Senin, 22 November 2010

PERMUDAHLAH JANGAN MEMPERSULIT

Penulis: Muhammad Ihsan Setiawan (Mesir) Tanggal: 16.05.2002 Hits: 162  


alhikmah.com - Pada suatu hari ada tiga orang sahabat yang mendatangi rumah istri Nabi saw menanyakan ibadah yang dilakukan oleh Nabi saw. Ketika mereka diberitahukan mengenai hal itu, seakan-akan mereka menganggap sedikit apa yang telah mereka lakukan, sambil berkata, 'Di mana posisi kita dari Nabi saw, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang?'

Salah seorang di antara mereka berkata, 'Oleh karena itu saya akan melakukan shalat malam selamanya.' Orang yang kedua pun berkata, 'Aku akan berpuasa selamanya dan tidak akan meninggalkannya.' Orang yang ketiga berkata, 'Sedangkan aku akan mengucilkan diri dari wanita dan tidak akan kawin selama-lamanya.' Kemudian Rasulullah saw datang kepada mereka sambil berkata, 'Kalian semua telah mengatakan begini dan begitu. Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku juga tidur, aku mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.'

Kisah diatas memberikan pelajaran kepada kita betapa Rosulullah saw sangat memberikan perhatian terhadap permasalahan para sahabatnya dan sangat menekankan pada kemudahan dalam segala urusan bahkan mengancam dengan ancaman yang sangat berat yaitu tidak termasuk umat beliau yang berarti tidak berhak mendapatkan syafaat dari Rosulullah saw pada hari kiamat kelak. Dalam sebuah hadits Rosulullah saw berpesan kepada umatnya, 'Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah sesuatu yang menggembirakan dan jangan membuat mereka lari.' Di lain riwayat, 'Sesungguhnya agama ini mudah, dan orang yang mengambil yang berat- berat dari agama ini pasti akan dikalahkan olehnya'.

Ambillah tindakan yang benar, dekatkan diri kepada Allah, berilah kabar gembira, dan mohonlah pertolongan kepada-Nya pada pagi dan petang hari, dan juga pada akhir malam.' Bahkan Rosulullah saw sangat mengecam orang-orang yang berlebihan, 'Celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan itu (al-mutanaththi'un).' Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.

DR Yusuf Qordowy mengomentari kata al-mutanaththi'un, 'Yang dimaksudkan dengan orang-orang yang berlebih-lebihan (al-mutanaththi'un) ialah orang-orang yang mengambil tindakan keras dan berat, tetapi tidak pada tempatnya.' Bila kita melihat realita kehidupan di era ini banyak terjadi penafsiran-penafsiran yang menyimpang terhadap ajaran Islam. Di satu sisi segolongan muslimin ghulu (berlebihan) dalam ajarannya dan segolongan lainnya taqsir (memudah-mudahan dalam hukumnya bahkan mengurangi dan menghapuskannya). Dua karakteristik ini (ghulu dan taqsir) merupakan penyakit kronis yang menimpa umat ini yang membutuhkan terapi khusus sehingga mereka bisa meletakan sesuatu permasalahan pada termpatnya. Oleh karena itu posisikan diri kita pada posisi yang wasathon (pertengahan) sebagaimana yang Allah pesankan kepada kita, ' Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang pertengahan (adil dan terbaik) ... ' (QS. 2:143).

Umat yang tidak memudah-mudahkan urusan yang mengakibatkan pelanggaran terhadap syariat dan tidak mempersulit permasahan yang mengakibatkan umat lari dari ajaran Islam karena memandang Islam itu sulit dan sangat berat. Janganlah kita mengulangi perjalanan umat terdahulu seperti Yahudi yang sangat taqsir dan Nasrani yang ghulu di dalam ajarannya sehingga banyak terjadi penyimpangan-peyimpangan dalam penerapan ajaran mereka. Terakhir, marilah kita motivasi diri ini untuk menumbuhkan sifat adil dan moderat dalam segala perkara sebagaimana Rosulullah contohkan sebagai suri tauladan kepada umatnya dalam segala permasalahan. 'Aisyah berkata, 'Rasulullah saw tidak diberi pilihan terhadap dua perkara kecuali dia mengambil yang paling mudah di antara keduanya selama hal itu tidak berdosa. Jika hal itu termasuk dosa maka ia adalah orang yang paling awal menjauhinya.''

Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (QS. 2:286)

Wallahu a'lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar