Senin, 17 September 2012

Menghalangi Cahaya

Kadang kebenaran tak sampai pada kita meski kita sangat mengingini karena kita sendiri yang menghalanginya. Adakalanya kita membutuhkan nasihat untuk meringankan beban jiwa yang penat, tetapi kita merintangi jalannya. Kita tak mampu mencapai kearifan karena hati kita keras dan ucapan kita pedas, setiap kali mendengar saran dari kawan. Kita bereaksi dengan keras hanya karena mendengar nasihat yang disampaikan dengan lugas.

Teringat saya pada Imam al-Ghazali. Ketika berbicara tentang penyakit hati, penulis Ihya 'Ulumuddin ini berkata, "Akan tetapi, biasanya kita justru menyibukkan diri dengan mencari-cari jawaban untuk menunjukkan kepada orang lain itu bahwa ia sendiri juga menyandang cacat-cacat seperti itu. Lalu kita akan berkata kepadanya ,'Anda sendiri juga melakukan begini... dan begitu...,'. Dan sikap permusuhan seperti itu pasti menghalangi kita dari memanfaatkan nasihatnya."

Apa yang telah diperingatkan Imam al-Ghazali, rasanya sering sekali kita lakukan saat menghadapi kritikan, atau bahkan 'sekadar' saran. Ucapan ini terlahir karena kita ingin melindungi diri sendiri dari kesalahan, justru karena kita merasa tidak aman dengan kesalahan yang kita lakukan. Mengakui kesalahan sendiri memang sangat sulit, terlebih ketika kita ingin tampak sempurna di hadapan orang lain, tak terkecuali 'istri', anak, sahabat, atau tetangga. Begitu besar keinginan kita untuk tampak sempurna atau dianggap sempurna sehingga kita lupa bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita juga lupa bahwa orang-orang besar; orang-orang yang tercatat dalam sejarah sebagai manusia bijak, justru dikenang karena kesediaannya menerima nasihat dan teguran. Buaknkah Umar bin Khattab r.a. sering dikenang kebesarannya justru karena menerima teguran seorang perempuan tua saat Umar berbicara di depan kaumnya?

Kesediaan untuk menerima nasihat dari orang yang kedudukan sosialnya lebih rendah dari kita, justru menunjukkan kelapangan dada kita. Kelapangan dada berkait erat dengan kematangan emosi, kejernihan hati, kedalaman ilmu, dan keluasan wawasan. Sebaliknya, sikap hiperkritis terhadap orang lain --- meminjam catatan penting William D. Brooks dan Philip Emmert, keduanya pakar komunikasi --- justru menunjukkan bahwa mereka memliki citra diri yang negatif. Mereka bermasalah secara psikis sehingga sulit menanggapi saran, nasihat atau --- apalagi --- kritik dengan matang dan dewasa.

Orang yang memiliki citra diri negatif (negative self image) sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini, begitu buku Psikologi Komunikasi menjelaskan, koreksi sering kali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam komunikasi, orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.

Sikap semacam ini pada akhirnya menyebabkan kita kehilangan kredibilitas di hadapan orang lain. Bahkan bisa lebih jauh lagi, orang lain menganggap kita tidak punya itikad baik. Padahal, kedua hal inilah, yakni kredibilitas dan itikad baik (good wiiling), yang akan sangat menentukan efektif atau tidaknya komunikasi kita. Begitu orang lain melihat kita tidak memiliki kredibilitas --- moral, intelektual, maupun spiritual --- dan merasa kita tidak mempunyai itikad baik, maka sulit bagi kita membangun komunikasi efektif. Kata-kata menjadi kehilangan makna.

Nah, apa yang akan terjadi kalau komunikasi efektif itu justru 'hilang' di rumah sendiri?

Agaknya, ada yang perlu kita benahi. Tentang niat kita, tentang hati kita, tentang sikap kita, dan juga tentang jiwa kita. Bukan semata demi mempertahankan kredibilitas. Tetapi, terutama untuk membuka pintu-pintu kebenaran dan kebaikan agar tidak terhalang masuk ke dalam hati kita.

Semoga Allah menolong kita.

*****

Masa pun melintas batas, teringat akan berbagai kisah nyata dalam pentas kehidupan. Ya Rabb, maafkanlah kami yang belum mengerti arti ikatan iman karena-Mu, jangan jadikan kami hamba yang mendzalimi diri sendiri atas sesuatu yang tidak mampu kami pahami. Ya Rabb, Engkaulah yang mampu membolak-balikkan hati, semoga... cahaya iman itu semakin berpendar dari lisan dan sikap kami.

Sudah lewat dari sebulan, tinggal 11 bulan lagi. Ya Allah... sampaikanlah.

Minggu, 16 September 2012

When Someone Tell His Story part 1

Mentari sangat sejuk meskipun membakar kulit para pekerja yang menjadikan lingkungan kampus asri dan berseri. Tak hijau namun cukup memberikan suplai oksigen bagi ribuan manusia yang masuk kedalamnya dalam rentang jam 7 pagi hingga berakhir pada 5 sore untuk aktivitas akademik. Ya, kehidupan kampus tak ubahnya miniatur masyarakat sebuah negara.

Aku dihadapkan pada seorang pemuda, sebut saja Hamdan. Usia beliau sama denganku, 23 tahun, bahkan beliau lebih dulu lahir sekitar lima bulan. Ya, kami cukup baik mengenal ide dan gagasan. Kami tidak banyak interaksi dalam hal dunia pendidikan yang digeluti, kecuali ada hal-hal yang bisa kami kaitkan dalam mata kuliah yang disajikan setiap dosen dalam satu semester.

'Gluk... gluk... sruput...!' Aku sudah menghabiskan minuman kotak bermerk yang digemari mahasiswa, "Hmm... ada agenda lagi?" sorot mataku cukup sayu, seperti biasanya setelah semalam aktivitas akademik mahasiswa tingkat akhir membuatku mengeluarkan sejumlah energi tambahan.

Ia hanya menggeleng, "Belum ada bang, aku bingung...," spontan aliran senyum itu menyejukkan pikiranku saat kutatap wajah diamnya menyimpan permasalahan. Dia memang memendam masalahnya, dan aku selalu berusaha membuka keran untuk membuatnya nyaman setiap kali bercerita.

"Bang...,"

Aku kembali menatap wajah Hamdan yang kali ini berbinar. Tampaknya ia sudah siap untuk berbicara panjang lebar.

"Aku lelah dengan aktivitas selama ini... aku bingung... abang yang selalu tampak ceria meskipun ada masalah tetap saja kan merasa lelah dengan keadaan yang selalu datang tanpa ada akhirnya?"

'Heh...,' Jantungku berdegup lebih dari normal, hanya kelu yang kurasa dibibir, tak banyak gerak badan meskipun berusaha untuk menggerakkan segenap tangan untuk meraih pundaknya.

"Kapan pikiran itu menghantuimu akhi...?" aku berlagak senyum tipis, meskipun sebenarnya dia tahu karena mempelajari bahasa tubuh manusia lebih banyak di bangku kuliah.

Masjid ini membuat kami berdua terdiam dalam keramaian, lalu-lalang mahasiswa yang menjabat tangan kami lalu tersenyum sudah lebih dari lima orang. Pun juga para mahasiswi berjilbab lebar-panjang maupun ketat mengucapkan salam seraya tersenyum untuk salah satu diantara kami.

"Amanah ini adalah masalah komunikasi, mungkin abang masih ingat masalahku dengannya beberapa minggu yang lalu?" Ia mendesah sesaat, kemudian menunduk sebelum akhirnya kedua bola mata kami berhadapan indah.

Aku berusaha menepuk pelan bahu kanannya, "Akhi... masalah antum hanya dirimu yang bisa menyelesaikannya. Masalah komunikasi adalah kemampuan antum untuk membuka keran permasalahan yang timbul. Ana... cukup sering mengalaminya dan tidak banyak berhasil. Antum tahu mengapa...? Karena diantara kita tidak banyak belajar untuk mendengarkan kemauan dan penjelasan. Hikmah yang Allah berikan dengan memberikan dua telinga dan satu mulut adalah agar kita... lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Antum pastinya sudah belajar mengenai ini dalam dunia kuliah antum...," Aku tersenyum tipis, termasuk dirinya yang kini berusaha membalas lebar senyumku dari kelu bibirnya.

"Allah memang hebat bang... Dia memberikan kita ujian atas apa yang kita pahami dan kuasai ataupun sesuatu yang nantinya akan dikuasai atau dipahami kita."

"Alhamdulillah...," Aku melepaskan tumpuan tangan kananku pada bahu kirinya, "Jadi... tersenyum dan ceria dalam segala hal agaknya harus jadi bagian dalam hidup kita... Laa yukallifullahu nafsan illa wush'aha... ana mencoba untuk mengamalkan salah satu penggalan ayat dalam firman-Nya. Berat... namun ana yakin bisa melaluinya," Aku menghela nafas panjang, sesekali kujawab salam dari beberapa mahasiswi berjilbab panjang-lebar yang menyapaku.

"Oh iya... tentang rencana setahun ini...?"

'Ups...,' aku buru-buru menghentikan kalimatnya, dan bukan waktunya sekarang untuk membahas masalah itu dengannya. Hari ini ia berhasil mengungkap masalahnya, dan lagi-lagi aku menemukan fenomena yang terjadi di kalangan aktivis yang memiliki 'sedikit beban' untuk memperbaiki kondisi yang ada.

*****

Kita hidup dalam takdir-Nya, sesulit apapun ujian yang dialami... akan selalu ada jalan keluar. Musibah apapun yang terjadi... selalu ada hikamh dibaliknya. Allah Maha Adil, hanya saja... kita belum menjadi hamba-Nya yang bersyukur... Fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadzibaan...

Jumat, 14 September 2012

Forgive Me

Alhamdulillah aktivitas selama kuliah banyak mempertemukanku dengan Allah... menjadi seorang aktivis banyak sekali perjuangan dan juga kenangan yang tak mungkin terlupa. Halaqah... syuro... aksi, rapat-rapat, membida dan dibina, ta'lim, khutbah, ceramah ilmiah, orasi, kuliah... ah... rasanya sudah sangat banyakn perjalanan 'cinta' yang sudah Allah tunjukkan.

Menjadi mahasiswa sarat akan perubahan, perbaikan, mengejawantahkan beban moral dipundak mereka yang berusia diantara 18 sampai dengan 23 tahun. 5 tahun masa kuliah adalah benar apabila dipergunakan sebagai sara perbaikan, serta merancangkan garis masa depan yang semoga keberkahan menyertainya. Allah menunjukkan banyak hal tak terduga yang sama sekali diluar perhitungan. Kecerdasan berpikir, keakuratan memahami masalah, stabilitas emosi, kemampuan merangkul dan mempengaruhi. Ah... rasa masih kurang dan jauh dari harapanku sebagai Insan Pembelajar.

Aku lebih mengenal makna 'jatuh cinta', Ya... jatuh cinta yang semakin membuatku dekat dengan-Nya, dekat karena kuyakin Allah yang memberikan secara cuma-cuma fitrah itu. Kutahu... cinta itu pula yang berujung pada kesalahpahaman, agaknya... itu yang membuat hubungan ataupun ukhuwah diantara kita membeku sesaat. Ah... maafkan abangmu ini yang tidak pernah memahami adik-adiknya yang baik. Maafkan abang dik... kamu adalah pelita yang Allah ciptakan untuk dijaga kesuciannya. Subhanallah... kesalahpahaman itu semakin membuatku memahami Islam dan jalannya, hingga berkali-kali kuterasing dalam keramaian.

Do'aku lagi-lagi dikabulkan... subhanallah ditengah keterasingan... terkadang oase ukhuwah itu hadir dalam ketidak sengajaan diskusi dan tatap muka. Alhamdulillah... benar rupanya cahaya ukhuwah itu berpendar indah agar kita mencintai, saling rindu untuk bersua karena Allah SWT.

Alhamdulillah, menjadi aktivis adalah pilihan dalam hidupku. Aku banyak berjumpa dengan mereka yang berusaha istiqomah melakukan perbaikan dan kebaikan. Subhanallah... aku berada diantara kumpulan orang-orang shaleh yang saling menasihati dalam kebaikan, kesabaran, ilmu, amal serta semakin membuatku mencintai Allah, Rasul-Nya serta berjuang dijalan-Nya. Subhanallah...

Ah... aku lagi-lagi masih belum memahaminya. Maafkan aku yang mencintaimu ukhti... lagi-lagi kesalahanku yang terbesar padamu adalah kesalahpahaman atas caraku mempelajari kaum hawa. Aku tidak terlalu banyak memahami bahasa sikap, ucapan dan perasaan kalian. Maafkan aku yang pernah menyakitimu yang juga seorang aktivis. Hanya Allah dan aku saja yang mengetahuinya... aku tak pernah menyampaikan kebenaran hati ini kepada orang lain. Kecuali kebohongan yang pernah kuutarakan pada salah seorang aktivis, yang sama sepertimu. Maafkan aku ukhti... aku saat ini hanya mampu menatapmu dari jarak jauh, aku hanya mampu bergetar kala canda-tawa itu menelisik, tatap senyummu saat beberapa pertemuan itu membuatku semakin tertunduk karena iman. Maafkan aku ukhti... aku lebih tenang ketika ada pemuda yang siap menikahimu, agar hatiku yang rapuh ini terluka dengan ketenangan... maafkan kesalahpahamanku... aku tidak mungkin memilikimu karena kesalahpahaman ini, melainkan karena iman... kuharap pemuda itu adalah orang yang jauh lebih baik dariku yang tumbuh rapuh ditengah keyakinan iman. Tolong... maafkan aku...

#Jeritan hati... Alhamdulillah Engkau selalu memberikan penawar pada jiwa-jiwa yang telah memulai perjalanan menuju 'Taman-Taman Orang Yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu.'

Jatinangor, 14 September 2012.

Senin, 03 September 2012

Jimat - Jimat yang Terlarang

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Pertanyaan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa yang dimaksud dengan Tamimah (jimat) yang mengandung unsur syirik? Dan apakah orang yang menggantungkan jimat tersebut berarti dia orang musyrik yang jenazahnya tidak boleh dishalati? Jawaban Tamimah (jimat) yang dilarang adalah jimat-jimat yang digantungkan di leher anak kecil dan orang yang sedang sakit atau selain mereka yang berupa mutiara atau merjan atau tali (rantai) atau paku atau tulang dan lain-lain. Perbuatan ini biasaa dilakukan di zaman jahiliyah. Menurut pendapat yang shahih dari para ulama, menggantungkan ayat-ayat Al-Qur'an atau do'a-do'a yang syar'i adalah termasuk jimat yang dilarang, berdasarkan keumuman hadits-hadits yang menunjukkan bahwa hal itu haram dan terlarang. Diantara hadits-hadits tersebut adalah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam "Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat dan pengasihan adalah syirik' Dan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam "Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka Allah tidak akan menolongnya dan barangsiapa yang menggantungkan pengasihan maka Allah akan menggagalkannya" [HR Ahmad] Dalam riwayat lain beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik" [HR Ahmad] Dan beliau juga pernah melihat seorang laki-laki yang memakai gelang dari kuningan di tangannya lalu beliau bertanya kepada orang itu. "Apa ini?" Orang itu menjawab : "Sesuatu yang bisa menundukkan (melemahkan) orang lain". Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Lepaskan gelang-gelang itu! Sesungguhnya itu hanya akan menambah kelemahanmu. Jika engkau mati dan engkau masih memakai gelang itu maka engkau tidak akan bahagia selama-lamanya". Dan hadits-hadits lain yang semakna dengan hadits di atas, semuanya menunjukkan tentang haramnya menggantungkan jimat-jimat yang terbuat dari apapun. Semua itu termasuk perkara yang haram dan syirik. Tapi bukan termasuk syirik besar apabila dia tidak meyakini bahwa jimat-jimat tersebut bisa menolak bahaya tanpa kehendak Allah. Apabila dia meyakini bahwa jimat-jimat tersebut bisa menolak bahaya tanpa kehendak Allah, maka dia telah jatuh ke dalam syirik besar (keluar dari Islam). Adapun orang yang menggantungkan jimat-jimat dan dia hanya meyakini bahwa jimat-jimat tersebut hanya sebagai sebab untuk menolak penyakit atau mengusir jin dan lain-lain maka keyakinan seperti ini adalah haram dan syirik, tapi tidak termasuk syirik besar. Yang dimaksud dengan ruqyah (jampi-jampi) yang dilarang adalah ruqyah yang memakai bahasa yang tidak diketahui maksudnya atau kalimat yang mengandung perkataan haram. Adapun jika ruqyah tersebut memakai kalimat-kalimat yang bisa dipahami dan tidak bertentangan dengan syari'at Islam, seperti dengan memakai ayat-ayat Al-Qur'an dan do'a-do'a dari Nabi atau do'a-do'a yang tidak diharamkan syari'at, maka ini dibolehkan. Dengan syarat orang yang meruqyah dan orang yang diruqyah tidak menggantungkan dirinya dengan ruqyah tersebut, tetapi hendaknya menyandarkan dan memasrahkan hasilnya hanya kepada Allah. Sebab ruqyah-ruqyah tersebut hanya sebagai perantara. Adapun hasil dan kesembuhannya hanyalah ada di tangan Allah. Sebab tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan tilawah (pengasihan) adalah satu jenis diantara jenis-jenis sihir yang bisa membikin seseorang cinta kepada lawan jenisnya dan sebaliknya. Dan semua jenis sihir hukumnya haram, bahkan bisa jatuh kedalam syirik hal ini berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan tentang haramnya sihir dan bahwa sihir-sihir tersebut bisa menyebabkan syirik besar. Dan Allah-lah yang berhak memberi taufik. [Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Tsani, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Eidisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penerjemah Abu Umar Abdillah, Penerbit At-Tibyan - Solo]

Serial Manajemen Waktu

                MANAJEMEN WAKTU
          Definisi Manajemen : Suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin (H. Weihrich & H. Koontz).




Fungsi Manajemen dan landasan Syari’ah :
1. Planning (QS. Al Hasyr :18)
2. Organizing (Ucapan Ali ra.)
3. Actuating (QS At-Taubah :105)
4. Controlling (Hadits Rasullulah)

Urgensi Waktu
         Waktu adalah sesuatu yang amat penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan ini, setelah mengenal tiga dimensi, manusia mengenal dimensi waktu, yaitu suatu dimensi yang mengikat kehidupan setiap makhluk kemanapun dia beraktifitas. Sayangnya, tidak semua manusia menyadari keberadaannya dalam waktu. Banyak yang merasa bebas dengan waktu dan akhirnya menyia-nyiakan, bahkan mengisinya dengan aktifitas yang menghancurkan serta membinasakan dirinya. Padahal dalam QS Al Anbiya: 35 manusia diingatkan akan mati. Juga QS Al A’raf ;34 manusia diingatkan akan batas waktu. (Lihat QS 4 :77) Termasuk hadits “ Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya, yaitu sehat dan waktu luang (Riwayat Bukhori)

Karakteristik Waktu
1. Cepat berlalunya QS 79 :46 “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan hanya sebentar saja di waktu sore atau pagi hari”.
2. Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali dan tidak dapat diganti.
3. Waktu adalah sesuatu yang termahal yang dimiliki manusia, Ustad Hasan Al Banna mengatakan “Waktu adalah kehidupan”.

Kewajiban Muslim Terhadap Waktu
1. Menjaga manfaat waktu, Umar bin Abdul Aziz mengatakan sesungguhnya siang itu berbuat atas dirimu maka beramallah pada keduanya. Ulama mengatakan “Waktu adalah pedang, bila kamu tidak memakainya dengan baik dan benar ia akan memotong dirimu”. Ada juga yang mengatakan “Barang siapa yang hari ini seperti hari kemarin, ia adalah orang yang tertipu dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin is adalah orang yang tercela”.
2. Tidak menyia-nyiakan waktu
3. Mengisi kekosongan. Kekosongan atau waktu luang adalah saat sunyi dari kesibukan dunia yang menghambat seseorang untuk melaksanakan urusan akhiratnya. Dalam sebuah hadits, disebutkan “Pergunakan waktu luangmu sebelum waktu kerjamu”. Seorang ulama berpendapat “Kekosongan bagi laku-laki adalah kelalian sedangkan bagi wanita adalah timbulnya syahwat”.
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan. QS 83 :26 “Dan untuk yang demikian itu hendaknya mereka berlomba-lomba.
5. Belajar dari perjalanan hari demi hari QS 3 :190 “Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”.
6. Mengatur waktu. Seorang mukmin harus dapat mengatur dan membagi waktunya untuk kewajiban dan pekerjaan yang beragam, sehingga tidak terjadi saling tindih antara yang penting dan tidak penting, antara yang telah tertentu waktunya dengan yang belum ditentukan. Termasuk untuk isitrahat seperti Ali bin Abi Thalib pernah menasehatkan “Berilah hatimu waktu sekadar untuk istirahat, karena hati itu kalau dipaksakan menjadi buta”. Sabda Rasullulah SAW “Sesungguhnya agama itu mudah, agama sekali-kali tidak akan membbani seseorang kecuali ia mampu mengerjakannya, maka kerjakanlah dengan baik sedapat kamu kerjakan dan beribadahlah sekadarnya yang dapat mendekatkanmu kepada Allah serta bergembiralah dengan pahala atas pekerjaan yang berkelanjutan walau sedikit”. (Riwayat Bukhori dan Nasa’i)
7. Bagi tiap-tiap waktu ada aktifitas tertentu. Abu Bakar Ra. Berwasiat kepada Umar bin Khattab “Ketahuilah! Bagi Allah perbuatan di siang hari, Dia tidak akan menerimanya di malam hari. Dan bagi-Nya perbuatan di malam hari, Dia tidak akan menerimanya di siang hari”. Ada empat waktu bagi seorang hamba yang harus diperhatikan :
Waktu kenikmatan
Waktu kesengseraan
Waktu ketaatan
Waktu Kemaksiatan
8. Memilih waktu-waktu yang istimewa. Rasul menginformasikan “Sesungguhnya pada waktumu ada pemberian-pemberian dari Rab-mu, maka berusahalah untuk mendapatkannya “ (Riwayat Thabrani) Hadits lain “Sedekat-dekat Allah dengan hamba-Nya adalah di waktu akhir malam, maka apabila kamu dapat menjadi orang yang selalu berdzikir kepada-Nya saat tersebut, maka kerjakanlah”. (Riwayat Thabrani).

Artikel By. Sahabat : Bekti Abu Hanifah

Manajemen Waktu

Pernahkah kita merasa kalau waktu 24 Jam yang telah diberikan Sang Pencipta kita itu sangat kurang???
Pasti kita kita pernah merasakannya terutama saat kita sedang (misalnya) diburu-buru oleh tugas-tugas deadline kuliah padahal harus segera terjun untuk kegiatan sosial di masyarakat kemudian ini, itu..dan sebagainya. Namun sebenarnya, waktu 24 Jam itu amatlah cukup jika kita memanfaatkannya dengan baik dan terstruktur. Mau tau strateginyaa..?

Let’s cek ki dott…^^

Menurut Abu Nayla Al-Magety (2010 : 73-76), “Live good, honorable life. Then when you get older and think back, you’ll be able to enjoy it a second time. – Hiduplah dengan baik dan penuh arti. Supaya kelak disaat Anda tua dan mengingatnya kembali, Anda akan menikmatinya kembali selama beberapa saat.” – Dalai lama.
Time management atau managemen waktu merupakan suatu hal yang penting, yang berharga karena berkaitan dengan waktu yang tidak bisa diulang atau dilambatkan. Kita menyadari bahwa kita hanya memiliki waktu 24 jam per hari, waktu yang terbatas tetapi tugas yang harus dikerjakan oleh kita cukup banyak, kadang-kadang kita ingin sehari itu 48 jam (ini tidak mungkin), salah satu solusinya adalah mengatur waktu, manajemen waktu.
Orang yang sukses memiliki 24 jam sehari, kita juga memiliki 24 jam sehari, tiada beda jumlah waktunya tetapi yang membedakannya adalah bagaimana kita mengatur waktu itu. Itulah pentingnya aspek manajemen waktu. Sehingga muncul istilah yang terkenal, waktu adalah emas. Nah bagaimana tips manajemen waktu, berikut ini tips-tips yang mungkin berguna :
1.    Tidak tergoda untuk mengerjakan hal-hal yang kecil tetapi menyita waktu.
Kuncinya adalah disiplin didalam mengerjakan rencana yang tentunya sudah ada prioritasnya.
2.    Gunakan alat bantu manajemen waktu.
Sudah banyak dijual alat-alat bantu manajemen waktu seperti agenda, to do list, dan sebagainya. Dari yang berbentuk buku hingga alat elektronik seperti PDA, smart phone, tabletPC.  Gunakan alat-alat tersebut, jangan ragu untuk menggunakannya karena alat-alat tersebut sangat membantu kita mengatur waktu.
3.    Prediksi berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Kita harus mengetahui kira-kira seberapa lama waktu yang diperlukan, sesuaikan dengan kemampuan kita dalam menyelesaikan tugas tersebut, jangan membuta prediksi yang tidak sesuai dengan kemampuan kita karena hal ini malah dapat menimbulkan masalah lain.
4.    Mengetahui kapan suatu tugas harus diselesaikan.
Seperti pada point pertama, kita mengerjakan sesuai dengan prioritas, kita harus mengetahui kapan suatu tugas harus diselesaikan dan mana tugas yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan mana yang bisa ditunda.
5.    Kita tidak bisa mengerjakan dua tugas dalam waktu yang bersamaan.
Fokus, salah satu hal yang penting dalam manajemen waktu adalah fokus pada satu tugas.
6.    Hindarkan untuk terpaku pada lama waktu yang telah kita rencanakan.
Ketika kita merencakan untuk menyelesaikan suatu tugas dalam waktu (ex. 3 jam), hindarkan kita untuk selalu berpaku pada waktu tiga jam itu dalam menyelesaikannya. Sehingga, kita bisa melanjutkan untuk tugas selanjutnya.
7.    Keep it simple.
Tips manajemen waktu yang lain adalah selalu bersikap efisien. Jangan melakukan sesuatu yang bisa membuat rumit / susah yang malah menghabiskan waktu. Jika suatu tugas dapat dibuat sederhana mengapa harus dibuat sulit, mudahkan maka kita akan menemukan waktu yang lebih banyak.