Minggu, 25 Agustus 2013

Memahami Al Awwal, Al Akhir, Azh Zhahir Dan Al Bathin

Oleh
Ustadz Ahmas Fais Asifuddin



Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan salah satu rukun penting dalam beriman kepada Allah yang memiliki empat rukun, yaitu: Beriman kepada ekstensi Allah, beriman kepada Rububiyah Allah, beriman kepada Uluhiyah Allah dan beriman kepada Asma' wa Sifat (nama-nama serta sifat-sifat) Allah.[1]

Tidak bisa dibayangkan seseorang yang ingin menyembah Allah tetapi tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Ia bisa terjebak dalam kesalahan fatal yang bisa mengakibatkan kecelakaan di dunia dan di akhirat. Minimal, tidak bisa sempurna dalam beribadah.

Sebagai contoh, seseorang menyangka bahwa Allah adalah bapak. Maka ketika ia memanggilNya dengan nama bapak, Allah tidak akan memenuhi panggilannya, karena bapak bukan panggilan untukNya. Dan itu merupakan kekufuran. Contoh lain, seseorang menyangka bila Allah menyenangi suatu perbuatan tertentu. Misalnya, perbuatan yang dianggap Islami, padahal tidak ada contoh dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau para sahabatnya. Jelas merupakan perbuatan yang dibenci dan buruk. Sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya, sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan secara baru dalam agama..dst."[2]

Oleh karena itu, amat penting artinya memahami persoalan Asma' wa Sifat secara benar dan ikhlas untuk tujuan meningkatkan kebenaran serta bobot keimanannya kepada Allah hingga memperkecil kemungkinan terjerumus dalam penyimpangan-penyimpangan.

Di antara nama Allah yang perlu di fahami ialah nama al-Awwal, al-Akhir, azh-Zhahir dan al-Bathin. Empat nama di antara nama-nama Allah yang sangat indah. Empat nama ini ditambah nama al-'Alim terkumpul pada Al-Qur'an, surah al-Hadid ayat 3, yaitu firman-Nya:

"Dialah Allah, Al-Awwal (Yang Pertama) dan Al-Akhir (Yang Akhir), Azh-Zhahir (Yang paling atas/zhahir) dan Al-Bathin (Yang paling bathin). Dan Dia 'Aliim (Maha mengetahui) terhadap segala sesuatu." [Al-Hadid : 3]

Imam Ibnu Katsir menegaskan dalam Kitab Tafsirnya: "Ayat ini adalah ayat yang diisyaratkan dalam hadits 'Irbadh bin Sariyah bahwasanya merupakan ayat yang lebih utama dari seribu ayat".[3]

Hadits yang semakna diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya.

Dari Al Irbadh bin Sariah Radhiyallahu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak tidur sampai beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca al musabbihat (surat-surat yang diawali dengan sabbaha) dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Didalamnya terdapat satu ayat yang lebih baik dari seribu ayat." [4]

Sementara, tentang makna empat nama dalam ayat tersebut, tidak ada tafsirnya yang lebih baik daripada tafsir yang dikemukakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda ketika mengajarkan sebuah doa tidur, yang penggalannya sebagai berikut:

"Ya Allah, Engkau adalah Al-Awwal (Yang pertama), maka tidak ada sesuatupun sebelum-Mu. Engkau adalah Al-Akhir (Yang akhir), maka tidak ada sesuatupun yang sesudah-Mu. Engkau adalah Azh-Zhahir (Yang paling atas), maka tidak ada sesuatupun yang ada di atas-Mu. Dan Engkau adalah Al-Bathin (Yang paling Bathin), maka tidak ada sesuatupun yang lebih lembut/lebih bathin daripada-Mu" [5]

Suatu tafsir yang ringkas, padat dan jelas. Nama-nama yang menunjukan bahwa Allah Maha meliputi segala sesuatu, baik ruang maupun waktu.

Pada nama Allah : Al-Awwal dan al-Akhir, menunjukkan betapa Dia Maha meliputi seluruh waktu dengan segala bagian-bagiannya, semenjak waktu pertama hingga waktu kapanpun. Sedangkan nama; Azh-Zhahir dan al-Bathin menunjukkan betapa Dia Maha meliputi seluruh ruang dan tempat dengan segala bagian-bagiannya. [6]

Tidak ada satu bagian waktu sesedikit apapun kecuali berada dalam pengetahuan, penglihatan, kekuasaan dan kewenangan Allah. Begitu pula tidak ada satu tempat sekecil apapun kecuali berada dalam pengetahuan, penglihatan, kekuasaan dan kewenangan-Nya.

Tidak ada satupun pelaku yang melakukan kemaksiatan di satu kurun waktu tertentu, kapanpun dan di tempat manapun, baik yang tersembunyi ataupun terbuka, di dasar laut atau di permukaannya, di langit, di bumi atau di manapun, kecuali pasti di lihat, di awasi dan berada dalam kekuasaan serta ancaman hukum Allah Azza wa Jalla.

Demikian juga, tidak ada satupun pelaku yang menegakkan kebenaran serta ketaatan kepada Allah, di satu kurun waktu tertentu, kapanpun serta di tempat manapun; di darat, laut, langit, bumi atau di manapun, kecuali pasti di lihat, di sertai, di bela dan dijanjikan balasan yang baik oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Syaikh Shalih al-Fauzan menukil perkataan Imam Ibnu al-Qoyyim tentang nama-nama Allah tersebut sebagai berikut: "Empat nama ini saling berhadap-hadapan. Dua nama saling berhadapan antara azaliyahNya (ada semenjak dahulu tanpa ada sesuatupun yang mendahului) dan abadiyahNya (kekal seterusnya /tanpa akhir). Sedangkan dua nama yang lain saling berhadap-hadapan antara Maha TinggiNya dengan Maha dekat-Nya. Awaliyah Allah Subhanahu wa Ta'ala mendahului segala awaliyah (permulaan) segenap yang selainNya. Sedangkan akhiriyah (keMaha akhiran) Allah Subhanahu wa Ta'ala akan tetap terus kekal sesudah segala sesuatu yang selainNya (berakhir). Jadi awaliyah Allah adalah lebih dahulunya Allah bagi adanya segala sesuatu. Sedangkan akhiriyahNya adalah tetap kekalnya Allah, tidak ada sesuatupun yang menyudahiNya.

Adapun zhahiriyah (Maha Zhahirnya) Allah, maksudnya: Maha Atas dan Maha Tingginya Allah mengatasi segala sesuatu. Pengertian azh-zhuhur menunjukkan makna tinggi. Zhahir dari sesuatu maksudnya adalah bagian atas (permukaan) dari sesuatu itu.

Sedangkan Maha Bathin Allah maksudnya adalah, Allah Maha meliputi segala sesuatu, sehingga Allah lebih dekat kepada sesuatu dibandingkan sesuatu itu kepada dirinya. Tetapi maksud kedekatan ini adalah kedekatan dalam arti; ilmu Allah meliputi segala sesuatu". [7]

Imam Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi rahimahullah juga mengemukakan hal senada ketika menerangkan perkataan Imam Thahawi dalam al-Aqidah ath-Thahawiyah. [8]

Pada sisi lain, Imam Ibnu al-Qoyyim rahimahullah dalam Zaad al-Ma'ad mengatakan : "Dengan ayat ini Allah menunjukkan kepada para hambaNya -berdasarkan aksioma logika- tentang batilnya jaringan mata rantai tak berpenghabisan (tasalsul) mengenai kejadian makhluk. Sesungguhnya mata rantai kejadian segenap makhluk pada permulaannya berawal dari Dzat Maha Pertama yang tidak didahului oleh sesuatupun sebelumnya. Begitu pula segenap makhluk itu akan berakhir diujungnya pada Dzat Maha Akhir yang tidak disudahi oleh sesuatupun sesudahnya.

Demikian juga, Maha Zhahirnya Allah ialah Maha Tingginya Allah yang tidak ada lagi sesuatupun di atasNya. Dan Maha BathinNya adalah Maha Meliputi hingga tidak ada sesuatupun yang berada di luar kekuasaanNya. [9]

Empat nama Allah pada surah al-Hadid tersebut ditutup dengan firmanNya :

"Sedangkan Dia Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu."

Ayat ini merupakan penutup yang mempertegas secara jelas bahwa tidak ada sesuatupun, yang lepas dari pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, meski sekecil apapun. Nama al-'Aliim dalam penutup ayat ini merupakan penegasan dari makna yang terkandung dalam empat nama sebelumnya.

Syaikh Shalih al-Fauzan menerangkan makna bagian akhir ayat ini sebagai berikut: "Artinya, Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, baik perkara-perkara yang sudah lewat, perkara-perkara yang kini sedang berlangsung, maupun perkara-perkara yang akan berlangsung. Baik yang terjadi di alam atas, maupun di alam bawah. Baik yang lahir maupun yang bathin. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari ilmu Allah meskipun hanya seberat biji atom, di darat maupun di langit." [10]

Dengan demikian, akankah seseorang merasa dapat bersembunyi dari pengawasan Allah?

Dari surah al-hadid ayat 3 tersebut dapat diambil beberapa faidah,di antaranya:
a. Adanya penetapan 5 nama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu : al-Awwal, al-Akhir, azh-Zhahir, al-Bathin dan al-'Aliim.

b. Lima nama Allah itu, memberi arti penetapan bagi sifat-sifat Allah. Yaitu sifat awwaliyah yang tidak didahului oleh sesuatupun sebelumnya. Sifat akhiriyah yang tidak diakhiri dengan sesuatupun sesudahnya. Sifat zhahiriyah yang tidak ada sesuatupun ada di atasNya. Sifat bathiniyah yang tidak ada sesuatupun lebih dekat dariNya. Dan sifat Maha mengetahui yang tidak ada sesutupun dapat tersembunyi dariNya. Maka segala sesuatu berada dalam pengawasan, pengetahuan dan kewenangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik waktu, tempat, ketetapan takdir maupun pengaturannya. Maha Tinggi Allah dan Maha Perkasa.

c. Disimpulkan juga, sesungguhnya sifat-sifat Allah tidak dapat dibatasi hanya dalam jumlah tertentu. Para Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah menyatakan, jumlah sifat Allah lebih banyak dari jumlah namaNya. Sebab setiap nama Allah pasti mengandung sifat. Padahal masih banyak sifat-sifat lain yang tidak berasal dari namaNya. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menegaskan: Bab Sifat lebih luas daripada bab Asma'. [11]

Lebih lanjut beliau memberikan contoh-contoh sifat yang darinya tidak dapat disebutkan sebagai nama Allah. Misalnya, sifat majii' dan sifat ityaan : berarti Allah mempunyai sifat datang. Dari sifat ini Allah tidak bisa disebut al-Jaa'iy atau al-Aatiy (yang datang). Padahal Allah telah berfirman, menerangkan sifatNya:

"Dan Rabb-mu datang." [Al-Fajr : 22]

"Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu selain kedatangan Allah (untuk mengadili mereka di hari kiamat) di iringi bayang-bayang awan." [Al-Baqarah : 210]

Dan contoh-contoh lain yang dibawakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. [12] .

Di samping beberapa faidah di atas, penghayatan terhadap nama-nama Allah dalam surah al-Hadid ayat 3 di atas juga dapat memberikan motivasi (dampak) berikut:
a. Dapat mencegah orang yang hendak berbuat maksiat, kejahatan atau tindakan apa saja yang akan mendatangkan murka Allah, sebab ia memahami dengan baik bahwa kemaksiatan, kejahatan serta segala tindakannya tidak dapat ia sembunyikan dari penglihatan Allah dan tidak dapat ia hindarkan dari ancaman kerasNya, kapanpun dan di manapun.

b. Dapat meningkatkan ketakwaan dan kehati-hatian dalam berbuat sesuatu sehingga memperkecil kemungkinan untuk terjerumus dalam bid'ah. Allah melalui RasulNya telah menegaskan bahwa perbuatan bid'ah adalah sesat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Amma BaТdu: Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan secara baru dalam agama, dan setiap bid'ah adalah sesat." [13]

c. Akan menghibur seseorang untuk tidak bersedih dan khawatir menghadapi tantangan ketika ia melakukan ketaatan, sebab ia yakin bahwa Allah senantiasa melihat sepak terjangnya yang di ridhai Allah, dan Allah senantiasa akan menyertainya dengan pertolongan serta perlindunganNya. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Allah kepada Musa dan Harun ketika menghadapi Fir'aun. FirmanNya:

Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua takut. Sebab sesungguhnya Aku menyertai kamu berdua. Aku mendengar dan Aku melihat. [Thaha : 46]

Yang dimaksud dengan kesertaan Allah kepada Musa dan Harun pada ayat diatas adalah kesertaan dalam arti penjagaan, perlindungan dan pertolonganNya [14]

Demikianlah, tulisan singkat yang diambil dari keterangan Ulama ini diharapkan dapat membantu meningkatkan keimanan secara benar kepada Allah k . Wallahu Waliyyu at-Taufiq.

Kitab rujukan:
1. Kitab Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, karya Syaikh Shalih al-Fauzan
2. Kitab Al-Qawa'id al-Mutsla Fi Sifatillah wa Asma'ihi al-Husa. Tahqiq dan takhrij: Asyraf bin Abdul Maqshud bin Abdur Rahim. Cet. I- Maktabah as-Sunnah, 1411 H/1990 M.
3. Kitab Zaad al-Ma'ad, Imam Ibnu al-Qoyyim II/422. Cet. III dari terbitan baru Ц 1421 H/2000 M. Mu'assasah ar-Risalah. Tahqiq : Syu'aib dan Abdul Qodir al-Arna'uth
4. Kitab Syarah Shahih Muslim, karya Imam Nawawi, Khalil MaТmun syiha, cet. Darul MaТrifah th. 1420 H/1999 M
5. Kitab Tafsir Al QurТan Al Azhim karya Imam Abul FidaТ Ismail bin Katsir al Qurasy

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Ц Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Lihat al-Qawa'id al-Mutsla Fi Sifatillah wa Asma'ihi al-Husa. Tahqiq dan takhrij: Asyraf bin Abdul Maqshud bin Abdur Rahim. Cet. I- Maktabah as-Sunnah, 1411 H/1990 M. Halaman Muqadimah.
[2]. HR. Muslim dalam Shahihnya. Lihat, Syarah Shahih Muslim, Kitab al-JumТah, Bab : rafТus shaut fil khutbah wa ma yuqaalu fiiha, no. 2002
[3]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, surah al-Hadid : 3, IV/387
[4]. Lihat, shahih Tirmidzi, karya Al Albani 3/3406
[5]. HR. Muslim, Kitab adz-dzikri wa ad-du'a, Bab Maa Yaquulu 'Inda an-Naum wa Akhdzi al-Madh-ja'. Syarh Nawawi: Kalil Ma'mun Syiha XVII/37-38,hadits no. 6827. Ibnu Katsir juga menukil riwayat senada dari Imam Ahmad. Lihat Tafsir Ibnu Katsir IV/387-388; Al-Hadid : 3
[6]. Lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 29 dibawah judul pembahasan: Al-Jam'u baina 'Uluwwihi wa Qurbihi wa Azaliyyatihi wa Abadiyyatihi, di sadur secara bebas.
[7]. Lihat keterangan dalam kitab yang sama, yaitu keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 29 dibawah judul pembahasan: Al-Jam'u baina 'Uluwwihi wa Qurbihi wa Azaliyyatihi wa Abadiyyatihi
[8]. Lihat Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah, karya Al Allamah Abul Izzi al hanafi, hal. 111, Takhrij Syaikh al-Albani rahimahullah
[9]. Lihat Zaad al-Ma'ad, Imam Ibnu al-Qoyyim II/422. Cet. III dari terbitan baru Ц 1421 H/2000 M. Mu'assasah ar-Risalah. Tahqiq : Syu'aib dan Abdul Qodir al-Arna'uth. Dinukil dengan bahasa bebas.
[10]. Lihat Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 30 dibawah judul pembahasan: Al-Jam'u baina 'Uluwwihi wa Qurbihi wa Azaliyyatihi wa Abadiyyatihi.
[11]. Lihat misalnya Al-Qawa'id al-Mutsla Fi Sifatillah wa Asma'ihi al-Husa. Tahqiq dan takhrij: Asyraf bin Abdul Maqshud bin Abdur Rahim. Cet. I- Maktabah as-Sunnah, 1411 H/1990 M. Qa'idah II dari Qawa'id fi Sifatillah Ц hal 30
[12]. Sama dengan rujukan sebelumnya
[13]. HR. Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-JumТah, Bab : rafТus shaut fil khutbah wa ma yuqaalu fiiha, no. 2002
[14]. Lihat Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal. 62 di bawah sub judul: Itsbat as-Sama' wal Bashar Lillahi Ta'ala

Rabu, 21 Agustus 2013

Catatan Kecil Freemasonry

Tulisan ini diambil dari buku 'FREEMASONRY DI DINDONESIA' karya Prof. Paul W. Van Der Veur, bisa menjadi referensi atau pengaya khazanah terkait organisasi 'terselubung' yang muncul dengan 'kedok' sosial dan mengendalikan beberapa negara termasuk ekonomi dunia dan yang lainnya. Tentunya ada sedikit editing dan juga penambahan yang diperlukan.

Hingga saat ini, konspirasi yang dilakukan oleh secret societies--Kabalah, Masonry, The (Bavarian) Illuminati dan organisasi garis depannya seperti PBB, IMF, World Bank, CFR, Bilderberger, Club of Rome dan lainnya,--bukanlah isapan jempol belaka atau sekedar teori-teori (terhadap konspirasi). Tindakan 'konspirasi internasional' untuk menaklukkan dunia menjadi satu pemerintahan diktator tunggal ini dikenal dengan istilah 'New World Order/NWO' (Tatanan Dunia Baru) dengan jumlah populasi penduduk dunia yang dibatasi serta ditanami chip/barcode (RFID) dengan mata uang tunggal sebagai pembayaran.

Upaya pendirian pemerintahan satu dunia ini digagas di berbagai bidang dalam upaya penyatuan kedaulatan dibentuknya 'North American Union' di Amerika; 'European Union' di Eropa; ASEAN di Asia; bahkan PBB (UN) merupakan sarana dalam upaya penyatuan berbagai negara sebagai polisi resmi dunia.

Di bidang ekonomi, dalam skala global dibentuk G7 (The Group Seven) pada 1975 yang terdiri dari AS, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Jepang selanjutnya diikuti oleh Kanada sebagai batu loncatan menyatukan sistem keuangan tunggal dengan alih-alih menanggulangi krisis moneter global di masa mendatang (tak salah kini satuan uang dunia memakai mata uang 'dollar Amerika' sebagai alat pembayaran resmi internasional. Kemudian di Eropa dengan Euronya). Dalam perkembangannya, G7 ini akhirnya menjelma menjadi G8 setelah Russia ikut bergabung. Hingga kini G8 bermetamorfosis menjadi G20 (the Group of Twenty) dengan keanggotaan yang semakin membludak. Terdapat sembilan belas anggota plus European Union : Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, European Union, Prancis, Jerman, India, INDONESIA, Italia, Jepang, Meksiko, Russia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, USA. (Indonesia masuk 'hitungan' mengingat potensi berupa wilayah, SDA, SDM, serta area 'Pasar Global' yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan serta dikuasai)

G7 atau G20 tidak lain dan tidak bukan hanyalah perpanjangan tangan suatu konspirasi global menuju suatu Tatanan Dunia Baru (NWO) yang digagas dalam bidang penguasaan ekonomi. Dalam Asia to Play bigger role on world stage, G20 : ADB report disebutkan bahwa;
"Sebuah laporan tahun 2011 yang dikeluarkan Asian Development Bank memperkirakan bahwa negara ekonomi-ekonomi Asia yang besar seperti Cina dan India akan memainkan suatu peranan tidak kecil dalam penguasaan ekonomi global di masa mendatang. Laporan tersebut menyatakan bahwa kebangkitan pasar negara ekonomi-ekonomi mengangkat tinggi-tinggi suatu Tatanan Dunia Baru, dimana G20 akan menjadi Steering Comittee ekonomi global."

Selain G20 masih juga dibentuk APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik. Setali tiga uang, alih-alih kerjasama di bidang ekonomi, organisasi ini sama saja mempromosikan penggunaan sistem mata uang tunggal.

Dalam bidang lingkungan, dibuatlah isu palsu 'GLOBAL WARMING' sebagai momok baru-baru ini yang mengancam nasib penduduk dunia jika mereka tidak menjaga bumi dengan baik. Isu ini merupakan kebohongan sains yang fantastis (Perlu diperhatikan, bahwa efek pengurusakan lapisan ozon, sebagaimana yang selama ini digembar-gemborkan, sebenarnya diperparah karena letusan gunungapi dan ini adalah proses alamiah. Terkait kenaikan muka air laut, tidak serta-merta karena melelehnya es di kutub, karena proses ini berulang selama jutaan tahun dan ditandai dengan terbentuknya batuan sedimen (berlapis) yang mengandung fosil cangkang serta hewan-hewan laut yang habitatnya di sekitar pantai sampai laut dangkal.). Ini hanya masalah pajak, dunia industri atau kendaraan akan dibatasi dalam pengeluaran polusi dan dipungut pajak besar bagi kepemilikan industri dan kendaraan yang mengeluarkan polusi dalam batas tertentu. Tidak ada global warming, namun bumi saat ini mengalami 'GLOBAL COOLING' yang cukup ekstrem (Tentunya masih kita ingat fenomena badai salju tahun 2010 yang melanda Perancis, Polandia, serta beberapa wilayah Skandinavia. Pla cuaca di Indonesia, termasuk wilayah Khatulistiwa lain, yang tidak lagi 6 bulan musim panas serta 6 bulan musim hujan adalah fenomena alami yang tidak terkait 'Global Warming'. Fenomena cuaca adalah bergantung dari sudut Bumi terhadap Matahari, dan jangan lupa tentang Siklus Air/Hidro dimana panas mengakibatkan akumulasi uap menjadi kumpulan awan yang kelak membawa hujan. Dan pastinya, wilayah Bogor menjadi 'kota panas' bukan lagi 'kota hujan'.). Kepanikan panas global ini juga akan mendorong penduduk untuk menyerahkan urusan penanggulangan panas global kepada otoritas global pula. Yang berarti dibutuhkan suatu pemerintahan yang mampu mengayomi penduduk bumi. Kepanikan ini hakikatnya menuju pada tuntutan adanya suatu tatanan pemerintah tunggal (NWO).

Kita harus lebih teliti mengamati pergerakan-pergerakan global yang menuju pada upaya penyatuan dunia dalam satu pemerintahan. Pergerakan global ini bersifat integrated (bersatu padu) dari berbagai bidang, satu konspirasi global pastinya akan dipandang sebelah mata dan 'dianggap' tidak mungkin akan menyatukan dunia, sementara konspirasi global lainnya tanpa disadari meskipun berjalan beriringan, justru terabaikan atau dengan sengaja diabaikan. "Global problems demand global solution' atau masalah-masalah global menuntut adanya solusi-solusi yang bersifat global pula. Pemerintahan tunggal ini akan digagas dengan dimulainya kekacauan global multidimensi--ambruknya ekonomi dunia (Yunani yang saat ini tengah collapse), isu terorisme, revolusi/perang dimana-mana (Suriah, Mesir, Irak, Afghanistan, Irak, dll), kelaparan global (Masih ingat tentang Ethiopia, dan sekarang melanda Somalia), penyakit mematikan (virus-virus yang dikembangkan kemudian disebarkan, dengan demikian dibuat pula vaksin dengan jalan langkah 'merengek' untuk diberikan), maraknya upaya penyatuan sekaligus pembebasan masyarakat dari agama (Hati-hati dengan JIL), ancaman lingkungan--yang berujung pada teriakan dan tuntutan penduduk dunia pada suatu perdamaian global tanpa syarat dibawah suatu pemerintahan tunggal, sebuah Tatanan Dunia Baru (NWO) yang sama sekali tidak menawarkan atau memberikan perdamaian namun perbudakan global oleh pemerintahan tunggal.

Untuk lebih jauh mengenai NWO, silahkan merujuk pada buku Unseen Hand (Ralph Epperson), NWO and The Ancient Plan of Secret Societies (William T. Still), Rule by Secrecy (Jim Marrs), En Route to Global Occupation (Gary H. Kah), The NWO (Pat Robertson), The Protocol of The Elder of Zion (berbagai versi) dan buku-buku lain dari para Revisionist Historian.

Rabu, 24 Juli 2013

Berhati-hatilah Terhadap Penyakit Ini Saudaraku

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

16 Ramadhan 1434 H, bagaimana kabar saudara muslim sekalian? Semoga Allah tetap menjaga nikmat iman dan islam dalam hati kita serta istiqomah untuk terus berada dalam jalan taqwa yang diridhai-Nya, aamiin. Sesungguhnya Allah memberikan atau menciptakan hati untuk manusia agar mereka mampu merasakan nafas kebaikan dimana pun berada. Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa beradu. Entah bagian mana yang kuat, kecenderungan untuk maksiatkah atau amal ibadahkah? Wallahu'alam, semoga Allah melindungi potensi hati yang melekat dalam diri kita.

Pagi ini saya memposting, kebetulan cukup panjang, dan semoga kita terhindar dari penyakit ini. Saya mengambil dari buku 'Tazkiyatun Nafs - Kajian Lengkap Penyucian Jiwa, Intisari Ihya Ulumuddin (Al-Ghazali)' karya Syakih Sa'id Hawwa, tentang 'Sebab-sebab dengki dan persaingan (munafasah)'.

Pertama, permusuhan dan pertengkaran. Ini merupakan sebab utama lahirnya penyakit dengki. Apabila seorang merasa disakiti oleh orang lain dengan berbagai cara dan sebab, maka akan timbul di hatinya kebencian. Kemudian kebencian akan melahirkan rasa dendam dan pembalasan agar dapat mengobati sakit hatinya. Seandainya ia tidak mampu untuk memberikan pembalasan, maka ia mengharap waktu yang akan membalasnya. Ketika orang itu mendapat musibah dari Allah, maka ia akan berbahagia. Akan tetapi, seandainya orang itu mendapatkan kenikmatan, maka ia akan tersiksa dan bersedih, mungkin terbetik di hatinya bahwa Allah tidak menyayanginya karena telah memberikan kenikmatan kepada orang yang melakukan kezaliman atas dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebab utama munculnya penyakit dengki adalah permusuhan dan pertengkaran. Allah berfirman;

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu." Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (Ali Imran [3] : 119-120)

Begitu pula dengan ayat sebelumnya;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (Ali Imran : 118)

Penyakit dengki yang disebabkan atas permusuhan akan melahirkan pertengkaran dan selama-lamanya mengharapkan orang tersebut tidak mendapatkan kenikmatan.

Kedua, kehormatan diri.  Yaitu seorang yang tidak mau orang lain lebih tinggi daripadanya. Apabila orang lain mendapatkan harta, jabatan, atau ilmu yang lebih banyak, maka ia takut orang itu akan sombong di hadapannya dan ia tidak mampu menghadapi kesombongannya dan tidak sudi apabila dirinya merasa lebih rendah dari orang itu. Orang seperti ini tidak ingin menyombongkan dirinya akan tetapi hanya mencegah orang lain menampakkan kesombongannya. Dengan kata lain, ia menerima apabila mendapatkan sesuatu yang sama dengan orang itu, akan tetapi ia tidak senang apabila orang itu mendapatkan sesuatu yang lebih daripadanya.

Ketiga, sombong. Yaitu seseorang yang suka menampakkan kesmobongan terhadap orang lain dan ia tidak mau orang lain menyombongkan diri kepadanya. Atau ia ingin mendapatkan sesuatu dengan tujuan untuk membalas kesombongannya. Adapun sebab kehormatan diri dan sombong merupakan sebab utama kedengkian orang-orang kafir terhadap Rasulullah SAW. Seperti perkataan mereka, "Bagaimana mungkin anak kecil yang yatim ini dapat melebihi kami dan bagaimana mungkin kami dapat menundukkan kepala di hadapannya?" dan perkataan mereka direkam dalam Al-Qur'an,

"Dan mereka berkata: "Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?" (Az-Zukhruf [43] : 31)

Artinya adalah apabila orang yang mengaku nabi adalah orang yang mulia, maka mereka akan menerimanya. Allah menyifati perkataan orang-orang Quraisy, "Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?" (Al An'aam [6] : 53), seperti menghina mereka dan menghadapi mereka.

Keempat, terkejut (taa'jjub). Sebagaimana yang difirmankan Allah tentang perkataan umat-umat terdahulu ketika berkata, "Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka." (Yaasiin [36] : 15)

"Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" (Al Mu'minuun [23] : 47)

"Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi." (Al Mu'minuun [23] : 34)

Orang-orang kafir terkejut ketika mengetahui bahwa kenabian, wahyu dan predikat hamba yang paling dekat dengan Allah jatuh kepada mereka yang diangkat oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul. Maka muncul kedengkian orang-orang kafir dan ingin menghilangkan segala kenikmatan itu agar kenikmatan (kenabian) itu berpindah kepada mereka. Apa yang orang-orang kafir lakukan bukan untuk menyombongkan diri, keinginan atas kedudukan, permusuhan, atau sebab-sebab lainnya, akan tetapi merupakan keterkejutannya dan tidak menyangka bahwa Allah memberikan predikat nabi dan rasul bukan kepada dirinya. Perkataan yang mengandung keterkejutan, "Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?" (Al Israa [17] : 94)

"Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman." (Al Furqan [25] : 21)

"Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (Al A'raaf [7] : 69)

Kelima, takut kehilangan satu tujuan. Hal ini berkenaan dengan banyaknya orang, akan tetapi hanya ada satu tujuan. Seperti keinginan beberapa orang untuk menikahi satu wanita, keinginan saudara-saudara kandung untuk menjadi kesayangan kedua orang tuanya, keinginan murid-murid untuk menjadi kesayangan gurunya, keinginan para menteri untuk menjadi orang dekat dengan presiden, keinginan para ulama untuk menjadi panutan utama bagi masyarakat, dan lain-lain.

Keenam, cinta jabatan dan kedudukan. Misalnya seorang laki-laki yang ingin menjadi salah satu rujukan dalam satu bidang keilmuan karena ia sangat haus pujian dan ketenaran. Ketika ia mendengar seseorang memiliki keahlian melebihi dirinya, maka ia mengharapkan orang itu cepat meninggal dunia atau mengalami suatu kecelakaan, sehingga dirinya tetap dinomorsatukan dan tidak ada bandingannya dalam bidang itu. Begitu pula berkenaan dengan jabatan, harta, ilmu, keberanian, kecantikan, dll. Penyebab kedengkian ini bukan karena permusuhan, kehormatan diri, sombong dan yang lainnya. Akan tetapi semata-mata ingin orang-orang menganggap hanya dialah satu-satunya orang yang memiliki kenikmatan itu. Para pendeta Yahudi mengingkari Rasulullah SAW dan tidak mengimaninya, semata-mata ketakutan mereka akan hilangnya kedudukan di mata umat.

Ketujuh, perangai yang buruk dan benci melihat orang lain mendapat kebahagiaan. Orang seperti ini sangat pelit membagi kebahagiaan kepada orang lain walaupun antara mereka tidak ada permusuhan atau persaingan. Penyebab kedengkian ini merupakan sebab yang paling sulit dihilangkan karena hal itu bersifat tetap atau merupakan tabiat yang jelek. Sedangkan sebab-sebab yang lain muncul karena suatu sebab yang bersifat tidak tetap, seperti dengki terhadap seseorang karena keinginan atas jabatan dan ketika jabatan itu ia peroleh, maka hilanglah kedengkian terhadap orang tadi.

Terkadang ada seseorang yang memiliki penyakit dengki karena seluruh sebab-sebab di atas atau sebagian besar dari sebab-sebab di atas. Bagi orang seperti ini akan sulit menyembunyikan sifat dengkinya dan sepanjang hidupnya akan terlihat permusuhan dalam dirinya terhadap orang lain. Dan pelajaran dari generasi masa lampau, bahkan sebelum masa Nabi Muhammad SAW, hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap ini. Aamiin.

Senin, 22 Juli 2013

14 Ramadhan 1434 H

Titik rintisan langit telah habis
Semburat cahaya pagi membawa kehidupan baru
Lantunan ayat-ayat cinta-Nya masih menggema tenang...
Menggugah kalbu

Splash...
Percikan embun menampar lembut
Sadarkan jiwa...
Ramadhan tinggal separuh...

Aku menatap dalam diam
Tenang...
Sunyi...
Nyanyian katak membawa kedamaian 

Kokok ayam bersahutan
Dan Ramadhan terus berlalu dengan keindahannya
Rembulan telah penuh dalam tiga hari
Ya... keindahan yang membuat setiap mata takjub
Termenung...
Wajah-wajah itu hanya menatap bisu keindahannya


Saat bintang gemitang meredup
Kala sang surya mulai meninggi
Seakan bidadari-bidadari surga telah menanti anak Adam
Shaum adalah menguatkan iman
Menjalaninya seakan meneguhkan langkah berislam 

Langit kan terus membawa pesan
Dan waktu terus bergulir tanpa jeda
Semua berjalan diatas garis keyakinan
Dan akan selalu ada, jiwa-jiwa pendamba surga berlari menyongsong fajar
Kemenangan...

Tiada kesempatan berlemah diri, sementara 30 hari kan menuju titik henti
Dan kesempatan itu akan selalu ada
Meskipun diri belum mampu memaksimalkannya 

Minggu, 21 Juli 2013

Sang Murabbi

Aku menatap wajah itu
Lembut...
Meski garis peluh menyambangi segala guratan dahinya
Ada kekuatan dalam hati, kebaikan dalam tutur kata
Kejujuran dalam bersikap adalah hal utama
Ia memiliki segala kebaikan dalam setiap yang ada padanya
Tiada kelemahan yang nampak dalam tubuh kering itu
Seakan setiap waktu terlewat untuk berbagi
Ia memang kuat

Dalam diamnya adalah berpikir
Ia tak siakan sejengkal langkah hanya untuk kesia-siaan
Tiada waktu tanpa terus berbenah
Ia memang baik, tapi terus memperbaiki apa yang telah baik
Menyempurnakan kembali apa yang masih kurang
Menjaga apa yang telah baik
Ia adalah sumber kebaikan yang nampak dari tutur katanya

Tiada kebohongan hanya sesuatu yang nampak
Tiada kelemahan kecuali kepada yang membutuhkan pertolongannya
Ia tak peduli apa yang terjadi, menjaga dedikasi untuk orang-orang di sekitarnya
Ya...
Ia kuatkan diri dengan kitab itu
Tutur katanya berasal dari kitab itu
Sikap yang muncul karena kitab itu
Ia ajarkan segalanya, tanpa mengeluh
Ia mendengar dan menyampaikan
Ia menulis dan menyebarkan
Ia berkata dan juga melakukan

Baginya... hidup adalah sarana berbagi jutaan kebaikan.

Senin, 15 Juli 2013

Masih jaman perdebatan jumlah rakaat shalat TARAWIH???

Ini adalah permasalahan klasik yang para ulama terdahulu tidak melebih-lebihkannya (karena pemahaman mereka-red). Namun yang terjadi sekarang adalah lain, fenomena mengingkari jumlah rakaat tarawih sudah terlampau tajam sampai pada titik mengingkari atau mendustai jumlah rakaat yang dikerjakan antara satu kelompok dengan yang lainnya. Disini saya menyajikan kembali apa yang pernah Syaikh Yusuf Qardhawi tuliskan dalam buku beliau.

Bismillahirrahmanirrahim.

Dari Aisyah ra., diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pada suatu malam keluar (yakni di bulan Ramadhan), lalu beliau shalat di mesjid. Orang-orang pun lalu ikut shalat bersamanya. Pagi harinya mereka memperbincangkannya. Akhirnya, berkumpullah jamaah yang lebih besar dari malam sebelunya untuk shalat berjamaah bersama beliau. Pagi harinya mereka memperbincangkan hal itu lagi hingga semakin bertambah banyaklah orang yang berkumpul di mesjid pada malam ketiga. Rasulullah keluar dan mereka pun shalat bersama menjadi makmum beliau. Pada malam keempat, mesjid tidak dapat menampung lagi jamaah, hingga beliau keluar untuk shalat fajar. Seusai shalat, beliau menghadap jamaah lalu mengucapkan syahadat seraya bersabda, "Ama ba'du, sungguh, saya tidak mengapa selalu bersama kalian, akan tetapi saya khawatir jika ia diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak mampu menjalankannya." (HR. Mutafaq 'Alaih)
Bukhari meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abdul Qari, ia mengatakan, "Pada suatu malam di bulan Ramadhan saya keluar bersama Umar bin Khatab ra. ke mesjid. Disana, orang berpencar-pencar dalam beberapa kelompok. Ada yang shalat sendirian, ada yang shalat bersama sejumlah orang (berjamaah-red). Umar berkata, 'Aku melihat bahwa seandainya aku menyatukan mereka dengan satu qari (imam) tentu lebih baik.' Kemudian ia menghimpun mereka dengan imam shalat Ubay bin Ka'b. Pada malam yang lain aku keluar bersamanya sedang orang-orang shalat dengan qari mereka. Ia berkomentar, 'Sebaik-baik bid'ah adalah ini. Mereka yang tidur sehingga tidak ikut shalat lebih baik daripada yang bangun, maksudnya adalah yang mengerjakannya dia akhir malam, sementara orang-orang waktu itu bangun di awal malam.'"
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (Kekhalifahan Bani Umayyah) di Madinah, mereka melaksanakan 36 rakaat (tarawih) dan 3 rakaat witir.
Imam Malik berkata, "Ini masalah lama bagi kami."
Imam Syafi'i mengatakan, "Saya melihat orang-orang shalat tarawih di Madinah dengan 39 rakaat, di Mekkah 23 rakaat, dan tidak ada sedikit pun yang mengikat tentang ini."
Kemudian beliau melanjutkan, "Jika mereka memperpanjang berdiri dan mempersedikit sujud (yakni jumlah rakaat-red), itu baik adanya, jika pun mereka memperbanyak sujud dan memendekkan bacaan, itu juga baik, namun yang pertama lebih aku sukai."
Tidak ada yang mempersempit pandangan dalam hal ini, sebagaimana dikatakan Imam Syafi'i. Tidak seyogyanya sebagian orang menyalahkan sebagian yang lain (terkait shalat tarawih), selama hak tuma'ninah dan kekhusyukan shalat itu terpenuhi.

Barangsiapa shalat 11 rakaat berarti ia telah mengikuti petunjuk Rasulullah SAW. Aisyah telah mengatakan, "Rasulullah SAW tidak pernah menambah (shalatnya) lebih dari 11 rakaat di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya." (HR. Bukhari)

Dari Jabir ra. dikatakan bahwa beliau SAW shalat bersama mereka 8 rakaat kemudian witir, yakni dengan 3 rakaat.

Barangsiapa menjalankan shalat 23 rakaat, hal ini juga pernah dipraktekkan Umar ra., sebagaimana diriwayatkan oleh lebih dari satu orang, sementara kita juga diperintahkan untuk mengikuti sunah Khulafaurasyidin.

Sedangkan yang melaksanakan shalat 39 atau 41 rakaat (masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz jumlah tarawih adalah 36 rakaat), ada juga contohnya, yaitu sebagaimana diamalkan di Madinah, di sebaik-baik masa umat ini. Hal ini telah disaksikan Imam Malik. Beliau mengatakan, "Seperti ini telah berjalan selama ratusan tahun."

Shalat adalah ibadah terpenting, namun tidak ada batasan jumlah di Ramadhan maupun di lainnya (shalat malam-red). Karenanya tidak ada gunanya sama sekali, pengingkaran sebagian ulama zaman sekarang atas orang yang shalat 20 rakaat bahwa ia menyalahi sunah atau petunjuk nabi, atau sebaliknya bahwa orang yang shalat 8 rakaat adalah menyalahi hal yang telah diwariskan oleh salaf maupun khalaf dari umat ini.

Meskipun demikian, yang paling saya sukai (Syaikh Yusuf Qardhawi-red) adalah yanh dilakukan oleh Nabi SAW sendiri, karena sesuatu yang membuat Allah ridha adalah yang paling afdal, yaitu 11 rakaat termasuk witir. Dengan bacaan yang panjang dan shalat yang lama.

Hal yang harus dihindari semua pihak adalah shalat yang dilaksanakan di sebagian mesjid kaum Muslimin, yang seakan-akan punggung mereka dilecut cambuk dan mereka segera ingin terbebas darinya, yaitu shalat 20 rakaat dalam waktu kurang dari 20 menit. Sementara Allah SWT berfirman, "Sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (Al Mu'minun : 1-2)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memiliki beberapa ungkapan yang cukup memadai dan sangat berguna, tentang disyariatkan shalat tarawih dengan jumlah rakaat seberapa pun yang ada riwayatnya.

Dia Radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Telah diriwayatkan bahwa Ubay bin Ka'b dahulu melakukan shalat lail sebanyak 20 rakaat di bulan Ramadhan dan melakukan witir dengan 3 rakaat. Karena itu, banyak ulama yang berpendapat bahwa itulah yang sunah, karena ia melakukannya di tengah para Muhajirin dan Anshar, dan tidak ada seorang pun diantara mereka yang mengingkari. Kelompok lain lebih memilih 39 rakaat, dengan pertimbangan bahwa amal inilah yang dilakukan oleh penduduk lama Madinah. Kelompom lainnya mengatakan, terdapat dalam hadist shahih dari Aisyah ra., bahwa Nabi SAW tidak pernah shalat melebihi 13 rakaat, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya. Mereka tidak mantap dengan akar hadist ini, karena mereka menganggapnya bertentangan dengan hadist shahih yang diriwayatkan dari Khulafaurrasyidin da apa yang diamalkan kaum Muslimin.

Yang benar, semua itu baik adanya, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa tidak ada jumlah tertentu yang ditetapkan untuk qiyam Ramadhan (tarawih). Nabi SAW tidak menentukan bilangan rakaat itu. Oleh karena itu, sedikit banyaknya rakaat hendaknya disesuaikan dengan panjang-pendeknya berdiri (bacaan Qur'an). Nabi SAW pernah memperpanjang qiyam beliau di malam hari hingga disebutkan dalam hadist shahih riwayat Hudzaifah, "Beliau dahulu membaca di rakaat pertama surat Al-Baqarah, An-Nisa dan Ali Imran. Lamanya berdiri membuat jumlah rakaat tidak perlu diperbanyak."

Ubay bin Ka'b tatkala shalat bersama mereka dalam satu jamaah, tidak mungkin memperpanjang bacaan Qur'annya, sehingga ia memperbanyak rakaat, untuk menggantikan lamanya berdiri. Mereka menjadikan shalatnya berlipat, dengan 11 atau 13 rakaat, kemudian setelah itu orang-orang di Madinah tidak mampu memperpanjang berdirinya sehingga mereka memperbanyak lagi rakaatnya hingga mencapai 39 rakaat."

Adapun tentang jumlah mana yang paling afdal, Syaikhul Islam mengatakan, "Kemudian ada sekelompok kaum salaf shalat dengan 40 rakaat dan witir 3 rakaat, yang lainnya shalat 39 rakaat dengan 3 witir. Ini semua dikenal khalayak. Manapun yang diikuti dari amalan mereka itu adalah baik.

Keutamaan relatif sesuai dengan perbedaan kondisi orang yang shalat. Jika mereka mampu berdiri lama, sebagaimana Nabi SAW shalat sendiri di bulan Ramadhan dan yang lainnya, maka shalatlah dengan 8  rakaat dan 3 witir setelah itu, dan inilah yang afdal. Akan tetapi jika mereka tidak mampu berlama-lama (bukan berarti boleh kebut-red), maka qiyam dengan 20 rakaat akan lebih afdal, dan inilah yang kebanyakan dilakukan kaum Muslimin. Jika ia qiyam dengan 40 rakaat atau berapa pun, boleh-boleh saja, tidak ada suatu apapun yang dianggap makruh dalam hal ini. Hal ini telah dikatakan oleh lebih dari seorang ulama, semisal Imam Ahmad dan lainnya. Barangsiapa beranggapan bahwa dalam qiyam Ramadhan ada jumlah yang ditentukan oleh Nabi SAW, tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, berarti ia telah bersalah (dusta-red)."
Hemat saya, silahkan shalat tarawih dengan jumlah rakaat berapapun (8, 20, 36) asalkan tidak seperti dicambuk (kebut-red). Karena ibadah shalat tarawih adalah sunah yang dilakukan oleh Nabi SAW serta para sahabat dan generasi salaf, dan itu sangat baik (Insya Allah mendapat balasan/pahala disisi-Nya).

Referensi : Fiqh Shaum karya Syaikh Yusuf Qardhawi, tulisan dengan sedikit perubahan.

Minggu, 14 Juli 2013

SENJA

berdiri, tegak, terdiam...
hembusan angin menyapa kaca jendela
semburat merah menerangi mayapada
dan diam...
hentakan kaki menyapa kesunyian
diam...
dan diam...
tubuh itu hanya terdiam dan mata tak jemu menatap

dingin...
hanya mampu mendekap tubuh, melingkarkan kedua lengan
dan diam...
burung-burung camar masih bermanuver ria di udara
lantas...?
diam... hanya mampu terdiam
kala setiap jejak langkah hanya berakhir pada tangisan
setiap kobaran pilu menyemburkan gerutuk pada gigi-gigi

perjuangan...
tentang setiap goresan tinta dari makna sebuah kehidupan
bukan sebuah... seluruh jejak hidup
segalanya telah berlalu
dan diam...

semua pasti mati... semua akan kembali...
tapi perjuangan akan terus berkobar
derap langkah kan terus tertapak
teriakan jua menggema
segalanya...
tak hanya dalam diam
tak pula dalam keramaian
dan setiap perguliran waktu
berhenti sejenak kala semburat merah menghiasi ufuk barat.

Sabtu, 13 Juli 2013

Merokok...?!

Pembahasan mengenai ini sebenarnya sudah dibahas oleh ulama terdahulu, ketika kemunculan Tembakau serta pemanfaatannya oleh manusia. Disini saya menuangkan apa yang telah Syaikh Yusuf Qardhawi tuangkan dalam 'Faktor-Faktor Pengubah Fatwa'.

Terkadang, ilmu-ilmu non-syar'i pun berubah. Ketika tembakau muncul, para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Ada ulama yang mengharamkan, memakruhkan, memubahkan dan kelima hukum syari'at lainnya. Namunn, ilmu pengetahuan baru yang ada pada zaman kita dan disepakati oleh para dokter adalah, merokok membahayakan kesehatan. Ia bisa menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit-penyakit lainnya. Ilmu pengetahuan tersebut menjadi hal lazim yang diketahui oleh semua orang.

Disini, ilmu pengetahuan telah berubah. Dengan demikian, hukum pun harus berubah. Dengan kata lain, hukum seorang mufti harus berdiri di atas penelitian dokter. Jika dokter berkata, "Ini membahayakan," mufti harus mengatakan, "Ini haram." Karena Allah telah berfirman, "Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa : 29)

Merokok sama dengan bunuh diri. Namun, ia adalah pembunuhan gradual atau bunuh diri secara lambat. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh mencelakai dan dicelakakan." (HR. Ahmad, dari Ibnu Abbas. Hasan)

Bagaimana jika seseorang mencelakai dirinya dengan kemauan sendiri? Bahkan, bagaimana jika ia membeli kemudharatan dengan hartanya?

Dan setidaknya, negara-negara maju termasuk yang minimal dalam penggunaan rokok serta menjadi barang kurang laku di pasaran. Bahkan produsen rokok di Amerika, para pimpinan hingga jajaran karyawannya pun bukan perokok. Mereka malah menjualnya ke negara-negara berkembang, biarlah negara itu yang 'menikmati racun' yang dibuat.

Berikut ini kandungan 'racun' dalam setiap batang rokok yang dihisap :
1.    Karbon monoksida (CO). Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 – 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side – stream) akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar.
2.   Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil.
3.    Nikotin. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 – 3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 – 50 ng/ml.
Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin-lah yang bersifat karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik. Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah untuk berhenti.
Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi.
Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok.
4.  Tar. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.
 5. Kadmium. adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1.700 ppm) dijumpai pada permukaan sample tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 μg per orang atau 7 μg per kg berat badan.
6.       Akrolein
Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar alcohol. Artinya, akrolein ini adalah alcohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
7.       Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
8.       AsamFormat
Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.
9.       HidrogenSianida/HCN
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah
10.   NitrousOxid
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh dokter.
11.   Formaldehid
Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.
12.   Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.
13.   Asetol
Asetol adalah hasil pemanasan aldehid (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol.
14.   Hidrogensulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
15.   Piridin
Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alcohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
16.   MetilKlorida
Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organic yang beracun.
17.   Metanol
Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.
 
Semoga menjadi bahan pelajaran bagi bersama. Karena kesehatan mahal harganya, maka jagalah ia agar senantiasa nikmat dalam menjalankan aktivitas ibadah. Mumpung lagi Ramadhan, dan segala amal akan dilipatgandakan pahalanya.

Akhir

tenggelam sajalah,
agar waktu menjadikannya kembali bersinar :)
dalam waktu ini, ruang pun seolah kosong..


berjalan... hingga titik terang mencapai pada puncaknya
waktu kan terus berputar, benda langit beredar pada orbitnya
hingga kehampaan tersingkir, menjauh...


Siraj mulai meredup, selimut ketakutan melingkup sempurna..
Langkah tertahan, tak kuasa meski meraba..


siluet tanda 'kematian' itu seakan merenggut kebebasan
hampa... hanya raga yang merasa hangat namun hati beku
tiada sebait helaan nafas yang menyejukkan, terhanyut dalam gelap


Pekat..
Bersimbah darah pekat..




raga pun terhuyung, terkulai lemah diantara ubin
ruangan ini sungguh menyesakkan, sepi, namun mematikan
kegelapan dalam hati semakin menusuk persendian tulang

dan bayang-bayang kematian itu...
ah...
Tuhan terlalu adil pada tubuh ini


kawanan burung menatap murung tubuh itu 
sementara jiwanya telah terbang-tenggelam dalam lautan awan 
menatap manja, tak hendak meraung menyesali jejak kehidupan 
mentari seakan tak mampu menyinari seisi bumi 
tanda kematian itu menyibak luka terdalam 
tak pernah dipahami, tak mampu ditelusuri 
jejak hidupnya hanya seonggok tulang tak bernyawa

Melintasi ruang..
Menerabas waktu.. 

Berlari bersama kilat dalam hawa pengharapan..
Terburu gelap, semakin cepat..

Sedang garis itu bergerak menjauh..


cepat... terbang menerawang ke langit yang tinggi
sejenak mentari mengintip dari ufuk barat 
semakin mengelam, semburat merahnya berusaha mengikis kelam kerumunan awan 
saat waktu terus bergulir, membawa kembali rasa yang tertinggal 
raga itu hanya terkulai... 
jiwa pun terbang... melayang bebas... 
menyisakan sebaris tanda tanya besar 
hidup... bagaimanakah?  

mentari berganti peran dengan bintang, begitu seterusnya..
hati manusia semakin terhijad dengan jalan di depannya.. 
menerka dan menganalisis dan menyimpulkan.. 
tersenyum atau menangis atas terkaan sendiri..
hidup...
bagaimanalah.. 

Teka-teki dalam jalan hidup segalanya terus berjalan, 
meniti takdir yang telah digariskan namun tubuh itu hanya mampu mengiba, 
dibiarkan tergeletak bak seonggok tulang tatapan nanar...
ya...jiwa-jiwa manusia seakan melayang bersma angan 
kadang terhina-dina dalam menyongsong fajar 
kadang terkulai layu menyambut cahaya hati 
hidup...
mati...