'an, surah al-Hadid ayat 3, yaitu firman-Nya:

"Dialah Allah, Al-Awwal (Yang Pertama) dan Al-Akhir (Yang Akhir), Azh-Zhahir (Yang paling atas/zhahir) dan Al-Bathin (Yang paling bathin). Dan Dia 'Aliim (Maha mengetahui) terhadap segala sesuatu." [Al-Hadid : 3]

Imam Ibnu Katsir menegaskan dalam Kitab Tafsirnya: "Ayat ini adalah ayat yang diisyaratkan dalam hadits 'Irbadh bin Sariyah bahwasanya merupakan ayat yang lebih utama dari seribu ayat".[3]

Hadits yang semakna diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya.

Dari Al Irbadh bin Sariah Radhiyallahu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak tidur sampai beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca al musabbihat (surat-surat yang diawali dengan sabbaha) dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Didalamnya terdapat satu ayat yang lebih baik dari seribu ayat." [4]

Sementara, tentang makna empat nama dalam ayat tersebut, tidak ada tafsirnya yang lebih baik daripada tafsir yang dikemukakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda ketika mengajarkan sebuah doa tidur, yang penggalannya sebagai berikut:

"Ya Allah, Engkau adalah Al-Awwal (Yang pertama), maka tidak ada sesuatupun sebelum-Mu. Engkau adalah Al-Akhir (Yang akhir), maka tidak ada sesuatupun yang sesudah-Mu. Engkau adalah Azh-Zhahir (Yang paling atas), maka tidak ada sesuatupun yang ada di atas-Mu. Dan Engkau adalah Al-Bathin (Yang paling Bathin), maka tidak ada sesuatupun yang lebih lembut/lebih bathin daripada-Mu" [5]

Suatu tafsir yang ringkas, padat dan jelas. Nama-nama yang menunjukan bahwa Allah Maha meliputi segala sesuatu, baik ruang maupun waktu.

Pada nama Allah : Al-Awwal dan al-Akhir, menunjukkan betapa Dia Maha meliputi seluruh waktu dengan segala bagian-bagiannya, semenjak waktu pertama hingga waktu kapanpun. Sedangkan nama; Azh-Zhahir dan al-Bathin menunjukkan betapa Dia Maha meliputi seluruh ruang dan tempat dengan segala bagian-bagiannya. [6]

Tidak ada satu bagian waktu sesedikit apapun kecuali berada dalam pengetahuan, penglihatan, kekuasaan dan kewenangan Allah. Begitu pula tidak ada satu tempat sekecil apapun kecuali berada dalam pengetahuan, penglihatan, kekuasaan dan kewenangan-Nya.

Tidak ada satupun pelaku yang melakukan kemaksiatan di satu kurun waktu tertentu, kapanpun dan di tempat manapun, baik yang tersembunyi ataupun terbuka, di dasar laut atau di permukaannya, di langit, di bumi atau di manapun, kecuali pasti di lihat, di awasi dan berada dalam kekuasaan serta ancaman hukum Allah Azza wa Jalla.

Demikian juga, tidak ada satupun pelaku yang menegakkan kebenaran serta ketaatan kepada Allah, di satu kurun waktu tertentu, kapanpun serta di tempat manapun; di darat, laut, langit, bumi atau di manapun, kecuali pasti di lihat, di sertai, di bela dan dijanjikan balasan yang baik oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Syaikh Shalih al-Fauzan menukil perkataan Imam Ibnu al-Qoyyim tentang nama-nama Allah tersebut sebagai berikut: "Empat nama ini saling berhadap-hadapan. Dua nama saling berhadapan antara azaliyahNya (ada semenjak dahulu tanpa ada sesuatupun yang mendahului) dan abadiyahNya (kekal seterusnya /tanpa akhir). Sedangkan dua nama yang lain saling berhadap-hadapan antara Maha TinggiNya dengan Maha dekat-Nya. Awaliyah Allah Subhanahu wa Ta'ala mendahului segala awaliyah (permulaan) segenap yang selainNya. Sedangkan akhiriyah (keMaha akhiran) Allah Subhanahu wa Ta'ala akan tetap terus kekal sesudah segala sesuatu yang selainNya (berakhir). Jadi awaliyah Allah adalah lebih dahulunya Allah bagi adanya segala sesuatu. Sedangkan akhiriyahNya adalah tetap kekalnya Allah, tidak ada sesuatupun yang menyudahiNya.

Adapun zhahiriyah (Maha Zhahirnya) Allah, maksudnya: Maha Atas dan Maha Tingginya Allah mengatasi segala sesuatu. Pengertian azh-zhuhur menunjukkan makna tinggi. Zhahir dari sesuatu maksudnya adalah bagian atas (permukaan) dari sesuatu itu.

Sedangkan Maha Bathin Allah maksudnya adalah, Allah Maha meliputi segala sesuatu, sehingga Allah lebih dekat kepada sesuatu dibandingkan sesuatu itu kepada dirinya. Tetapi maksud kedekatan ini adalah kedekatan dalam arti; ilmu Allah meliputi segala sesuatu". [7]

Imam Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi rahimahullah juga mengemukakan hal senada ketika menerangkan perkataan Imam Thahawi dalam al-Aqidah ath-Thahawiyah. [8]

Pada sisi lain, Imam Ibnu al-Qoyyim rahimahullah dalam Zaad al-Ma'ad mengatakan : "Dengan ayat ini Allah menunjukkan kepada para hambaNya -berdasarkan aksioma logika- tentang batilnya jaringan mata rantai tak berpenghabisan (tasalsul) mengenai kejadian makhluk. Sesungguhnya mata rantai kejadian segenap makhluk pada permulaannya berawal dari Dzat Maha Pertama yang tidak didahului oleh sesuatupun sebelumnya. Begitu pula segenap makhluk itu akan berakhir diujungnya pada Dzat Maha Akhir yang tidak disudahi oleh sesuatupun sesudahnya.

Demikian juga, Maha Zhahirnya Allah ialah Maha Tingginya Allah yang tidak ada lagi sesuatupun di atasNya. Dan Maha BathinNya adalah Maha Meliputi hingga tidak ada sesuatupun yang berada di luar kekuasaanNya. [9]

Empat nama Allah pada surah al-Hadid tersebut ditutup dengan firmanNya :

"Sedangkan Dia Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu."

Ayat ini merupakan penutup yang mempertegas secara jelas bahwa tidak ada sesuatupun, yang lepas dari pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, meski sekecil apapun. Nama al-'Aliim dalam penutup ayat ini merupakan penegasan dari makna yang terkandung dalam empat nama sebelumnya.

Syaikh Shalih al-Fauzan menerangkan makna bagian akhir ayat ini sebagai berikut: "Artinya, Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, baik perkara-perkara yang sudah lewat, perkara-perkara yang kini sedang berlangsung, maupun perkara-perkara yang akan berlangsung. Baik yang terjadi di alam atas, maupun di alam bawah. Baik yang lahir maupun yang bathin. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari ilmu Allah meskipun hanya seberat biji atom, di darat maupun di langit." [10]

Dengan demikian, akankah seseorang merasa dapat bersembunyi dari pengawasan Allah?

Dari surah al-hadid ayat 3 tersebut dapat diambil beberapa faidah,di antaranya:
a. Adanya penetapan 5 nama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu : al-Awwal, al-Akhir, azh-Zhahir, al-Bathin dan al-'Aliim.

b. Lima nama Allah itu, memberi arti penetapan bagi sifat-sifat Allah. Yaitu sifat awwaliyah yang tidak didahului oleh sesuatupun sebelumnya. Sifat akhiriyah yang tidak diakhiri dengan sesuatupun sesudahnya. Sifat zhahiriyah yang tidak ada sesuatupun ada di atasNya. Sifat bathiniyah yang tidak ada sesuatupun lebih dekat dariNya. Dan sifat Maha mengetahui yang tidak ada sesutupun dapat tersembunyi dariNya. Maka segala sesuatu berada dalam pengawasan, pengetahuan dan kewenangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik waktu, tempat, ketetapan takdir maupun pengaturannya. Maha Tinggi Allah dan Maha Perkasa.

c. Disimpulkan juga, sesungguhnya sifat-sifat Allah tidak dapat dibatasi hanya dalam jumlah tertentu. Para Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah menyatakan, jumlah sifat Allah lebih banyak dari jumlah namaNya. Sebab setiap nama Allah pasti mengandung sifat. Padahal masih banyak sifat-sifat lain yang tidak berasal dari namaNya. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menegaskan: Bab Sifat lebih luas daripada bab Asma'. [11]

Lebih lanjut beliau memberikan contoh-contoh sifat yang darinya tidak dapat disebutkan sebagai nama Allah. Misalnya, sifat majii' dan sifat ityaan : berarti Allah mempunyai sifat datang. Dari sifat ini Allah tidak bisa disebut al-Jaa'iy atau al-Aatiy (yang datang). Padahal Allah telah berfirman, menerangkan sifatNya:

"Dan Rabb-mu datang." [Al-Fajr : 22]

"Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu selain kedatangan Allah (untuk mengadili mereka di hari kiamat) di iringi bayang-bayang awan." [Al-Baqarah : 210]

Dan contoh-contoh lain yang dibawakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. [12] .

Di samping beberapa faidah di atas, penghayatan terhadap nama-nama Allah dalam surah al-Hadid ayat 3 di atas juga dapat memberikan motivasi (dampak) berikut:
a. Dapat mencegah orang yang hendak berbuat maksiat, kejahatan atau tindakan apa saja yang akan mendatangkan murka Allah, sebab ia memahami dengan baik bahwa kemaksiatan, kejahatan serta segala tindakannya tidak dapat ia sembunyikan dari penglihatan Allah dan tidak dapat ia hindarkan dari ancaman kerasNya, kapanpun dan di manapun.

b. Dapat meningkatkan ketakwaan dan kehati-hatian dalam berbuat sesuatu sehingga memperkecil kemungkinan untuk terjerumus dalam bid'ah. Allah melalui RasulNya telah menegaskan bahwa perbuatan bid'ah adalah sesat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Amma BaТdu: Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan secara baru dalam agama, dan setiap bid'ah adalah sesat." [13]

c. Akan menghibur seseorang untuk tidak bersedih dan khawatir menghadapi tantangan ketika ia melakukan ketaatan, sebab ia yakin bahwa Allah senantiasa melihat sepak terjangnya yang di ridhai Allah, dan Allah senantiasa akan menyertainya dengan pertolongan serta perlindunganNya. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Allah kepada Musa dan Harun ketika menghadapi Fir'aun. FirmanNya:

Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua takut. Sebab sesungguhnya Aku menyertai kamu berdua. Aku mendengar dan Aku melihat. [Thaha : 46]

Yang dimaksud dengan kesertaan Allah kepada Musa dan Harun pada ayat diatas adalah kesertaan dalam arti penjagaan, perlindungan dan pertolonganNya [14]

Demikianlah, tulisan singkat yang diambil dari keterangan Ulama ini diharapkan dapat membantu meningkatkan keimanan secara benar kepada Allah k . Wallahu Waliyyu at-Taufiq.

Kitab rujukan:
1. Kitab Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, karya Syaikh Shalih al-Fauzan
2. Kitab Al-Qawa'id al-Mutsla Fi Sifatillah wa Asma'ihi al-Husa. Tahqiq dan takhrij: Asyraf bin Abdul Maqshud bin Abdur Rahim. Cet. I- Maktabah as-Sunnah, 1411 H/1990 M.
3. Kitab Zaad al-Ma'ad, Imam Ibnu al-Qoyyim II/422. Cet. III dari terbitan baru Ц 1421 H/2000 M. Mu'assasah ar-Risalah. Tahqiq : Syu'aib dan Abdul Qodir al-Arna'uth
4. Kitab Syarah Shahih Muslim, karya Imam Nawawi, Khalil MaТmun syiha, cet. Darul MaТrifah th. 1420 H/1999 M
5. Kitab Tafsir Al QurТan Al Azhim karya Imam Abul FidaТ Ismail bin Katsir al Qurasy

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Ц Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Lihat al-Qawa'id al-Mutsla Fi Sifatillah wa Asma'ihi al-Husa. Tahqiq dan takhrij: Asyraf bin Abdul Maqshud bin Abdur Rahim. Cet. I- Maktabah as-Sunnah, 1411 H/1990 M. Halaman Muqadimah.
[2]. HR. Muslim dalam Shahihnya. Lihat, Syarah Shahih Muslim, Kitab al-JumТah, Bab : rafТus shaut fil khutbah wa ma yuqaalu fiiha, no. 2002
[3]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, surah al-Hadid : 3, IV/387
[4]. Lihat, shahih Tirmidzi, karya Al Albani 3/3406
[5]. HR. Muslim, Kitab adz-dzikri wa ad-du'a, Bab Maa Yaquulu 'Inda an-Naum wa Akhdzi al-Madh-ja'. Syarh Nawawi: Kalil Ma'mun Syiha XVII/37-38,hadits no. 6827. Ibnu Katsir juga menukil riwayat senada dari Imam Ahmad. Lihat Tafsir Ibnu Katsir IV/387-388; Al-Hadid : 3
[6]. Lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 29 dibawah judul pembahasan: Al-Jam'u baina 'Uluwwihi wa Qurbihi wa Azaliyyatihi wa Abadiyyatihi, di sadur secara bebas.
[7]. Lihat keterangan dalam kitab yang sama, yaitu keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 29 dibawah judul pembahasan: Al-Jam'u baina 'Uluwwihi wa Qurbihi wa Azaliyyatihi wa Abadiyyatihi
[8]. Lihat Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah, karya Al Allamah Abul Izzi al hanafi, hal. 111, Takhrij Syaikh al-Albani rahimahullah
[9]. Lihat Zaad al-Ma'ad, Imam Ibnu al-Qoyyim II/422. Cet. III dari terbitan baru Ц 1421 H/2000 M. Mu'assasah ar-Risalah. Tahqiq : Syu'aib dan Abdul Qodir al-Arna'uth. Dinukil dengan bahasa bebas.
[10]. Lihat Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 30 dibawah judul pembahasan: Al-Jam'u baina 'Uluwwihi wa Qurbihi wa Azaliyyatihi wa Abadiyyatihi.
[11]. Lihat misalnya Al-Qawa'id al-Mutsla Fi Sifatillah wa Asma'ihi al-Husa. Tahqiq dan takhrij: Asyraf bin Abdul Maqshud bin Abdur Rahim. Cet. I- Maktabah as-Sunnah, 1411 H/1990 M. Qa'idah II dari Qawa'id fi Sifatillah Ц hal 30
[12]. Sama dengan rujukan sebelumnya
[13]. HR. Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-JumТah, Bab : rafТus shaut fil khutbah wa ma yuqaalu fiiha, no. 2002
[14]. Lihat Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 62 di bawah sub judul: Itsbat as-Sama' wal Bashar Lillahi Ta'ala

Rabu, 21 Agustus 2013

Catatan Kecil Freemasonry

Tulisan ini diambil dari buku 'FREEMASONRY DI DINDONESIA' karya Prof. Paul W. Van Der Veur, bisa menjadi referensi atau pengaya khazanah terkait organisasi 'terselubung' yang muncul dengan 'kedok' sosial dan mengendalikan beberapa negara termasuk ekonomi dunia dan yang lainnya. Tentunya ada sedikit editing dan juga penambahan yang diperlukan.

Hingga saat ini, konspirasi yang dilakukan oleh secret societies--Kabalah, Masonry, The (Bavarian) Illuminati dan organisasi garis depannya seperti PBB, IMF, World Bank, CFR, Bilderberger, Club of Rome dan lainnya,--bukanlah isapan jempol belaka atau sekedar teori-teori (terhadap konspirasi). Tindakan 'konspirasi internasional' untuk menaklukkan dunia menjadi satu pemerintahan diktator tunggal ini dikenal dengan istilah 'New World Order/NWO' (Tatanan Dunia Baru) dengan jumlah populasi penduduk dunia yang dibatasi serta ditanami chip/barcode (RFID) dengan mata uang tunggal sebagai pembayaran.

Upaya pendirian pemerintahan satu dunia ini digagas di berbagai bidang dalam upaya penyatuan kedaulatan dibentuknya 'North American Union' di Amerika; 'European Union' di Eropa; ASEAN di Asia; bahkan PBB (UN) merupakan sarana dalam upaya penyatuan berbagai negara sebagai polisi resmi dunia.

Di bidang ekonomi, dalam skala global dibentuk G7 (The Group Seven) pada 1975 yang terdiri dari AS, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Jepang selanjutnya diikuti oleh Kanada sebagai batu loncatan menyatukan sistem keuangan tunggal dengan alih-alih menanggulangi krisis moneter global di masa mendatang (tak salah kini satuan uang dunia memakai mata uang 'dollar Amerika' sebagai alat pembayaran resmi internasional. Kemudian di Eropa dengan Euronya). Dalam perkembangannya, G7 ini akhirnya menjelma menjadi G8 setelah Russia ikut bergabung. Hingga kini G8 bermetamorfosis menjadi G20 (the Group of Twenty) dengan keanggotaan yang semakin membludak. Terdapat sembilan belas anggota plus European Union : Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, European Union, Prancis, Jerman, India, INDONESIA, Italia, Jepang, Meksiko, Russia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, USA. (Indonesia masuk 'hitungan' mengingat potensi berupa wilayah, SDA, SDM, serta area 'Pasar Global' yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan serta dikuasai)

G7 atau G20 tidak lain dan tidak bukan hanyalah perpanjangan tangan suatu konspirasi global menuju suatu Tatanan Dunia Baru (NWO) yang digagas dalam bidang penguasaan ekonomi. Dalam Asia to Play bigger role on world stage, G20 : ADB report disebutkan bahwa;
"Sebuah laporan tahun 2011 yang dikeluarkan Asian Development Bank memperkirakan bahwa negara ekonomi-ekonomi Asia yang besar seperti Cina dan India akan memainkan suatu peranan tidak kecil dalam penguasaan ekonomi global di masa mendatang. Laporan tersebut menyatakan bahwa kebangkitan pasar negara ekonomi-ekonomi mengangkat tinggi-tinggi suatu Tatanan Dunia Baru, dimana G20 akan menjadi Steering Comittee ekonomi global."

Selain G20 masih juga dibentuk APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik. Setali tiga uang, alih-alih kerjasama di bidang ekonomi, organisasi ini sama saja mempromosikan penggunaan sistem mata uang tunggal.

Dalam bidang lingkungan, dibuatlah isu palsu 'GLOBAL WARMING' sebagai momok baru-baru ini yang mengancam nasib penduduk dunia jika mereka tidak menjaga bumi dengan baik. Isu ini merupakan kebohongan sains yang fantastis (Perlu diperhatikan, bahwa efek pengurusakan lapisan ozon, sebagaimana yang selama ini digembar-gemborkan, sebenarnya diperparah karena letusan gunungapi dan ini adalah proses alamiah. Terkait kenaikan muka air laut, tidak serta-merta karena melelehnya es di kutub, karena proses ini berulang selama jutaan tahun dan ditandai dengan terbentuknya batuan sedimen (berlapis) yang mengandung fosil cangkang serta hewan-hewan laut yang habitatnya di sekitar pantai sampai laut dangkal.). Ini hanya masalah pajak, dunia industri atau kendaraan akan dibatasi dalam pengeluaran polusi dan dipungut pajak besar bagi kepemilikan industri dan kendaraan yang mengeluarkan polusi dalam batas tertentu. Tidak ada global warming, namun bumi saat ini mengalami 'GLOBAL COOLING' yang cukup ekstrem (Tentunya masih kita ingat fenomena badai salju tahun 2010 yang melanda Perancis, Polandia, serta beberapa wilayah Skandinavia. Pla cuaca di Indonesia, termasuk wilayah Khatulistiwa lain, yang tidak lagi 6 bulan musim panas serta 6 bulan musim hujan adalah fenomena alami yang tidak terkait 'Global Warming'. Fenomena cuaca adalah bergantung dari sudut Bumi terhadap Matahari, dan jangan lupa tentang Siklus Air/Hidro dimana panas mengakibatkan akumulasi uap menjadi kumpulan awan yang kelak membawa hujan. Dan pastinya, wilayah Bogor menjadi 'kota panas' bukan lagi 'kota hujan'.). Kepanikan panas global ini juga akan mendorong penduduk untuk menyerahkan urusan penanggulangan panas global kepada otoritas global pula. Yang berarti dibutuhkan suatu pemerintahan yang mampu mengayomi penduduk bumi. Kepanikan ini hakikatnya menuju pada tuntutan adanya suatu tatanan pemerintah tunggal (NWO).

Kita harus lebih teliti mengamati pergerakan-pergerakan global yang menuju pada upaya penyatuan dunia dalam satu pemerintahan. Pergerakan global ini bersifat integrated (bersatu padu) dari berbagai bidang, satu konspirasi global pastinya akan dipandang sebelah mata dan 'dianggap' tidak mungkin akan menyatukan dunia, sementara konspirasi global lainnya tanpa disadari meskipun berjalan beriringan, justru terabaikan atau dengan sengaja diabaikan. "Global problems demand global solution' atau masalah-masalah global menuntut adanya solusi-solusi yang bersifat global pula. Pemerintahan tunggal ini akan digagas dengan dimulainya kekacauan global multidimensi--ambruknya ekonomi dunia (Yunani yang saat ini tengah collapse), isu terorisme, revolusi/perang dimana-mana (Suriah, Mesir, Irak, Afghanistan, Irak, dll), kelaparan global (Masih ingat tentang Ethiopia, dan sekarang melanda Somalia), penyakit mematikan (virus-virus yang dikembangkan kemudian disebarkan, dengan demikian dibuat pula vaksin dengan jalan langkah 'merengek' untuk diberikan), maraknya upaya penyatuan sekaligus pembebasan masyarakat dari agama (Hati-hati dengan JIL), ancaman lingkungan--yang berujung pada teriakan dan tuntutan penduduk dunia pada suatu perdamaian global tanpa syarat dibawah suatu pemerintahan tunggal, sebuah Tatanan Dunia Baru (NWO) yang sama sekali tidak menawarkan atau memberikan perdamaian namun perbudakan global oleh pemerintahan tunggal.

Untuk lebih jauh mengenai NWO, silahkan merujuk pada buku Unseen Hand (Ralph Epperson), NWO and The Ancient Plan of Secret Societies (William T. Still), Rule by Secrecy (Jim Marrs), En Route to Global Occupation (Gary H. Kah), The NWO (Pat Robertson), The Protocol of The Elder of Zion (berbagai versi) dan buku-buku lain dari para Revisionist Historian.