Senin, 22 November 2010

Ketika Da'wah Terasa Sendirian...

Penulis: Abu Saifulhaq Asaduddin Tanggal: 21.06.2002 Hits: 313  


alhikmah.com - Dalam sebuah pertemuan rutin, seorang aktivis 'mengeluhkan' segala yang membuat gundah perjalanan da'wah yang digelutinya. Begitu banyak yang disampaikan dari perasaan bekerja (dalam da'wah) sendiri sampai tak melihat hasil yang dilakukannya. Sang ustadz hanya tersenyum dibalik keseriusannya mendengarkan penuturan aktivis tersebut.


Dalam perjalanan hidupnya dakwah memang selalu bertemu dengan yang namanya sunnatulloh. Tak peduli ia ada di desa-desa terpencil, di perkotaan, di rumah-rumah maupun di perkantoran sekalipun. Tak kala ia dilandasi oleh keikhlasan diri dan tujuan yang suci, sungguh tak ada rintangan sebesar apapun yang dianggap kecil dan tak ada halangan kecil pun yang dianggap besar. Semua dihadapi dengan kesungguhan hati karena pada setiap da'I yang terlibat di dalamnya telah terbina sebelumnya dengan segala kemungkinan yang terjadi. Selangkah hambatan bisa saja itu merupakan lompatan yang jauh kedepan. Walaupun tak jarang lompatan yang jauh kedepan seringkali membuat kita terjatuh dan mundur kebelakang.


Dan memang, tugas menyampaikan dan menjadi ispirator dan inisiator penggerak ummat bukan hanya terletak pada pundak seorang ustadz atau 'ulama. Justru tugas itu berada pada pundak kita semua sebagai muslim.

'Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.'

(Qs. 3:104)

Walaupun demikian Allah SWT tidak membiarkan da'wah itu berjalan dengan apa adanya. Allah SWT telah memberikan perangkat berupa petunjuk dalam menjalani da'wah yang benar. Allah SWT berfirman :


'Katakanlah: 'Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'.

(Qs. 12:108)

Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dalam surat tersebut, diantaranya adalah :



Membuat garis demarkasi dalam diri kita antara Al Haq dengan Al Bathil.

Dalam surat Yusuf tersebut, kita diperintahkan untuk memisahkan antara yang haq dan yang bathil : katakanlah :'Ini jalan(agama) ku..., sehingga secara tidak langsung Allah SWT memerintahkan kita untuk membenahi diri kita terutama aqidah kita dan membuat garis demarkasi antara kita sebagai penegak da'wah dengan kebathilan itu sendiri. Dan pembenahan diri ini hanya dapat dilakukan dengan pembinaan diri secara menyeluruh dan integral secara berkesinambungan. Proses pembinaan yang beraspek kepada pemurnian aqidah yang shohih, pendalaman keilmuan, perluasan wawasan keislaman dan peningkatan akhlakul karimah dalam keseharian.



Mengajak kepada Allah SWT

Kalimat berikutnya adalah kita diperintahkan mengajak kepada Allah SWT bukan kepada yang lainnya, bukan kepada kita atau bukan kepada golongan kita. Karena dalam kenyataannya berapa banyak da'i yang merasa 'sakit hati' tak kala orang yang diajaknya tidak mau mengikutinya. Sehingga kita diperintahkan untuk bersabar dan memiliki keikhlasan yang tinggi, karena kata perintahnya (Fi'il) menggunakan fi'il mudhori' artinya istimroriyyah atau berkelanjutan dan terus menerus. Dalam masyrakat terlihat sekali hal ini ketika masa-masa pemilu dilaksanakan. Begitu banyak yang terkecoh untuk mengajak orang lain kedalam partainya dengan mengangkat kepartaiannya bukan nilai yang dibawanya. Hendaknya kita melihat nilai-nilai apa yang diasung oleh partai tersebut. Apakah nilai-nilai Islam ataukah hanya fatamorgana tujuan sesaat.



Menggunakan dalil dan fakta

Hujjah yang kita sodorkan pun harus baik dan benar. Ketika mereka berlogika, kita pun diperbolehkan berlogika selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Karena tidak semua dalam Islam itu dapat dilogikakan.

Dalam dakwahpun kita harus memiliki cara-cara yang baik. Allah SWT sudah mengajarkan kita bahwa dakwah harus dilakukan dengan lemah lembut, dengan hikmat dan bukan dengan kekerasan. Kenapa ? karena ada beberapa diantara kita yang mungkin salah mengartikan bahwa muslim itu keras terhadap orang kafir. Bagaimana mungkin mereka (orang-orang kafir) dapat tertarik dengan ajakan kita sementara kita menghujat mereka. Keras disini maksudnya adalah dalam segi aqidah... Ingatlah akan surat al Kafirun. Tetapi takkala apa yang menjadi hak dan kehormatan kita sebagai muslim di ganggu, barulah Islam membolehkan dan bahkan mewajibkan kita untuk memerangi mereka. Disinilah pemahaman akan mencintai dan membenci karena Allah akan teruji. Kita berhak dan harus mengatakan : SAYA MUSLIM.



Membuat barisan dan jaringan da'wah

Dalam dakwahpun kita juga diperintahkan untuk menggalang persatuan dalam barisan yang kokoh. 'aku dan orang-orang yang mengikutiku'...

Disani harus ada keseragaman visi dan misi yaitu menegakkan kalimatulloh semata. Ingat perkataan sahabat Ali bin Abi Tholib R.A bahwa kebenaran yang melanggar peraturan akan dapat dikalahkan oleh kebathilan yang mengikuti peraturan. Dan dalam surat yang lain, yaitu surat Ash Shaff ayat ke 4 Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang berjuang dalam sebuah barisan laksana bangunan yang kokoh.



Berfokus kepada proses bukan kepada hasil

Lalu apa yang keluar dari seorang da'i ketika ia berjuang menegakkan kalimat Allah SWT ? Tak ada kata lain kecuali perkataan yang baik, SubhanAllah SWT...Maha Suci Allah SWT. Artinya bahwa segala apa yang terjadi adalah karena kehendak Allah SWT. Ketika orang mengikuti kita itu karena kehendak yang Allah SWT limpahkan dan bukan karena usaha kita semata sehingga tidak ada rasa takabbur atau sombong dalam diri kita. Begitu juga ketika orang melecehkan kita, bagi seorang da'i itu hanyalah hikmah yang dapat diambil pelajaran baginya, diantaranya, bahwa bukan kita (da'i) yang dapat memberikan hidayah tapi hanya Allah yang dapat memberikan hidayah. Juga memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita harus memperbaiki cara-cara yang mungkin selama ini salah dalam penerapannya.



Berpegang teguh kepada Al Islam sampai ajal menjemput
Akhirnya, apa yang kita lakukan itu semakin membulatkan hati dan aqidah kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan perkataan :…dan tiada aku termasuk orang-orang yang musyrik... Tidak ada yang patut kita sembah, kita taati, kita ikuti kecuali Allah SWT. Kita akan semakin menyadari konsekuensi syahadat yang kita ucapkan dan akan senantiasa terhujam dalam diri kita kebenaran dalam lindungan Allah SWT...



Wallohu a'alam.




Ingin memasukan komentar ke artikel ini? Hanya member dapat menulis komentar ke artikel.






Home| Hikmah | Taujih | Kajian | Siroh | Muallaf | Wanita Modern 



© 2001-2002 by Alhikmah.com
Powered by Pattra Maisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar